ANTARA RASA KASIHAN DAN MENCINTAI
Orang pertama berkata: "Aku hanya sekedar mengasihaninya, tidak mencintainya."
Orang kedua berkata: "Aku tidak hanya mengasihaninya, tapi juga mencintainya, sangat mencintainya."
Orang ketiga berkata: "Aku tidak lagi mencintainya, hanya memang kasihan melihatnya."
Orang keempat berkata: "Aku tidak lagi merasa kasihan dan mencintainya lagi. Aku sudah mati rasa kepada dia."
Orang kelima berkata: "Mencintainya? Oh my God. Tidak ada uang, cinta tidak bisa jalan ya?"
Saya tidak tahu, anda pernah merasakan item yang mana. Bisa jadi dalam waktu yang sama anda merasakan lebih dari satu item kepada orang yang berlainan. Bila kepada orang sama pasti terjadi dalam waktu yang berbeda.
Yang jelas bila mereka dikumpulkan dalam sebuah diskusi di tema Antara Rasa Cinta dan Kasihan pasti ramai dan meriah. Meskipun hasilnya pendapat mereka bisa ditebak seperti kalimat beberapa item di atas, adu argumentasinya pasti ramai. Mereka bisa saling ngotot dalam memberikan pendapatnya masing-masing. Pendapat? Pendapat atau prinsip?
Dalam kehidupan yang permasalahannya serba dinamis ini, pendapat seseorang bisa saja berubah. baik dalam waktu dekat, bertahap, atau dalam jangka waktu yang lama. Berubahnya bisa bergeser dalam jarak yang relatif sedikit namun bukan tidak mungkin dapat berubah secara drastis.
Dan kita tidak bisa mengatakan orang tersebut tidak konsisten, tidak mempunyai komitmen. Dia berbuat begitu pasti karena sudah mengalami respon dari orang yang dikasihani atau dicintai itu. Responnya dapat ditolerir atau tidak dapat ditolerir. Mereka merasa tidak punya waktu (mendingan mikirin yang lain), dan mempunyai keterbatasan dalam kesabaran. Bagi mereka punya pendapat: Kesabaran itu tidak terbatas adalah omong kosong. Ketika kita sudah tidak sabar, itulah batasan sebuah kesabaran.
Kalau yang dipikirkan merasa cuek, acuh, keras kepala, easy going, lho, kita bisa more easy going. Bisa berbuat lebih nekat dari apa yang dia lakukan. Kita tidak dapat terus-terusan hanya mengurusi dia. Kita berhak untuk menentukan diri sendiri sebagai insan yang merdeka.
Bila dicermati secara seksama, dari beberapa item di atas memang sangat terkait dengan komitmen. Namun komitmen pun ternyata bisa berubah seiring penerimaan perlakuan yang diterima. Komitmen bukan harga mati. Ketika dalam situasi yang demikian, "komitmen yang tidak komitmen" justru kita bermaksud untuk menghargai sebuah komitmen.
*****
Coba mari kita cermati dan kupas secara simpel beberapa item pendapat di atas. Tapi ini menurut saya lho, silahkan bila anda mempunyai pendapat yang lain. Ayo kita sharing.
Orang yang pertama mencoba untuk berbuat proposional. Dia bisa memilih dan memilah sebuah permasalahan. Dia tidak ingin melangkah terlalu jauh sampai melampui batas koridor.
Orang kedua bukannya tidak bisa memilah dan memilih permasalahan, tapi justru karena itu dia memilih "sikap yang lebih maju" yaitu "memilih sikap berjuang alias tidak setengah-setengah". Dia ingin "bersikap gentle".
Orang keempat mencoba bersikap realistis. Tidak mau terombang-ambing oleh perasaan yang ambivalen. Dia memilih kenyataan saja. Memang dia masih mempunyai rasa kasihan, karena dia heran saja melihat orang kok ada yang demikian.
Orang keempat juga mencoba bersikap realistis. Tidak mau terombang-ambing oleh perasaan yang ambivalen. Dia memilih kenyataan saja. Dia memilih untuk bertindak tegas. Bukankah dalam hidup itu harus memilih?
Orang kelima juga mencoba bersikap realistis. Super Realistis. Secara logika kita pun setuju untuk menerimanya. Tapi bisa juga ada yang tidak setuju dengan pentadapat ini. Lho, pada kenyataannya ada juga yang berpendapat "urusan cinta adalah urusan di luar logika."
*****
Anda tentu pernah mendengar kata "simpati" dan "empati".
Menurut Wikipedia "simpati" adalah suatu proses kejiwaan di mana seorang individu merasa tertarik pada seseorang atau sekelompok orang karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya yang sedemikian rupa. Di dalam proses ini perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Inilah perbedaan utamanya jika di bandingkan dengan identifikasi. Identifikasi lebih di dorong oleh suatu keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus di hormati. Hal ini karena pihak lain mempunyai kelebihan atau kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh. Simpatik Dibagi 2 Yaitu : Simpatik Searah Dan Simpatik Timbal Balik.
Sedang "empati" dari Bahasa Yunani yang berarti "ketertarikan fisik", didefinisikan sebagai respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain.
*****
Intinya: Saya kira kita setuju bahwa beberapa item pendapat di atas juga dipengaruhi oleh faktor emosi. Kita sebagai subyek "melakukan reaksi" atas perlakuan yang ditunjukkan oleh si obyek. Kita pun berhak menentukan sikap. Kita juga mempuyai otoritas kewenangan. Kita berhak menentukan untuk "terus di bawah bayang-bayang si obyek" atau memilih keluar dari bayang-bayang itu. Nah, silahkan anda memilih yang mana?
*****
Have a nice day.
Notes: blog GUNO HRD diusahakan setiap hari ada tulisan baru. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "ANTARA RASA KASIHAN DAN MENCINTAI"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.