KAMUFLASE
Dia seorang wanita yang kesepian meskipun sudah berkeluarga dan mempunyai beberapa orang anak.
Dan jangan salah, dia bukanlah seorang yang pemalas. Dia suka memasak, terutama ketika mencoba memasak dengan memakai resep baru atau memasak makanan yang unik. Dia juga bekerja meskipun tidak di sebuah perusahaan.
Dia seorang yang sangat ramah, murah senyum, suka bercanda dan selalu memperat tali silaturahmi.
Tapi itulah dia. Dia adalah seorang wanita yang kesepian. Dirinya selalu merasa sendirian. Hatinya selalu dipenuhi oleh rasa gundah gulana. Dia seperti sedang mencari sesuatu tapi tidak jelas bentuk kongkritnya.
Di media sosial yang dimilikinya dia selalu melampiaskan segala kegundahan yang ada di hatinya itu. Disana dia sering berceloteh. Buat hiburan agar otak tetap waras katanya.
Untung media sosial yang didukung oleh internet sekarang ini sudah dengan sangat mudah dapat ditemukan dan dipakai. Di sanalah dia rajin berinteraksi dengan bebas kepada para temannya yang dianggap sesuai dan dapat mengerti bagaimana dirinya.
Dia sering memberikan nasihat yang dinukil dari kitab suci atau berdasarkan pengalaman hidup secara umum. Seolah menjelma menjadi orang yang sangat arif dan bijaksana. Bahwa ada yang menganggap menggurui, apa boleh buat. Sebab kesannya memang seperti itu, nyinyir, meski mungkin maksudnya tidaklah seperti itu. Karena sesungguhnya itu semua adalah sebuah pelampiasan kegundahan hati dan harapan.
Itu masih mendingan. Yang repot bila ada yang menilainya sebagai usaha sebuah pencitraan. Dan saya yakin dia pasti tidak mau bila dikatakan demikian. Karena pencitraan esensinya adalah hanya sebuah kepalsuan. Blank. Bukan keaslian.
Tapi, meskipun pahit untuk dikatakan, mungkin benar seperti itu, bila itu benar, saya hanya berpikir sampai kapan dia akan sanggup dan bertahan menjalani dualisme kehidupan seperti itu. Apakah dia tidak akan bosan menjalani kehidupan yang monoton selama hidupnya?
Dalam kehidupan yang nyata, bisa saja kejadian seperti ini tidak hanya menimpa pada diri seorang wanita, sebab kaum pria juga dapat mengalaminya. Bahwa setiap manusia mempunyai beragam kompleksitas masalah dalam hidupnya, apa boleh buat.
Bahwa adanya media sosial dapat menjadi ajang pelampiasan kegundahan hati, sebagai media untuk mengeksplorasi segala yang diketahuinya, sebagai hiburan belaka, memang begitulah kenyataannya. Karena di dalamnya ada sebuah komunitas. Berbagai komunitas malah. Di sana ada berbagai tipe manusia dengan berbagai karakter dan latar belakang pendidikan serta tingkat sosial. Yang pasti situasinya ramai.
Bahwa di sana juga ada yang suka pencitraan, apa boleh buat, pasti tambah ramai jadinya. Palsu ketemu dengan palsu.
Tapi jangan salah, di media sosial tentu tidak semua begitu. Yang jujur dan bersikap apa adanya juga ada dan banyak jumlahnya. Yang cerdas juga banyak.
Mereka berdialog demi kepentingan dapat memberi kemanfaatan termasuk saling berdiskusi dan saling menasehati serta saling mengingatkan.
Oleh karena itu bersikap bijak dan cerdas tetap harus diutamakan dalam bermedia sosial.
Have a nice day.
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "KAMUFLASE"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.