Menulis di blog ada tujuannya
Sebenarnya bisa dikatakan cukup terlambat saya menulis di blog. Beberapa tahun yang lalu saya sudah pernah dibuatkan blog oleh seorang cewek yang sangat saya kenal dengan dekat dan baik yang pada waktu itu berada di Australia karena kebetulan dia sedang menempuh pendidikan jenjang kesarjanaan PhD di sana.
Sayangnya waktu itu saya belum “ngeh” dan karenasaking banyaknya kesibukan kesana kemari sehingga tidak memungkinkan menulis di blog tersebut. Dengan selesainya purna tugas di PHRD Jateng ditambah situasi sekarang yang sudah sangat memungkinkan, saya bisa meluangkan waktu untuk menulis-nulis seperti yang anda baca ini. Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan ya?
Menulis di blog banyak enaknya, antara lain: tidak mengganggu lalulintas dialog di grup WA karena sudah punya kapling sendiri, HM lagi, ya blog itu. Terus tidak terpenjara oleh tema-tema tertentu, bebas. Biasanya grup WA punya ketentuan harus nulis yang bertema yang sesuai dengan karakter atau visi misi sebuah grup. Tidak terpancang waktu, asal ada ide, mood, langsung tancap gas puoooll.. Nulis di media massa, entah itu koran atau majalah rasanya dikejar-kejar waktu tayang.
Dalam menulis itu dibilang narsis, mungkin iya. Lho nulis di fb atau WA itu juga narsis lho.. Apalagi ada unggahan fotonya yang atraktif, byuh byuuuh.. Tapi tidak apa, itu sah sah saja kok..
Silaturahmi? Kalau menurut saya itu jelas. Berderma kepada sesama, insyaallah..
Lho, habluminaloh harus didahului hablumminanas dulu lho. Jangan terbalik. Kalau terbalik ya percuma. Mosok hidup hanya untuk sembahyang kepada Tuhan tok, tidak mengenal tetangga kanan kiri. We lhah, saya percaya Tuhan juga tidak berpendapat begitu ya? Dalam literatur Islam disebutkan Nabi pun sempat heran melihat saking begitu banyaknya ayat yang menitahkan kita harus berbaik-baik dengan tetangga.
Lho, habluminaloh harus didahului hablumminanas dulu lho. Jangan terbalik. Kalau terbalik ya percuma. Mosok hidup hanya untuk sembahyang kepada Tuhan tok, tidak mengenal tetangga kanan kiri. We lhah, saya percaya Tuhan juga tidak berpendapat begitu ya? Dalam literatur Islam disebutkan Nabi pun sempat heran melihat saking begitu banyaknya ayat yang menitahkan kita harus berbaik-baik dengan tetangga.
Kelebihan lainnya, blog menjadi album tersendiri bagi pemilik blog. Seperti yang kita tahu, artis film, bila kita ingin melihat orangnya, kita tinggal menonton filmnya. Demikian juga penyanyi jika ingin mendengar suaranya tinggal memutar albumnya, meski yang bersangkutan telah lama meninggal dunia. Blog bisa menjadi album kenang-kenangan ketika yang bersangkutan masih hidup.
Harus diakui menulis di blog (di bukupun begitu) seseorang berharap agar tulisannya dibaca orang lain. Untuk itu dia sangat ingin dikenal (tulisannya) memang iya. Ingin terkenal sih tidak, meski harus diakui kedahsyatan dan keefektifan “gethuk tular” masyarakat sangat menggilakan.
Konon pesan Menteri Tenaga Kerja bahwa penerimaan karyawan juga akan menelusuri jejak di medsos yang bersangkutan. Ya tidak apa-apa. Di jaman sekarang hal itu sangat logis sih.. Toh beberapa teman mengatakan di perusahaannya sudah lama melakukan hal itu. Polisi juga sudah lama mencermati soal jejak medsos.
Bisa jadi orang dalam meneliti calon menantu juga akan begitu, lihat kiprahnya di medos..
Nulis di medsos ternyata juga bisa sebagai portofolio seseorang. Wih..
Jadi mari kita menulis di blog agar aku ada teman.
*****
*****
NB: Mari jadi follower blog ini dan silahkan dikomentari serta disebarkan alamat situs ini. Selama ada ide nsyallah setiap hari Minggu ada tulisan baru. Terima kasih telah mengunjungi Perpustakaan kami.
Posting Komentar untuk "Menulis di blog ada tujuannya"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.