Di balik peristiwa yang selalu tidak kita duga
DIBALIK KEJADIAN YANG KITA ALAMI
Media sosial di Indonesia pernah digegerkan dengan viralnya video perundungan seorang anak penjual gorengan Jalangkote di Sulawesi Selatan yang bernama Rizal (12) bocah yang masih duduk kelas 5 SD. Aksi tersebut diviralkan oleh akun Instagram @ndorobeii. Rizal dikerjai oleh sekelompok anak dengan pelaku utama Firdaus (26). Kejadian bermula Rizal tampak mengayuh sepeda untuk menjual dagangannya. Namun seorang remaja mengejutkannya dari balik semak-semak, kemudian mengejar dan menakutnakuti Rizal hingga terjatuh. Dasar anak, si Rizal memang pernah bergurau sempat berseloroh bahwa dia adalah jagoan di tempat ini. Perkataan itu menyulut kemarahan Faisal yang mendorong si Rizal. Seperti gemas diejek, bocah penjual gorengan tersebut melampiaskan rasa jengkelnya dengan menekuk plat nomor di motor milik si pemuda. Pemuda itu spontan langsung emosi, turun dari motor dan membalasnya dengan memukul bocah penjual gorengan itu sehingga kembali terjatuh di rerumputan. Bocah itu terdiam di atas rerumputan usai jatuh tersungkur. Sekelompok remaja yang melihat aksi tersebut asyik tertawa terpingkalpingkal.
Ketika kejadian itu, sudah setahun ini Rizal berjualan. Sebelumnya dia menjual Putu namun sejak awal bulan Ramadhan dia berjualan Jalangkote. Setiap hari dia menyisihkan 5 ribu rupiah dari 10 ribu rupiah hasil pendapatannya sehari untuk membeli popok adiknya yang baru berumur sebulan. Namun pada hari itu Rizal tidak bisa membelikan popok adiknya. Sambil menciumi adiknya, dia meminta maaf. Ibunya sebenarnya sudah melarangnya berjualan tapi Rizal suka pergi berjualan secara diamdiam. Rizal sebenarnya sudah meminta agar video tentang perundugan itu dihapus karena dia tidak mau membuat ibunya bersedih hati tapi malah menjadi viral.
Tak pelak video itu menjadi viral dan mengundang berbagai tanggapan. Banyak nitizen yang menjadi geram setelah melihatnya. Di sisi lain banyak yang tergugah memberi bantuan, tak kurang Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdulah, Rizky Irmansyah Sekretaris pribadi Prabowo dan seorang pengusaha yang mempersilahkan Rizal untuk bekerja di perusahaannya selepas SMA nanti.
Mencermati kejadian di atas, siapa yang bisa menebak masa depan manusia? Baik itu si Rizal maupun Firdaus dan temantemannya yang berbuat konyol itu? Siapapun tidak ada yang bisa menduga utamanya efek dari kejadian itu. Kalau boleh memilih siapapun tentu ingin menjadi Rizal yang akhirnya mendapat hadiah dari mana saja. Bahkan ada yang bernilai fantastis. Sebaliknya pasti tidak mau menjadi Firdaus cs yang akhirnya berurusan dengan hukum dengan ancaman hukuman penjara beberapa tahun.
Nasib manusia bisa berubah dengan cepat dan drastis dengan efek yang tidak terduga sebelumnya. Nasib ternyata tidak bisa direncanakan, apalagi hanya dibayangkan. Boroboro dikonsep. Banyak manusia merencanakan dan memprogram masa depan hidupnya. Tidak hanya terdiri dari satu program tapi beberapa program dengan berbagai alternatifnya. Tak hanya itu, manusia juga sudah menyiapkan bagaimana cara melaksanakannya, menyiasatinya, merumuskannya. Manusia tak segan menumpahkan segala apa yang dimiliki dan apa yang dipunyai: intelegensi, kebisaan, kekayaan, bahkan rajin ibadah dan pemanjatan doa yang penuh dengan kesungguhan. Namun ternyata apa yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Ada yang tercapai tapi tidak langgeng atau hanya sebagian saja yang tercapai. Sepertinya Tuhan dirasa seperti berbuat tidak adil. Yang menemukan kesenangan dan kebahagiaan malah mereka yang tidak tekun beribadah, belajar, yang rajin melatih dan mengupas kebisaan. Yang semau gue. Atau mereka yang telah berbuat culas dan pengecut. Para maling dan perampok.
Dengan hanya melihat seperti itu, sesungguhnya manusia tersebut hanya berpikir secara sekilas, hanya sejauh jangkauan mata memandang dan yang sesuai keinginannya saja. Berkeinginan berdasarkan persepsinya sendiri saja. Dari segi usaha ya biasanya yang instan saja, yang gampang saja, yang enak saja. Lewat jalur tol. Padahal oleh Tuhan bagi mereka yang berusungguhsungguh berusaha, apalagi yang sudah melaui beberapa rintangan yang dihadapinya tanpa pernah mengeluh dan mendesah adalah menjadi poin tersendiri. Lihatah si Rizal tadi. Sebelumnya dia setiap hari mondarmandir menawarkan jajanannya untuk sekedar membantu orang tuanya dan membelikan popok adiknya. Meskipun saya tidak kenal dengan si Rizal, bisa saya banyangkan dia menawarkan jajanannya sambil menebarkan senyum dan candaan lucunya kesanakemari, menyapa kepada setiap orang, dan tidak lupa dibarengi dengan ketawanya yang riang. Orang sering melupakan orang yang sedang menggali tanah yang kemudian ditumpuknya. Ketika orang itu berdiri di tumpukan tanah, orang baru kaget, betapa dia terlihat paling tinggi daripada orang yang lainnya. Orang yang lainnya tidak pernah membayangkan dan memikirkan bagaimana dia bersusah payah menggali tanah dan menumpuknya. Apalagi dalam usahanya berusaha mengatasi kendala dan kesulitan yang ditemuinya. Bagaimana dia tidak pernah menyerah dan terus berusaha. Terus berkonsisten dan berkomitmen. Mengasah skill dan talentanya. Yang jelas, orang melakukan hal bersusahsusah seperti itu pasti tidak ada yang mau, atau tidak sudi. Orang lebih lebih terfokus pada hasil. Bukan proses. Syukur dengan mudah didapat.
Saya tidak akan berceramah tentang agama. Saya bukan ahlinya. Bahkan masih merasa banyak belajar. Saya hanya selalu berusaha sharing. Karena saya yakin kita menemui banyak hal yang sama. Situasi yang sama hanya beda permasalahan. Dengan demikian sesungguhnya kita mempunyai banyak pertanyaan yang sama.
Kita tentu setuju bahwa Tuhan pasti mempunyai pertimbangan tersendiri untuk memenuhi atau tidak keinginan kita. Bahwa ada penilaian apa dan sejauh mana kita sungguh tidak tahu. Kita hanya bisa mengiraira dan berinstropeksi diri: Permintaan kita sudah benar atau tidak? Selama ini kita sudah menjalankan perintahnya atau tidak? Apakah kita masih menabrak segala larangannya? Sering makan minum barang haram dan mencari rejeki dari jalan yang haram? Apakah permintaan kita berdasarkan hanya berdasarkan keinginan hawa nafsu? Apakah kita bisa berkomitmen? Dan sebagainya.
Sudah umum manusia selalu terburuburu dalam mengajukan permintaan dan menunggu hasilnya. Maklum, terlalu banyak kompetitor, takut kesaing dan keduluan. Lucunya, Tuhan yang selalu diposisikan dipojokkan. Ditodong. Didesak. Bila perlu ditipu, purapura taat. Manusia hanya mau menangnya sendiri. Padahal pertimbangan Tuhan banyak. Universal.
Kalau Tuhan selalu mengiyakan memberi (jadi ingat film Doraemon yang selalu mengiyakan permintaan Nobita yang selalu minta sesuatu sambil merengekrengek minta dibelaskasihani), malah bisa bahaya. Bisa menimbulkan kesembronoan, keserahkahan, dan kesombongan. Manusia menjadi lupa mengontrol diri. Itulah sebabnya Tuhan tidak langsung memberi. Atau memberi dalam bentuk lain, misalnya meminta kesembuhan orang yang sangat dicintai, tapi Tuhan malah memanggilnya, meninggal. Padahal itu mungkin malah jalan yang terbaik, melepaskan penderitaan yang bersangkutan sekalian berkaitan dengan urusan yang lain. Misal kesembuhannya hanya akan menimbulkan halhal yang tidak baik dan sebagainya.
Meninggalkan doa karena doa, sering terjadi kepada manusia. Karena sudah lelah dan sangat berputusasa, manusia malah meninggalkan doa. Padahal permohonan doa harus dilakukan secara kontinyu dengan penuh kesabaran. Tuhan berfirman: “jangan dikira orang yang beriman tidak akan diuji”. Kita tentu setuju ini. Bagaimana orang bisa naik kelas atau lulus sekolah dengan tanpa melalui sebuah ujian? Tertundanya sebuah doa bisa jadi merupakan sebuah ujian, atau Tuhan melihat lebih ada kebaikan ketika diberikan di tempat lain. Bukankah di alam sana lebih abadi? Permintaan yang terburuburu penuh nafsu dan hanya mementingkan diri sendiri dapat mendatangkan bahaya. Iblis yang malah meluluskan doa kita.
Benar, manusia pasti pernah berbuat salah, itu kodrat. Kalau manusia selalu berbuat benar jangan-jangan peranan Tuhan disepelekan karena sudah merasa selalu bertindak benar. Padahal Tuhan selalu bertindak konsisten, kitalah yang sering bertindak tidak konsisten. Tuhan selalu menepati janji.
Kembali kepada masalah perundungan di atas. Intinya setiap kita hendak melangkah berbuat sesuatu hendaklah berpikir panjang tentang efek yang akan ditimbulkan. Tentang untung ruginya bagi kita beserta keluarga. Untuk dik Rizal saran saya: berikanlah maafmu kepada Firdaus cs, toh proses hukum tetap berjalan. Pemberian maafmu menunjukkan jiwa besarmu. Tidak merugikanmu, dan akan lebih mengundang simpati banyak orang kepadamu. Tengoklah mereka. Ajaklah berbicara yang ringan. Bila perlu berilah sebagian rejekimu kepada mereka (disamping kepada yang sangat membutuhkan), betapapun karena ulah mereka dik Rizal kini menjadi sangat terkenal dan punya banyak rejeki. Tuhan pasti mengapresiasi. Salam hangat dariku.
*****
NB: Jadilah follower blog ini. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap sepekan ada tulisan baru. Untuk mempermudah mencari blog ini, simpanlah situsnya dengan cara di bookmark. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.
Posting Komentar untuk "Di balik peristiwa yang selalu tidak kita duga"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.