UNTUK MENYIKAPI MASALAH KITA: MASIHKAH RELEVAN ILMU TITEN DIPERGUNAKAN DI JAMAN SEKARANG?
Suatu hari seorang teman di grup WA profesi kami mengunggah sebuah cerita ringan yang bentuknya sebuah dialog yang bertujuan sebagai pengingat bahwa para leluhur Jawa sejak dulu sudah memberikan sebuah pegangan untuk menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan. Petunjuk itu bagai sebuah "pegangan baku". Sebagai sebuah pedoman.
Dialog itu antara seorang simbok (ibu) dan anaknya. Seorang simbok biasanya lebih digambarkan sebagai seorang wanita yang sudah tua dan ceriwis. Dialog itu seputar kebingungan simbok mulai tentang virus sampai tentang penanganan pandemi covid 19 yang sangat ditekankan oleh pemerintah dan dianggap sangat meresahkan.
Secara singkat oleh si anak dijelaskan bahwa virus itu sebenarnya tidak terlalu berbahaya bagi mereka yang berbadan sehat dan rajin memelihara kesehatan dirinya sendiri. Sedang pandemi itu seperti "sawan" (bahasa Jawa) atau fenomena berjangkitnya berbagai penyakit, sehingga sangat ditekankan perlunya cuci tangan dengan sabun dan senantiasa bertindak hati-hari dalam menjaga diri sendiri. Setelah paham dengan penjelasan anaknya simbok menjelaskan bahwa sudah sejak jaman dulu para orang tua sudah memberikan pesan bahwa perlunya mencuci tangan dengan sabun dan senantiasa bertindak hati-hati dalam menjaga diri. Perlunya menanamkan sikap disiplin diri. Meskipun orang-orang jaman dulu bodoh dalam ilmu pengetahua karena tidak bersekolah, namun mereka sudah membekali diri dengan bersikap disiplin melalui sebuah sikap memegang teguh pada segala peringatan yang diberikan oleh para orang tua berdasarkan pengalaman mereka. Dan petuah itu disebut ILMU TITEN. Sebuah ilmu tentang peringatan dini untuk mengatasi suatu keadaan tertentu berdasarkan pengalaman yang pernah dilihat dan dialami. Dan itu tentu sudah dapat dipastikan kesahihannya.
Padahal menurut saya, ILMU TITEN jaman dulu sudah ada yang tidak sesuai dengan keadaan di jaman sekarang. Contoh: Dulu ada anggapan BANYAK ANAK BANYAK REJEKI. Di jaman sekarang BANYAK ANAK YA KACAU.
Dalam dialog itu, menurut seorang teman, sebenarnya tidak keliru juga karena banyak anak banyak rejeki, sebab nantinya setelah di masa ketidakmampuan orang ua akan banyak anak yang akan memperhatikan orang tuanya dan silih berganti untuk menyenangkan dan membahagiakan orang tua mereka. Jadi jangan dilihat masa yang sekarang saja.
Oke, saya setuju pendapat itu karena harapannya ya seharusnya memang begitu, tapi di jaman sekarang realitanya bisa lain. Contoh: Belum ada seminggu orang tuanya dikubur, anak-anaknya sudah pada ribut soal rebutan warisan.
Jadi menurut saya substansinya BUKAN DI ILMU TITEN, TAPI DI MENEJERIAL PENGOLAHAN. Punya anak banyak tapi kalau tidak diolah dengan baik ya banyak kacaunya.
Teman tadi berkata lagi, makanya akan lebih bijak jadi orang tua sebelum meninggal sudah menulis surat wasiat untuk anak-anaknya. Dan yang terpenting adalah bagaimana orang tua dalam mendidik dan memberi pendidikan tentang kehidupan dengan memberikan berbagai contoh atau tauladan dari orang tuanya. Dengan demikian anak akan meniru jika orang tuanya menunjukkan kasih sayang kepada orang tua mereka (kakek dan neneknya si anak). Sebab di dunia ini hukum sebab akibat akan tetap berjalan secanggih apapun tekhnologi yang ada.
Namun menurut saya lagi, intinya, fenomenanya sudah bergeser. ILMU TITEN dijadikan lebih ke INSPIRASI. Bukan yang melulu untuk dipercaya dan ditiru, tapi harus dicermati alias dianalisis secara tepat. Tentu akan menjadi keprihatinan kita semua bila sampai ILMU TITEN yang adiluhung (mulia) itu disikapi oleh para generasi muda menjadi panduan yang menyesatkan. Tentu ini dirasakan sangat ironis dan dilematis.
Ada lagi yang terasa aneh dan lucu. Di Jaman dulu ada sebuah ungkapan atau pendapat yang diyakini benar (karena memang harus begitu), namun di jaman sekarang dengan segala relevansinya ungkapan tersebut terbalik seratus delapan puluh derajat.
Dulu ada ungkapan: BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH. Anda pun pasti setuju pada ungkapan ini. Namun di jaman sekarang ungkapan itu berubah menjadi: BERSATU KITA RIBUT, BERCERAI KITA DAMAI. (Karena sudah tidak tahan dalam berumah tangga). Nah kan?
Have a nice day.
Notes: Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat. Insyaallah setiap hari ada tulisan baru.
Ungkapan alenia bawah itu mengena banget, trimakasih.
BalasHapusSemoga anda senantiasa sehat dalam lindungan Allah.
You know sir? Bagaimana caranya menghentikan rasa rindu pada orang yang selalu dekat?
Kalo jauh mah udah tahu, dengan ketemu, tapi ini berdekatan, huufff....galau nih 😂😂😂😀😀
HA HA HA HA ...
Hapus