Lulusan Sarjana dan kiatnya dalam mencari pekerjaan
Suatu ketika, karena jabatan saya sebagai ketua PHRD Jawa Tengah, saya pernah diundang Universitas Semarang (USM) sebagai salah satu nara sumber untuk memberikan masukan ketika USM akan membuka program S2 di bidang psikologi. Tentu saja saya berbicara sehubungan keperluan kebutuhan perusahaan terhadap para lulusan sarjana ini.
Saya berbicara secara simple saja. Yang dibutuhkan antara lain sebagai pengambil keputusan, perancang program pelatihan, membuat terobosan-terobosan baru terkait perkembangan perusahaan karena kemajuan teknologi, mengatasi dekadensi moral atau etos kerja, dan menguasai bahasa Inggris karena banyak tool yang berbahasa inggris. Selain itu ada kesetaraan di SKKNI.
Apalagi sebagaimana kita ketahui sekarang saja dengan adanya Revolusi Industri 4.0 yang mengutamakan kemajuan teknologi yang salah satu dampaknya terbukti memakan banyaknya karyawan kehilangan pekerjaan, ini punya dampak serius. Itu saja masih belum hilang grengsengnya, sudah disusul munculnya Revolusi Industri 5.0. Jadi fungsi dan peranan mahasiswa tingkat ini sangat dibutuhkan dan penting sekali.
Para lulusan ini hendaknya melakukan pendekatan yang tidak melulu secara teori yang diterima di universitas tapi berbagai stimulan yang persuasif di lapangan. Perlu diingat para karyawan bukanlah sekumpulan benda obyek. Mereka bukan saja memiliki skill tapi juga penentu berkembangnya suatu perusahaan. Mereka adalah para pemegang trademark yang sesungguhnya, bukan bos. Kemajuan teknologi hp misalnya, itu adalah semata-mata hasil kreativitas para karyawan perusahaan. Bos tinggal melakukan eksekusi tindak lanjut.
Sebagai kepala bidang nantinya mereka berposisi sebagai pencari solusi, bukan pengadil. Mereka harus bisa menggarap Passion para karyawan.
Kalau secara pribadi saya lebih suka menantang mereka menjadi konsultan, bukan sebagai karyawan. Seorang konsultan kaya akan terobosan. Kaya ide. Tapi demi proses karir ya tidak apa-apa mereka belajar dari pengalaman. Sangat disayangkan kalau para sarjana berorientasi kerja hanya sebagai karyawan saja.
*****
Di sisi lain, ketika berbicara di hadapan para mahasiswa Undip dan Unimus beberapa waktu lalu saya katakan jangan njagakke bisa bekerja sebagai karyawan di instansi negeri atau swasta tapi juga berjuang ke sektor wiraswasta. Mengeksplore talenta kita. Salah satu carannya: cari teman2 anda sebagai partner, 5 atau berapa, kemudian carilah info via internet atau link yang lain, cari perusahaan-perusahaan asing yang akan menjual produknya di Jawa Tengah atau nasional. Modal yang dibutuhkan: tempat/rumah untuk kantor, plus propertinya meja kursi, almari arsip, telpon, fax, internet. Soal mobil bisa pakai jasa on line tapi punya sendiri lebih bagus.
Kemudian tawarkan kepada mereka sebagai kantor pemasaran. Bikin MOU. Bagi mereka ini lebih ngirit daripada mereka punya sendiri secara beli untuk asset. Begitujuga soal pengadaan karyawan. Mereka malas mengangkat karyawan. Kalau sifatnya insidentil ya kita bisa menawarkan ke beberapa perusahaan asing lagi atau Batam misalnya. Namun bila tidak insidentil tapi diizinkan juga boleh menawarkan ke perusahaan (asing) lain, kenapa tidak? Harga MOU dengan per perusahaan (apagi asing) bisa mencapai puluhan sampai ratusan juta rupiah. Tinggal kita bisa menghandle berapa perusahaan?
Memang harus ada teman kita yang fasih berbahasa inggris. Faktor hati-hati dan kesan profesional sangat diperlukan di sini. Jang malah gampang terkena janji manis.
Setelah berjalan dan ada kepercayaan, ganti kita yang jual produk untuk diekspor. Lha kita kan tidak ada modal pak? Jalin kerjasama dengan UMKM di sekitar kita.
*****
NB: Jadilah follower blog ini dan berilah komentar serta sebarkan alamat situs ini. Selama ada ide insyaallah ada tulisan baru. Terima kasih telah mengunjungi Perpustakaan kami.
Posting Komentar untuk "Lulusan Sarjana dan kiatnya dalam mencari pekerjaan"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.