SEBUAH PERMASALAHAN DI PABRIK GARMEN DI GROBOGAN
Belum lama ini media sosial diramaikan oleh berita sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang garmen yang berada di wilayah Grobogan Jawa tengah yang bermula ditayangkannya sebuah video tentang seorang pekerja wanita yang menanyakan dalam nada protes keras karena upah lemburnya tidak dibayar. Karena dimasa sekarang dunia internet sudah sangat familiar maka unggahan video yang diposting itu sangat cepat menyebar baik kepada masyarakat umum maupun kepada pejabat pemerintah di pusat dan daerah, termasuk Said Iqbal si presiden kaum buruh juga ikut memperhatikan dengan serius terhadap kasus ini.
Di satu sisi dapat dipahami dan dimengerti bahwa pejabat pemerintah tentunya dalam menindaklanjuti kasus ini tentu secara proporsional karena adanya kewenangan yang berjenjang dalam menjalankan tugas serta kewenangannya masing-masing.
Di sisi lain, nama perusahaan tersebut dan nama karyawan wanita yang ada di tayangan video tadi menjadi terkenal dalam waktu yang relatif singkat.
Padahal Perusahaan tersebut bukanlah perusahaan kelas kaleng-kaleng. Perusahaan tersebut adalah sebuah perusahaan manufaktur pakaian jadi yang didirikan pada tahun1998, yang dilansir dari laman resminya perusahaan itu sendiri dimana perusahaan tersebut telah membukukan omzet penjualan sebesar US$ 90 juta selama 23 tahun perjalanannya. Perusahaan tersebut berdiri di lahan seluas 18 hektare dengan lebih dari 10 ribu karyawan. Dengan jumlah karyawan sebanyak itu, perusahaan tersebut mampu memproduksi ratusan ribu hingga jutaan produk tiap bulannya. Perusahaan tersebut setiap harinya mampu melakukan produksi pemotongan dan jahit sebanyak 2 juta pcs, anyaman 1,5 juta pcs, rajutan dan percetakan 500 ribu pcs, laundry 2,5 juta pcs. Selain itu, perusahaan tersebut juga mampu membordir dan penyelipan pin sebanyak 300 ribu.
Namun tentu saja bukan tidak mungkin perusahaan sebesar itu berjalan tanpa ada kendala yang berarti di tengah jalan.
Saya sendiri berpendapat :
1. Sebenarnya hal itu dapat menerpa di perusahaan mana saja, kapan saja, kelas apa saja, tapi kuncinya memang harus ada kesamaan pendapat dulu. Permasalahan yang ada harus dihadapi dengan sikap yang realistis, obyektif, bijak dan berdasarkan kebenaran data serta adanya keterbukaan. Hati boleh panas tapi kepala harus dingin.
3. Itulah perlunya SETIAP BULAN perusahaan memberikan laporan kepada pekerja melalui rapat dengan serikat pekerja setempat. Mungkin di slide tidak melulu harus menampilkan jumlah uang yang tentunya sangat besar (hanya di bagian tertentu saja) tapi berupa grafik. Kalau tidak pernah ada rapat, ya tahunya pekerja bahwa perusahaan dalam kondisi kondisi baik, terutama dari segi keuangannya.
4. Yang penting JANGAN SAMPAI MERUGIKAN PEKERJA. Mungkin gaji bulan ini atau upah untuk ini terpaksa dibayar dicicil sekian persen dulu (kalau bisa setidaknya 50% keatas), tapi SISANYA TETAP HARUS DIBAYAR sesuai waktu yang dijanjikan (dan jangan lama-lama).
5. Bagaimanapun perusahaan dan pekerja pasti ingin agar perusahaan dapat terus survive sehingga kebutuhan nafkah kedepan dapat terjamin .
6. Memang SP bentukan perusahaan relatif lebih dapat dikendalikan (dapat diajak bicara) daripada SP yang dari yang bukan bentuan perusahaan. Dulu di perusahaan saya sendiri yang bergerak di bidang jasa (jadi bukan garmen) dimana teman-teman pekerja malah tidak mau membentuk SP. Jika ada yang ingin berbuat begini atau begitu sehingga menimbulkan situasi yang tidak kondusif malah disambangi sama teman-temannya sendiri. Dan saya memang selalu terbuka dengan mereka, padahal perusahaan juga tidak luput dari kesulitan yang sama. Pernah ada User kami yang selama ini terkenal performanya sangat baik dan tidak dapat membayar hak kami selama 3 bulan. Terpaksa saya harus putar otak agar gaji pekerja tetap terbayar. Soal dapat dibayar secara full atau dicicil dulu bisa dibicarakan.
7. Sebaiknya perusahaan memang tidak dapat terus menerus memakai model menunda gaji/upah karyawan. Ini dapat menimbulkan persepsi yang tidak baik. Harus segera dapat mencari solusinya agar hal itu tidak terjadi lagi. Di sisi lain dalam keadaan begitu Top Manajemen jangan malah pamer punya mobil atau rumah baru apalagi mewah. Itu sangat melukai perasaan pekerja.
8. Intinya jangan sampai ada pihak yang dirugikan. Apalagi pihak pekerja. Padahal sekali berita jelek tersebar pasti akan menghantam performa (nama baik) perusahaan.
Posting Komentar untuk "SEBUAH PERMASALAHAN DI PABRIK GARMEN DI GROBOGAN "
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.