Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENYIKAPI CINTA YANG DITOLAK

 Seminggu yang lalu seorang wanita yang dulu pernah mempesona saya, tiga kali menelpon saya tapi tidak ketemu karena saya sedang ada kegiatan sehingga hp saya silent. Kemudian saya kirimi pesan tertulis di hari apa saya bisa menghubunginya sebelum jam 11.30 siang? Ternyata tanpa membalas pesan saya jam 10.33 dia menelpon. Celakanya pada jam itu saya sedang ada kegiatan yang tidak bisa saya tinggalkan. Jadi tidak ketemu lagi. Sampai sekarang belum telponan lagi. Bila bertemu yang dibicarakan paling hanya saling bertanya kabar. To say halo.. bla bla bla.. tidak lebih dari begitu. Dia menjadi Dosen di sebuah universitas ternama di Indonesia. Suaminya juga seorang Dosen. Setahu saya anak mereka ada tiga. Sebelumnya saya pernah didiamkan selama enam tahun karena terjadi kesalahpahaman yang tidak kami sengaja. Setelah saya jelaskan segala sesuatunya melalui pesan, tempo hari, sekian bulan kemudian dia baru telepon saya itu. Di tahun 2011 dia membuatkan blog untuk saya, tapi karena saya belum ada mood untuk menulis blog itu tidak tergarap sebagaimana yang diharapkan.


Oke saya tak hendak membahas mengapa sampai terjadi begitu. Yang ingin saya bahas kembali tentang liku-liku perasaan dalam kaitannya dengan cinta dan realitas.


Mungkin ada yang bertanya: apakah saya masih mencintai wanita itu? Dengan tegas saya jawab: TIDAK. Tapi saya tetap menghormatinya. Dia sudah hidup bahagia dengan keluarganya yang tidak hanya intelek tapi juga sangat harmonis, saling menghargai, menghormati, menyayangi, serta saling mendukung. Saya tidak ingin mengganggu mereka. Saya bukan seorang pecundang. 


Bahwa selalu berusaha menjaga silaturahmi itu harus. Pernah dulu, karena saya kenal baik dengan orang tua wanita itu, saya pernah mengajak istri dan kedua anak saya yang masih kecil-kecil untuk bersilaturahmi ke sana. Dan tanpa diduga ternyata bertemu dengan wanita itu. Ya sudah, saya berbincang biasa seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Mengapa dibuat ruwet?


Saya tidak tahu dengan anda, apakah hal seperti itu menjadi persoalan bagi anda: bagaimana bertemu dengan orang yang pernah anda sukai dalam situasi yang berbeda. Memang menyukai dan mencintai tentu berbeda. Menyukai masih dalam taraf penjajagan, sedang mencintai tarafnya sudah lebih serius. Mencintai sudah ada ketegasan dalam memilih.


Guno Display

Secara umum dapat dimengerti bila cinta itu membawa kesan. Setidaknya masih membawa kesan tersendiri. Bahwa ternyata cinta tidak sampai kesampaian atau bertepuk sebelah tangan harus disikapi secara realistis. Secara obyektif. Jangan menuruti emosi yang dapat merambah kemana-mana. Mengapa sampai menimbulkan rasa dendam segala? Tapi tentu saja itu tergantung dan terserah kepada masing-masing orang. Kemauan dan kemampuan orang jelas sangat berbeda.


Kalau saya lebih memilih bersikap proposional saja. Itu terasa lebih tenang dan nyaman. Bahwa saya selalu mengucapkan selamat ulang tahun di tanggal kelahiran wanita tadi, rasanya ya biasa saja, tidak bertendensi apa-apa. Bahwa dia merasa kegedean rasa ya terserah saja. Itu bukan urusan saya.


Dalam masalah cinta, permainan rasa memang terasa dominan. Kalau tidak dapat mengontrol, perasaan bisa kemana-mana. Cinta yang ditolak dapat mendatangkan rasa depresi. Kalau dapat diatasi tidak masalah, kalau sampai akut tentu akan merepotkan. Tidak dapat mengontrol dan tidak bertindak logis dapat berpotensi menjadi berbuat yang tidak-tidak. Kalau sampai menimbulkan korban dapat mendatangkan masalah.


Menerima penolakan dengan lapang dada akan mendatangkan perasaan ringan dan nyaman di hati. Perhatian dapat kita fokuskan ke hal lain yang bermanfaat. Banyak kok kalau kita mau mengerjakan sesuatu.


Mengisi waktu bukanlah merupakan kalimat klise namun benar-benar akan menguras perhatian, waktu, dan tenaga. Tapi jangan salah, menangis itu juga sesuatu yang realistis. Kalau merasa perlu menangis untuk melegakan hati, menangislah. Tapi jangan lama-lama. Hidup terlalu singkat kalau hanya untuk menangis.


Bila cinta ditolak jalan yang terbaik adalah berhenti untuk mencintai dia. Tidak perlu ada dendam, tidak perlu saling menyalahkan. Tidak perlu carita kepada orang lain perihal keburukannya. Itu tidak akan dapat menyelesaikan masalah. Dapat menjadi bumerang bagi kita. Dibuat nyaman saja. Tidak perlu berbuat sesuatu yang tidak penting dan tidak bermanfaat.


Jangan terpaku dengan perasaan cinta yang ditolak. Kita realistis saja. Tak peduli seberapa sempurnanya dia, kalau ia tidak bahagia dan mencintai balik anda, ada baiknya lepaskan saja. Ambil langkah mundur dapat membantu mengatasi rasa cinta yang tak berbalas. Hindari saling menyalahkan. Jika terus menyalahkan dia yang menempatkan diri di 'friend-zone' dan sebagainya justru akan membuat situasi menjadi tidak adil. Semakin menekankan rasa getir dan pahit akan hubungan hanya akan membuat jauh dari rasa lebih baik.


Jangan merasa terpuruk dan terpenjara gegara cinta kita ditolak. Sebuah studi menunjukkan mengingat hal baik akan diri sendiri, membuat seseorang mencintai dirinya dan  ini menjadi obat ampuh dalam menghadapi penolakan dan move on. Jika perlu tulislah dalam secarik kertas atau note apa saja tentang diri sendiri. Ekspresikan apa yang disukai dari diri. Misalnya, "Saya mungkin lemah saat ini, tapi saya seorang yang baik dalam hal panahan,diri dan saya menyukai hal positif dalam diri saya." Menemukan diri sendiri dan hal positif penyertanya akan menjadi solusi akhir untuk bisa move on dan lepas dari jebakan cinta tak berbalas.


Memikirkan cinta itu penting. Mimikirkan cinta yang ditolak itu tidak penting.


Have a nice day.





Guno feed

Notes: blog GUNO HRD diusahakan setiap hari ada tulisan baru 










Guno Artikel

Posting Komentar untuk "MENYIKAPI CINTA YANG DITOLAK"