KITA MEMBENCI WAJAH BERTOPENG TAPI KITA JUGA MEMBUTUHKAN WAJAH BERTOPENG. NAH LU..
Bisa dipastikan kita semua membenci wajah bertopeng, wajah yang menampakkan penuh kepalsuan. Karena penuh kepalsuan bisa dipastikan wajah itu penuh dengan kebohongan. Apa efek dari penampakan yang penuh kepalsuan dan kebohongan? Itu dapat membuat kita marah. Membuat kita jengkel. Membuat kita merasa tersinggung. Yang pada ujung semua itu bisa membuat kita kesal. Membuat kita capai.
Dalam menjalani hidup ini sudah banyak peroalan yang harus kita hadapi. Banyak masalah. Kita tidak mempunyai waktu untuk melayani sebuah kebohongan, sebuah kepalsuan. Menghadapi sebuah kemunafikkan tidak ada gunanya. Hanya membuang-buang waktu saja. Hanya membuat emosi saja. Bikin capai. Jadi percuma saja.
Saya sangat yakin, pendapat masyarakat umum pasti juga begitu. Dan memang harus begitu. Dengan demikian apa yang anda dan saya lakukan tidaklah salah, karena pendapat umum pasti begitu. Bukankah begitu?
Tapi tunggu dulu. Kita juga sebenarnya juga membutuhkan sebuah wajah bertopeng? Lho, kok bisa?
Salah satu alasannya sangat sederhana saja: "Kita tidak ingin menunjukkkan kesedihan kita kepada masyarakat umum." Ngapain kesedihan yang notabene berisi cerita tentang kemalangan dan kesusahan yang kita hadapi itu dipertontonkan di depan umum? Bikin malu saja. Bikin tambah susah saja. Berpotensi bikin sinting. Kecuali kalau kita memang sengaja ingin mempertontonkan wajah dan kelakuan lebai..
Dan mulailah kita memakai wajah bertopeng itu: Mulai dari mudah menebar senyum manis, bersikap ramah, ringan tangan (suka menolong), bersikap sok suci, dan sebagainya. Sebenarnya semua itu hanya akan menambah pekerjaan saja. Menyusahkan saja. Bikin ribet. Menambah kedongkolan hati. Kecuali semua itu dilakukan dengan iklas sepenuh hati. Bersikap tulus. Tapi bisakah anda?
Terlepas bisa atau tidak, wajah bertopeng itu sungguh sangat kita perlukan. Ada yang demi gengsi, ada yang penuh dengan kesungguhan agar kita tidak menyusahkan orang. Itu semua sangat bergantung tentang keteguhan integrititas kita. Bukan pada karakter dan sifat kita. Karena semua ini timbul dari keinginan kita yang mungkin berbeda dengan karakter dan sifat kita. Ada perjuangan disitu. Ada pemberontakan disitu. Ini semua memang tentang sikap kepura-puraan. Sikap kamulfase. Tapi kalau semua sikap topeng itu dapat menghibur orang bagaimana? Dapat menyenangkang hati orang bagaimana? Bukankah itu suatu perbuatan baik?
Maka hendaknya kita jangan mudah bersikap apriori. Jangan mudah menuduh orang. Jangan mudah menghakimi orang. Kita harus jeli. Harus cermat. Harus cerdas. Jangan bersikap tidak konsisten. Orang lain tidak boleh berbuat begitu tapi kalau kita yang sedang mengalami sendiri boleh berbuat begitu.
Hidup tidak harus menuruti apa yang kita persangkakan. Hidup tidak bisa harus menuruti apa kata hati kita. Tapi dalam hidup kita harus pandai berusaha. Pandai menyisati, sepanjang itu tidak merugikan orang lain. Belajarlah terus, karena hidup tidak pernah berhenti memberikan pelajaran.
Have a nice day.
Posting Komentar untuk "KITA MEMBENCI WAJAH BERTOPENG TAPI KITA JUGA MEMBUTUHKAN WAJAH BERTOPENG. NAH LU.."
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.