Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tangisan gadis berjilbab yang menyayat hati

 

Ini adalah kisah nyata di kota Shan’a ibukota Negara Yaman, sebagaimana yang diberitakan oleh Majalah Islam Internasional Qiblati dan dikutip dari Grup WA An-Nashiha. Bahwa mungkin juga sudah dilansir di media lain ya Walahualam bisowab. Bagi anda yang pernah membaca kisah ini anggap saja ini sebagai pelengkap.

 

Narasinya sengaja saya ubah agar dapat lebih mudah dipahami.

 

Selamat membaca dan merenungkan kisah ini.

*****

 

Pihak sekolah SMA Putri di kota Shan’a yang merupakan ibu kota Yaman menetapkan kebijakan adanya pemeriksaan mendadak bagi seluruh siswi di dalam kelas. Sebagaimana yang ditegaskan oleh salah seorang guru sekolah, bahwa pemeriksaan itu tentunya bertujuan merazia barang-barang yang dilarang dibawa ke dalam sekolah, seperti : telepon genggam yang dilengkapi dengan kamera, foto-foto, surat-surat, alat-alat kecantikan dan lain sebagainya. Apalagi yang berbau pornografi. Jangan ditanya. Pastilah sangat dilarang keras. Hal itu dimaksudkan agar sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan dan sebagai pusat ilmu bersih dari hal-hal yang tidak baik..

 

Oleh karena itu, pihak sekolah pun melakukan sweeping di seluruh kelas dengan penuh semangat. Tim guru pemeriksa keluar masuk kelas dengan disiplin yang sangat tinggi. Satu per satu tas para siswi dibuka di hadapan mereka. Setiap sudut tas diperiksa dengan teliti. Tak ada satupun celah yang dapat luput dari pemeriksaan tersebut. Dan pada kenyataannya, kebanyakan tas-tas tersebut tidak berisi apapun selain beberapa buku, pulpen, dan peralatan sekolah lainnya..

 

Hari itu semua kelas sudah dirazia. Hanya tersisa satu kelas saja. Dimana kelas tersebut terdapat seorang siswi sebagaimana yang diberitakan oleh majalah ini.

 

Apa gerangan yang terjadi ?

 

Seperti biasanya, dengan penuh percaya diri, tim pemeriksa masuk ke dalam kelas. Mereka lantas meminta izin guru kelas untuk memeriksa tas sekolah para siswi di situ.

 

Dan pemeriksaan pun segera dimulai..

Satu per satu tas para siswi digeledah..

Di salah satu sudut kelas ada seorang siswi yang dikenal sangat tertutup dan pemalu. Dia juga dikenal sebagai seorang siswi yang berakhlak baik, sopan dan santun. Dia tidak suka berbaur dengan siswi-siswi lainnya. Dia suka menyendiri dan berdiam diri. Meski senyumnya sangat ramah, dia tidak mudah bergaul sebagaimana teman-temannya yang lain. Padahal dia dikenal sangat pintar dan menonjol dalam nilai ulangannya.

 

Ketika pemeriksaan tas dilaksanakan, dia memandang tim pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan, sementara tangannya terus berada di dalam tas sekolah miliknya.

Semakin dekat tim pemeriksa itu dengan dirinya, semakin menggigillah badannya. Detik demi detik, selangkah demi selangkah, tim pemeriksa itu semakin mendekati dirinya.. semakin dekat.. semakin dekat.. dan semakin dekat..

Dan semakin tampak raut takut pada wajahnya. Wajah ayu dan kulit putih bersihnya mulai ditumbuhi butiran-butiran keringat dingin yang mulai menjalari di seluruh tubuhnya. Dan badannyapun mulai menggigil !!!

Apakah sebenarnya yang disembunyikan siswi tersebut dalam tasnya ??

 

Tidak lama kemudian tibalah gilirannya untuk diperiksa..

Seorang dari tim pemeriksa, seorang wanita bertubuh agak gemuk berdiri di hadapannya..

Si siswi berjilbab itu semakin erat memegangi tas sekolahnya. Dia memegangi tasnya dengan sangat kuat, seolah mengatakan,“Demi Allah, kalian tidak boleh membukanya !!!.. TIDAK BOLEH.. !!!”

 

Dan dari sinilah kisahnya dimulai..

 

“Buka tasmu wahai putriku..” Sebuah sapaan lembut menyapa dirinya.

Si siswi berjilbab itu memandangi si pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan. Tas sekolahnya semakin didekap dengan erat dalam pelukannya..

“Berikan tasmu..” Ujar si perempuan gemuk pemeriksa itu mengulangi lagi perkataannya.

Si siswi berjilbab itu menggelengkan kepalanya..

Si pemeriksa wanita gemuk itupun mulai menatapnya dengan tajam..

“Berikan tasmu !!!.. “ Suaranya dingin dan mengandung perintah.

Si sisiwi berjilbabpun kembali menggelengkan kepalanya. Air matanya mulai berlinang, dan sorot matanya menyiratkan sebuah permohonan..

Si wanita gemuk itu mulai tak sabaran..

“Berikan tasmu!!!” Suara itu terdengar galak dan membentak !!!

Semua teman sekelasnya memandang ke arahnya..

Si siwi berjilbab tetap saja menggeleng-gelengkan kepalanya. Kali ini gelengan kepalanya semakin keras…

“Tidak!!!… Tidak!!!… Tidaaaakkkk…!!!” Sebuah teriakan menyemburat di tengah isak tangisnya..

Perdebatanpun terjadi dengan sangat tajam..

“Berikan tasmu..!!!”

“Tidak !!!.. Tidak !!!”

“Berikaaaannn !!!” …

“Tidaaaakkk..!!!”

Dan tarik menarik taspun terjadi..

Keributanpun terjadi semakin menggila. Dan tangan mereka saling berebut dan tarik menarik. Si siswi berjilbab seorang diri, dikeroyok oleh dua guru wanita pemeriksa. Sementara tas tersebut masih dipegang dengan erat oleh si siswi berjilbab, para guru itu belum berhasil merampas tas dari tangan siswi tersebut karena ia memeluknya dengan histeris dan penuh kegilaan !!!

“Berikaaaannn !!!” …

“Tidaaaakkk..!!!”

“Berikaaaannn !!!” …

Gemparlah kelas itu !!!

 

Akhirnya dengan kasar, si siswi berjilbab itu ditarik dengan paksa, diseret dibawa ke ruang guru. Teman-temannya sekelas memandanginya dengan perasaan tidak mengerti dan ketakutan!!!

Begitu juga sepanjang jalan yang dilalui, banyak teman dari kelas lain yang melihatnya dengan pandangan beku dan kaku. Beberapa siswi mengikuti rombongan yang ribut itu sampai di ruang guru. Dua guru pemeriksa itu memagangi tangan si siswi berjilbab yang malang itu dengan kuat dan matanya terus mengawasi supaya siswi berjilbab itu tidak dapat melemparkan sesuatu dari dalam tasnya sehingga bisa terbebas begitu saja..

Sesampainya di ruang guru, si siswi berjilbab itupun segera dirubung oleh guru-guru wanita yang lain. Mereka mamandangi si siswi berjilbab dengan tatapan marah dan menghina. Semua mata memandanginya dengan sinis. Apa yang harus dikasihani dari seorang siswi yang tidak tahu aturan? Yang tidak tahu nilai-nilai kebaikan?

 

Si siswi berjilbabpun hanya dapat terus menangis dan menangis di tengah kerumunan orang-orang yang tak berhenti menistanya..

 

“Dasar anak gila !!!…”

“Anak tidak tahu aturan !!!…”

“Anak najiiisss !!!…”

“Ambil tasnya dengan paksa !!!” Terdengar sebuah suara perintah.

 

Dua guru wanita pemeriksa, diantaranya yang gemuk tadi, menelikung tangan si siswi berjilbab, sedang guru yang lainnya merebut tasnya dengan paksa..

 

Si siswi berjilbab semakin menangis histeris dan meronta serta berteriak sekuatnya, ”Tidaaakkk !!!.. Tidaaakk!!!.. Jangaaaannnn !!!… Jangaaaannnn..!!!”

 

Guru-guru wanita itupun semakin tidak perduli dan beringas. Direnggutnya tas sekolah itu dengan paksa, dan dibukanya dengan kasar!!!  Bahkan untuk menuntaskan pemeriksaannya, tas itu diguncang-guncangkan secara keras dengan posisi terbalik..

 

Dan siapa yang perduli dengan teriakan menghiba si siswi berjilbab itu??

 

Si siswi berjilbab itupun hanya bisa menangis tersedu-sedu, meraung, sampai pundaknya berguncang-guncang..

 

Untung si ibu Kepala Sekolah datang ke tempat itu. Karena mengingat perilaku siswi berjilbab itu selama ini bertingkah laku baik dan tidak pernah melakukan kesalahan serta pelanggaran, maka Kepala Sekolah menenangkan para guru wanita yang ada di situ dan memerintahkan para siswi lainnya agar membubarkan diri.

 

Dan dengan penuh santun, ibu Kepala Sekolah juga memohon agar para guru yang lain meninggalkan ruangan itu sehingga yang tersisa hanya dia dan para guru tim pemeriksa yang berjumlah lima orang saja..

 

Ibu Kepala Sekolah itu duduk bersimpuh di lantai di sebelah siswi berjilbab yang terus menangis itu. Tangannya dengan sabar mengelus-elus kepala siswi yang ditutupi dengan jilbab sederhana.

 

Sedang para guru pemeriksa, matanya masih terbelalak tak mengerti setelah mengetahui apa isi tas sekolah siswi yang berjilbab itu.

 

Apa isi tas sekolahnya sehingga takut dipergoki oleh para guru pemeriksa itu?

 

Boro-boro ponsel yang berisi gambar porno. Yang namanya ponsel saja seluruh keluarga si siswi berjilbab itu selama ini tidak pernah punya karena tidak mampu membeli.

 

Tas sekolahnya hanya berisi barang-barang biasa: Pinsil, penghapus, penggaris, bolpoin, buku-buku sekolah, dan banyak sekali cuilan roti yang tidak karuan bentuknya serta beberapa potong makanan lainnya..

 

Kepala Sekolah masih terus dengan sabar berusaha menenangkan siswi berjilbab yang malang tersebut. Lantas bertanya padanya dengan nada ramah, “Apa sebenarnya yang engkau sembunyikan wahai putriku..?”

 

Si siswi berjilbab itu masih saja terus menangis. Dan si ibu Kepala Sekolahpun terus mengelus-elus kepalanya sambil terus membujuknya..

 

“Ayolah wahai putriku yang cantik, berceritalah kepada ibu.. Berceritalah.. Maukan engkau bercerita sama ibu wahai anakku?..”

 

Ada anggukan halus di sela-sela isak tangis itu..

 

Si ibu Kepala Sekolah terus saja mengelus-elus kepala siswi berjilbab itu dengan sabar sambil menghibur hatinya..

 

“Nah, sekarang berceritalah kepadaku anakku yang cantik.. Ibu akan mendengarkan..”

 

Sambil menangis sesunggukan di pangkuan ibu Kepala Sekolah, mulailah si siswi berjilab itu bercerita dengan suara yang terbata-bata..

 

“Sisa-sisa roti ini adalah sisa-sisa makanan dari para teman saya yang mereka buang di lantai atau di tanah, lalu saya kumpulkan dan bersihkan untuk kemudian saya buat sarapan. Dan sebagian sisanya lalu saya bawa pulang untuk saya berikan kepada ibu saya, dan juga untuk adik-adik saya..”

 

“Ibu dan saudari-saudari saya di rumah tidak memiliki sesuatu untuk mereka makan. Kadang siang dan malam hari kami jarang makan, kecuali bila saya membawakan untuk mereka sisa-sisa makanan atau sisa-sisa roti yang oleh teman-teman saya dibuang itu..”

 

“Kami adalah keluarga yatim dan fakir yang tidak memiliki apa-apa.. Kami tidak punya kerabat dan tidak ada yang peduli pada kami.. Tapi kami tidak ingin jadi peminta-minta.. Haram bagi kami melakukan hal itu..”

 

Masih dengan terus menangis tersedu-sedu, dia melanjutkan ceritanya..

 

“Inilah yang membuat saya menolak untuk membuka tas, agar saya tidak dipermalukan di hadapan teman-teman saya di kelas. Mereka pasti akan terus mencela saya di sekolah, sehingga kemudian menyebabkan saya tidak dapat lagi meneruskan sekolah saya karena saya merasa sangat malu..”

 

Si siswi berjilbab dengan mata yang masih penuh deraian air mata memandangi si ibu Kepala Sekolah dan satu persatu guru yang tadi memeriksanya, menyembahkan tangannya sambil berucap dengan penuh permohonan, “Maka ijinkan saya mohon maaf kepada Anda wahai para ibu semua, atas perilaku saya tadi yang sangat tidak sopan.. Maafkan saya.. Maafkan saya…” Suaranya lemah terdengar sangat memelas..

 

Sontak, saat itu juga semua yang hadir di situ menangis sejadi-jadinya.. !!!

Bahkan ada yang setengah menjerit.. 

 

Mereka berebut memeluk si siswi berjilbab itu. Ada yang mengelus-elus jilbab sederhananya. Ada juga yang menciumi pipinya, atau kepalanya. Bahkan ada juga yang sampai mencium tangannya sebagai tanda hormat dan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya sebagai penebus rasa penyesalannya..

 

Tangisan mereka berlangsung lama di hadapan siswi berjilbab yang berhati mulia itu..

 


*****

NB: Jadilah pengikut blog ini dan agar tidak ketinggalan setiap ada artikel baru. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap sepekan ada tulisan baru.  Seringlah menjenguk situs ini. Jangan lupa klik tulisan Subscribe Us. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.

 

Posting Komentar untuk "Tangisan gadis berjilbab yang menyayat hati"

Guno Display
Guno feed
Guno Artikel