Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kucing di kehidupan kita

Saya tidak tahu dan tidak bisa memastikan apakah komunitas di grup ini ada yang suka memelihara kucing atau tidak? Di rumah saya ada enam kucing yang empat sudah dewasa yang dua relatif belum dewasa. Yang suka memelihara adalah istri dan putri saya. Sebelum ini sudah ada yang beberapa kali mati dan terlihat masih kecil. Semuanya di ambil dari jalanan dan dalam kondisi tidak terurus, ada yang di pasar karena kebetulan pas belanja atau di tempat lain, kasihan katanya. Bahkan ada yang dalam keadaan terluka bagian dalam karena baru saja ditabrak kendaraan roda dua. Maklum kucing kadang berlarian seenaknya di jalan. 


Konsekuensi memelihara kucing anda tentu sudah tahu sendiri: repot. Repot benar memang tidak, tapi kadang menjengkelkan. Yang menjengkelkan kalau menggondol ikan di meja makan yang akan dipergunakan sebagai lauk kita. Kalau saya marah dan ingin melabraknya, istri meminta saya untuk tidak usah marah. Kalau saya tetap marah konsekuensinya gantian harus siap menerima gerutuan istri. Artinya harus benar-benar sabar, termasuk harus menerima kenyataan dengan penuh lapang dada bahwa saya selaku pemilik rumah belum sarapan tapi si kucing malah sudah menikmati sarapan. Itu belum soal buang hajat yang sembarangan, pasti membuat problem karena sangat menggangu polusi dan keindahan panorama rumah yang memang tidak megah ini. Bayangkan, sudah aslinya sumpek menjadi bertambah sumpek. Jadinya sumpek kuadrat. Akhirnya oleh istri dibelikan pasir khusus untuk buang hajat kucing. Harganya kalau tidak salah tiga puluh ribu rupiah. Memang dapat meredam baunya, tapi wujudnya tetap masih terlihat meskipun tentu saja tidak  terus berubah menjadi cakep. Dan tidak sampai seminggu sekarung pasir itu sudah habis.


Meskipun ada yang mengatakan begini dan begitu tentang kucing, secara umum memang kucing berpotensi gampang membuat naik darah karena marah. Misalnya bila saat mereka sedang bertengkar, ributnya bukan main. Dan hebatnya mereka tidak mempedulikan waktu. Berantem di waktu malam hari mereka oke saja. Kalau mereka sudah action to fight, kalau anda tidak mau beranjak bangun berarti anda hebat. Dalam hal ini manusia kalah dengan kucing, mereka siap beraktifitas di malam hari, manusia tidak sudi kalau tidak kepepet. Anda tentu bangun untuk melerai mereka bertengkar. Benar sekali bahwa kemudian mereka lari. Tapi jangan heran kalau hanya untuk pindah lokasi. Artinya kita tambah susah dan repot karena kucing kita pindah gelanggang pertarungan di rumah tetangga.


Guno Display

Suasana ribut seperti itu biasanya ketika mereka ingin kawin. Bayangkan, memadu asmara diwarnai ribut dulu sebagai pemanasan. Itu jelas kebalikan dengan kita hahaha. Kalau ada pihak ketiga baru menjadi tambah ribut, nah itu baru sama dengan kita.


Sejengkelnya saya pernah marah, kalau sedang dalam keadaan normal kucing dapat menimbulkan rasa sentimentil saya. Mereka mendekat dan menggelendot di kaki saya atau minta dipangku ketika saya sedang berdoa setelah sembahyang. Tentu saja tujuannya minta dielus. Apakah itu hanya sebuah trik? Saya yakin tidak. Itu natural. Kalau manusia ya mungkin saja bisa membuat trik.


Rasa sentimentil saya pernah merasa sangat tersentuh ketika saya hendak mandi karena mungkin haus seekor kucing ikut nyelonong masuk ke kamar mandi dan duduk di bibir kolam kamar mandi. Saya berkata dan menanyainya: "Kamu mau apa? Meminta minum?" Dia menjawab seperti basanya: "Meong." Saya tidak tahu artinya, tapi anggap saja dia menjawab: "Iya." Akhirnya saya ambilkan segayung air dan dengan lahapnya dia minum. Waktu minumnya relatif agak lama. Tidak apa.


Sambil menunggu dia selesai minum saya mengamatinya dan berpikir: Alangkah samanya kucing dengan kita, butuh asupan untuk tubuhnya, untuk menghadapi pertarungan kejam dan keras, yang siap menghadang kapan saja di kehidupan. Mereka butuh dimengerti, dipahami dan di sayang. Mungkin  mereka tidak butuh dikasihani, tapi sekali lagi, seperti kita kucing butuh dimengerti dan dipahami. Syukur diterima. Bukankah masih mendingan kita yang kenal dengan baik ayah dan ibu kita? Kucing ini tidak mengetahui orang tuanya. Sekedar mengenalnya saja tidak. Yang jelas dia dan kita menjalani hidup yang sama dengan kita, yang hana sebentar saja. Orang jawa bilang: Urip iku mung sakdermo mampir ngombe (hidup itu hanya sekedar mampir minum), setelah itu mati.


Have a nice day.


Guno feed


.



Guno Artikel

Posting Komentar untuk "Kucing di kehidupan kita"