Frustasi harus kita kenali
Seperti yang diketahui rasa frustasi bisa menghampiri setiap orang. Sosoknya seperti hantu, orang takut bertemu dan sebisa mungkin dihindari. Bukti kongkritnya sudah banyak memakan korban, dan kebanyakan malah sampai meninggal malah ada yang karena bunuh diri. Yang belum sampai meninggal tidak bisa dikatakan frustasinya belum total. Hanya masih ada "faktor" keberuntungan dan ada hal hal yang dirasa masuk akal saja sehingga yang bersangkutan belum meninggal. Selama rasa frustasinya itu belum hilang maka rasa frustsi masih menjadi "ancaman". Frustasi berkonotasi negative.
Manusia adalah mahluk dinamis. Banyak berikhtiar, berusaha, berstrategi, berupaya, berencana. Segala upayanya bisa berhasil, setengah berhasi, tapi juga bisa gagal. Rasa frustasi menjadi konswekensi diantara semua itu. Siap membayangi, siap menerkam dibelakang kegagalan. Rasa frustasi menjadi pil pahit. Sebuah kenyataan yang susah diterima sebagai suatu kenyataan. Frustasi adalah "Piala kekalahan". Manusia bukannya tidak siap menerima kekalahan. Bahkan mereka sudah menyiapkan skenario bila ternyata gagal. Mungkin juga tidak hanya satu skenario tapi banyak yang sudah dipersiapkan, toh manusia masih ada yang merasa "tidak siap" dalam menerima kegagalan. Padahal dapat dipastikan, pangkal pokok frustasi bersumber dari masalah internal manusia itu sendiri. Bahkan bukan tidak mungkin dia ciptakan sendiri. Frustrasi mengekor mengikuti apa kemauan manusia. Dan setiap manusia mempunyai keinginan dan masalah sendiri sendiri. Mulai dari kebiasaan boros, tinggi hati, kalah bersaing, terlalu punya harapan tinggi, dan lain lain. Sebuah kebiasaan yang sebenarnya dapat dihindari, tapi malah ditumbuh suburkan dalam hatinya. Ada juga karena timbul dari faktor orang lain, tapi orang tersebut terlalu memikirkan atau merasa sangat bertanggung jawab. Ada juga karena faktor kesehatan.
Saran atau nasehat untuk berpasrah diri kepada Tuhan atau berpikir lebih dalam dan bersabar hati atau mencari kesibukan yang lain untuk melupakan kegagalan, adalah hal biasa yang diterima. Namun, kebanyakan hal itu tidak berdampak efektif dan mengena. Orang masih "terbius" oleh kemungkinan berhasil dari apa yang mereka harapkan. Tidak dipungkiri, orang kadang mempunyai harapan lain ketika suatu rencana mengalami keberhasilan. Secara umum manusia sering berpegang pada keinginannya, bukan pada keinginan Tuhan. Manusia ingin mendapat hasil cepat dan menonjalkan faktor logika yang dapat dilihat mata. Manusia umumnya menafikkan Rencana Tuhan.
Menurut para ahli di ilmu psikologi ada teori dampak frustasi yang bentuknya buruk:
Agresi: Adalah rasa kemarahan yang meluap luap dan mengadakan penyerangan kasar karena sebuah kondisi mengalami kegagalan. Biasanya ada pula perbuatan sadis dan membunuh sebagai pelampiasan dari gagalnya sebuah kondisi. Agresi ini sangat mengganggu fungsi intelegensi sehingga harga pribadinya merosot.
Regresi: Adalah kembalinya sebuah kondisi pada pola pola primitif dan kekanak kanakan.Tingkah laku tersebut didorong oleh adanya rasa dongkol, kecewa ataupun tak mampu memecahkan masalah. Tingkah laku di atas adalah ekspresi rasa menyerah, kalah, putus asa dan mental yang lemah.
Fixatie: Merupakan suatu respon sebuah kondisi yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotype, adalah selalu memakai cara yang sama. Semua itu dilakukan sebagai alat pencapaian tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun alat balas dendam.
Pendesakan dan kompleksitas terdesak: Pendesakan adalah usaha sebagai menghilangkan atau menekankan rasa tak sadar beberapa kebutuhan, berbagai pikiran yang jahat, berbagai nafsu dan sebuah rasa yang buruk. Karena didesak oleh sebuah kondisi yang tak sadar maka terjadilah berbagai komplek terdesak yang sering mengganggu ketenangan batin yang berupa mimpi mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dan sebagainya.
Rasionalisme: Adalah cara sebagai menolong pribadi secara tak wajar atau taktik pembenaran pribadi dengan jalan membuat sesuatu yang tidak rasional dengan tidak menyenangkan.
Proyeksi: Proyeksi adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan perbuatan perbuatan pribadi yang buruk pada sebuah kondisi lain.
Tehnik anggur masam: Usaha memberikan atribut yang jelek atau buruk pada tujuan yang tidak bisa dicapainya.
Tehnik jeruk manis: Adalah usaha memberikan atribut atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan masing masing.
Identifikasi: Adalah usaha menyamakan pribadi masing masing dengan sebuah kondisi lain. Semua itu bertujuan sebagai memberikan keputusan semu pada pribadinya.
Narsisme: Adalah sebuah rasa superior, merasa pribadinya penting dan disertai dengan cinta diri yang patologis dan berlebih lebihan. Sebuah kondisi ini sangat egoistis dan tak pernah peduli dengan dunia luar.
Autisme: Ialah gejala menutup pribadi secara total dari dunia nyata dan tak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan. Maka bila tingkah laku yang demikian dijadikan pola kebiasaan akan mengkarenakan bertumpuknya kesulitan hidup, makin bertambah hambatan hambatan batin yang kronis lalu terjadilah disintregasi kepribadian.
Bahwa seseorang bisa menahan diri untuk berdiam diri, melakukan sesuatu yang terkontrol atau tidak terkontrol banyak faktor yang melatabelakanginya. Tapi efeknya jelas ada: tak berefek atau berefek yang bisa merugikan orang lain yang pada akhirnya merugikan dirinya sendiri. Mestinya manusia harus menyadari dia yang memulai, dia yang bergerak, dia yang merasakan akibatnya. Tidak ada asap bila tidak api.
Tuhan memberikan keleluasaan kepada manusia untuk menentukan harapannya dan menjalankan caranya untuk melaksanakan. Tuhan bersikap wait and see, meskipun juga menyiapkan suatu rencana yang tidak diketahui oleh manusia. Tuhan juga membekali manusia: cipta, rasa, karsa, dan ilmu. Manusia diberi otoritas untuk mengolah, mengkonsep, mendiskusikan, memutuskan, dan melaksanakan. Rasa keegoisan mendominasi itu wajar. Tapi mau menerima masukan dari luar itu baik demi keseimbangan penilaian. Subyektif, obyektif adalah sekedar sudut pandang. Hasil keputusan yang terbaik adalah segalagalanya. Jangan terkecoh dengan cara pandang yang sempit, apalagi ditambah dengan praduga praduga yang salah meskipun itu masuk akal. Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan.
Ini ada sekedar contoh: Seorang pemuda mengomel tidak karuan karena ketika berangkat kerja ban kendaraan roda duanya di jalan bocor sebab terkena paku. Padahal pagi hari ini ada janji akan bertemu dengan seseorang yang setiap hari mempunyai kesibukan yang luar biasa. Sekarang ban kendaraannya malah ada masalah, tentu saja dia merasa marah (frustasi) dalam hati. Menyalahkan Tuhan? Padahal Tuhan punya rencana yang baik untuknya. Sepuluh menit dari jarak dia berdiri sekarang, di jalan di depan sana dimana dia juga biasa melaluinya, terjadi kecelakaan beruntun dikarenakan ada mobil truk yang remnya tidak berfungsi degan baik menabrak beberapa kendaraan yang ada di depannya. Bahkan ada beberapa korban diantaranya sampai meninggal dunia. Ban bocor yang dialaminya tadi ternyata menyelamatkannya dari tabrakan beruntun itu. Dia baru sadar seharusnya dia tadi tidak mengomel tapi justru malah bersyukur. Soal jadwal akan bertemu dengan orang penting bisa dijadwal ulang kembali.
Ada contoh lain: ketika Nabi Musa dan kaumnya dikejar raja Firaun dan tentaranya hingga di tepi Laut Merah. Secara kalkulasi seharusnya Nabi Musa beserta kaumnya tumpas karena tentara Firaun bersenjata lengkap dan ahli perang. Tapi Tuhan tidak tinggal diam. Diambilalih tugas Nabi Musa yang notabene tidak bisa berbuat apaapa. Laut Merah dibelah dan dipergunakan untuk jalan. Kitapun sebagaimana Firaun dan Nabi Musa berserta orang orang yang ada di situ akan melongo melihat peristiwa yang terjadi: Logikanya bagaimana?
Sudah biasanya manusia berpikir secara subyektif dan terkadang malah sempit. Alasan lain karena terburu waktu atau menggampangkan. Ada juga karena merasa sudah menemui jalan buntu. Intinya: sumber masalah adalah dari diri orang yang bersangkutan. Datangnya pelan pelan tapi lama-lama menggurita. Membelit. Menjepit. Manusia bukan tidak ingin lepas, tapi rasanya sudah dikepung masalah. Pelariannya ada yang ke obat terlarang atau bunuh diri. Obat terlarang dimaksudkan untuk obat penenang. Padahal bisa tenangnya juga relatif tidak lama, sehingga meminum obat lagi. Nanti begitu lagi. Bolak balik begitu. Jelas arahnya ke ketagihan. Bunuh diri juga dianggap solusi yang paling gampang. Paling simpel. Padahal bunuh diri adalah juga sama dengan menyakiti diri sendiri. Tidak ada bunuh diri yang tidak sakit, karena mencelakai anggota badan yang sebelumnya bergerak normal. Bunuh diri sama dengan memaksa malaikat pencabut nyawa untuk datang. Iblis yang jelas bertepuk tangan.
Bagaimana dengan orang yang sudah bosan hidup? Biasanya ini menghinggapi mereka yang sedang menderita sakit parah dan tidak sembuh sembuh. Rasa putus asa sudah sangat begitu mendera. Bagi mereka yang yang mengalami ini, frustasi sudah dalam keadaan sangat akut. Sudah parah. Konseling adalah jalan satu satunya. Tapi itu tidak menjamin akan berakhir berhasil, meski dengan berusaha memberitahu bahwa dalam keadaan begitupun dia masih bisa bermanfaat bagi orang lain. Jalan pemikiran orang tersebut sudah beku bahwa dia hanya akan merepotkan orang lain meskipun itu keluarganya.
Yang repot lagi adalah mereka yang bosan hidup padahal badannya dalam keadaan sehat. Ini sulit dimengerti meskipun hal ini bisa saja terjadi. Apalagi yang bersangkutan hidup dalam limpahan materi yang berkecukupan. Fantasinya melayang menyimpang meninggalkan realita yang benar secara umum dan agama. Orangnya cenderung tertutup meskipun terlihat ramah. Dia hidup bagai dikelilingi tembok. Komunikasi hanya berjalan satu arah. Kebenaran terasa semu. Rasa frustasi bukan merupakan ancaman tetapi teman. Bahaya yang sesungguhnya adalah bahaya tidak lagi dianggap bahaya.
Rasa frustasi bisa datang serasa tiba tiba. Tapi permasalahan datangnya sebenarnya tidak secara tiba tiba. Ada proses, ada tahapan. Pun dalam menjawab permasalahan pun ada proses, ada tahapan. Ada alternatif, ada konsekwensi, terlalu cepat munutup telinga. Impiannya telah ditentukan sendiri. Yang sering ada, manusia tidak cukup merasa sabar, atau menggampangkan masalah. Sehingga tahu tahu seperti terjepit, lupa segalanya, lupa akan Tuhan. Padahal Tuhan dalam ayat suci sudah berfirman: "Sesungguhnya dalam kesempitan ada kemudahan." Nah.
*****
Posting Komentar untuk "Frustasi harus kita kenali"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.