Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penilaian itu perlu meski kepada diri sendiri

 Pada suatu hari seorang pemuda menelpon seorang perempuan kaya yang berumur separuh baya dari telepon umum di sebuah toko kelontong.


"Halo, selamat sore nyonya. Saya memberanikan diri telepon kepada nyonya untuk melamar pekerjaan menjadi sopir nyonya."

Nyonya itu menjawab, "Maaf anak muda, saya sudah mempunyai  sopir."

Anak muda itu berkata, "Tapi nyonya, saya berjanji saya akan bekerja lebih rajin dari sopir nyonya. Setiap pagi akan saya cuci mobil nyonya, saya cek kelengkapannya seperti: bensin, rem, accu, dan yang lainnya."

Nyonya itu berkata lagi, "Maaf anak muda. Sopir saya sudah sangat rajin. Dia sudah terlalu baik cara kerjanya."

Anak muda itu berkata menyela, "Tapi nyonya, saya bersedia digaji hanya separuhnya!"

Nyonya itu jadi agak jengkel juga. "Maaf anak muda, maaf. Sekali tidak ya tidak, titik." Dan nyonya itu menutup teleponnya.

Anak muda itu menghela nafas.

Sang pemilik toko yang sedari tadi memperhatikan, merasa kasihan mendekati anak muda itu dan berkata dengan lembut, "Anak muda, tampaknya kau sangat membutuhkan pekerjaan. Maukah kau bekerja padaku?"

Anak muda itu kaget, dan berkata dengan lugas "Oh tidak tuan, tidak, terima kasih tuan. Sopir yang dimaksud oleh nyonya tadi adalah saya sendiri."

*****

Sudah umum, bahwa semua orang akan berusaha sekuat tenaga bekerja dengan baik. Memberikan kontribusi yang baik. Akan menunjukkan segala kemampuan yang dimiliki dengan baik. Segala daya upayanya tentu ingin dinilai atasan dengan catatan yang baik. Itu bisa dipahami karena orang dalam bekerja tentu ingin menapaki karier dengan baik, karena bekerja sangat bersentuhan dengan masa depan utamanya tentang penghasilan. Dengan demikian menyangkut kelangsungan hidup keluarga sepanjang masa.

Tidak hanya yang bersifat materi. Bekerja juga merupakan potret seseorang dalam hal eksistensi, performe, dan skill. Termasuk disitu dia bisa memberikan kontribusi apa dan sejauh mana. Orang juga ingin menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang profesional. Seperti yang kita ketahui, profesional= komitmen + kosisten + kompeten. 

Orang dalam bekerja pasti akan berusaha menyesuaikan aturan atau job description yang dicanangkan, karena itu memuat uruturutan proses kerja yang ditangani, yang berujung pada hasil dan penilaian. Oleh karenanya orang takut bekerja dan menjaga diri agar tidak keluar dari koridor, meski sebenarnya seharusnya pekerja juga diberikan kesempatan untuk mengembangkan talenta dan ituisinya terkait pengembangan barang atau jasa yang mereka produksi. Peraturan sebaiknya jangan terlalu kaku sehingga memungkinkan masuk dan berbicaranya inovasi. Ibarat lagu masih memungkinkan untuk diaransemen.

Inspirasi akan memperkaya inovasi. Pemuda yang menjadi sopir tadi sepertinya kaya akan inovasi sehingga sangat disukai oleh atasannya. Inspirasi tidak muncul begitu saja. Pengenalan atau pemahaman tempat kerja dan cara kerja adalah penguasaan dasar sehingga dapat memunculkan inspirasi.  Setelah itu rajin mengevaluasi diri. Berani mengevaluasi diri berarti berani mempertanyakan kemampuan diri sendiri dan yang terkait dengan lingkungan kerja. Harus ada bahan bakar untuk melakukan inovasi. Diupayakan harus selalu ada pertanyaan agar muncul inovasi: Mengapa begini, mengapa begitu? Bisakah begini, bisakah begitu? Bagaimana kalau begini, bagaimana kalau begitu? Dan sebagainya.

Inovasi harus dibudayakan. Artinya harus selalu ada keinginan berinovasi secara terus menerus. Jauh sebelum itu memang harus didahului dengan cara berpikir kreatif. Berpikir kreatif memang dibutuhkan suatu keberanian. Berpikir kreatif tidak bisa hanya dibayangkan, dikonsep saja. Harus ada eksekusi. Bahwa awalnya hasilnya tidak memuaskan, itu biasa. Inovasi tidak berorientasi pada hasil yang harus mulukmuluk, tapi dapat dirasakan ada kemajuan dan perbedaan daripada biasanya. Kemajuan yang dimaksud adalah dalam hal efesien dan efektif. Berdayaguna dan berhasilguna. Kreatif berinovasi adalah sesuatu yang serius walau sebelumnya mungkin dimulai dari sekedar bermainmain.

Poin terpenting dari kisah diatas adalah jangan ragu untuk mengecek hasil pekerjaan anda. Bila perlu anda sendirilah yang harus mengecek, jangan suruhan teman, atau menunggu atasan untuk mengecek. Langkah ini perlu keberanian tapi bukan kenekatan. Keberanian itu berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, sedang kenekatan hanya berdasarkan niat yang asalasalan saja. Tidak merasa alergi bila dikritik, tapi merasa malu bila dipuji.

Bahwa atasan memperhatikan dan memberikan penilaian kepada kita itu pasti. Dan jalannya pasti di cek. Namun dari kisah diatas, cek dilakukan dari bawah keatas atau down to top. Ini bukan alur yang biasanya tapi tetap sahsah saja. Tidak ada maksud cari muka, atau merendahkan teman yang lain. Murni tentang pekerjaan yang telah dilakukan. Mempersembahkan hasil yang baik sebenarnya akan memberikan kesan yang baik. Dan kesan yang baik berharga mahal. Bisa dipastikan gaji pemuda yang bekerja sebagai sopir tadi akan mengalami kenaikan tanpa diminta. Inovasi = prestasi = gaji yang tinggi. 

Nah, bagaimana dengan anda?




*****
NB: Jadilah follower blog ini. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap sepekan ada tulisan baru. Untuk mempermudah mencari blog ini, simpanlah situsnya dengan cara di bookmark. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.    



Posting Komentar untuk "Penilaian itu perlu meski kepada diri sendiri"

Guno Display
Guno feed
Guno Artikel