ROMANTIKA RUMAH TANGGA
Belum lama ini info dari dunia keartisan dihebohkan dengan berita rumah tangga Indra Bekti dan Aldila Jelita sedang di ujung tanduk. Aldila Jelita diketahui telah gugat cerai sang suami dan kini perceraiannya sudah diproses di pengadilan agama. Hal itu diungkap Milano Lubis, kuasa hukum Aldila Jelita.
Kabar perceraian pasangan yang menikah pada tahun 2010 ini awalnya mencuat karena Indra Bekti dan Aldila Jelita sudah tidak saling mengikuti di Instagram. Bahkan berdasarkan unggahan terakhir Aldila Jelita juga seakan menjelaskan bahwa dia dan Indra Bekti sudah berpisah. Padahal baru beberapa bulan lalu Aldila Jelita berjuang untuk kesembuhan Indra Bekti yang dirawat di rumah sakit karena pendarahan otak yang dideritanya. Pasangan ini sudah membina rumah tangga selama 13 tahun dan mempunyai 2 orang anak. Alasan keduanya bercerai karena sudah tidak sejalan dan tidak satu visi. Sejauh ini tidak ada indikasi orang ketiga. Mungkin memang permasalahan mereka saja yang sudah numpuk.
Baiklah, saya tidak ingin mengusik kehidupan pribadi mereka. Biarlah mereka berusaha menyelesaikan urusannya sendiri. Mungkin apa yang akan mereka usahakan, menurut mereka adalah sudah merupakan sebuah jalan yang terbaik. Lagipula mana ada sih manusia yang tidak mempunyai masalah?
Banyak faktor penyebab perceraian ini. Bahkan, pasangan yang terlihat ideal bisa saja dihadapkan pada situasi ini. Bukan hanya selebriti atau politikus, orang yang kita ketahui dulunya terlihat begitu mesra dan serasi pun bisa juga kandas pernikahannya. Bukankah sebuah ikatan rumah tangga berdasarkan keinginan mewujudkan rasa cinta yang ditekati untuk diperjuangkan secara bersama?
Nah, apakah yang menyebabkan pasangan yang napak harmonis dan baik-baik saja tiba-tiba bisa dirundung perceraian? Orang mengenali ada 4 hal penyebab utama perceraian.
1 . Perselingkuhan.
Pasangan yang mengkhianati janji perkawinannya adalah penyebab paling sering hancurnya rumah tangga. Pihak yang merasa sakit hati tentu lebih memilih berpisah. Meski demikian, tak sedikit pasangan yang berhasil melalui masalah ini dan sepakat untuk membuka lembaran baru dalam pernikahannya. Dibutuhkan komitmen dan ketulusan yang kuat untuk memaafkan.
2. Kemalasan.
Terkadang orang tidak mau "bekerja" dalam pernikahan. Ada sugesti yang keliru bahwa pernikahan akan membuat kita bahagia. Hal ini menyebabkan kekeliruan cara pandang, seolah-olah pernikahan adalah hal yang terpisah dari luar diri kita yang akan bertahan dan berkembang dengan sedikit usaha dari suami dan istri. Wanita kerap merencanakan hal besar dalam pernikahannya. Segala keperluan untuk pernikahan disiapkan sedetail mungkin tanpa tahu makna pernikahan yang sebenarnya. Sementara itu, pria mencari pasangan yang rela merawat, menyayangi dan menikahi wanita yang tidak menuntut banyak pada dirinya.
Namun, apa yang terjadi bila pasangan merasa kecewa akan pernikahannya? Sayangnya, mereka mulai mencari di luar diri mereka untuk menentukan keretakatan rumah tangannya daripada melihat situasinya dan mempertanyakan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan. Hal utama yang kerap dilakukan biasanya saling menyalahkan. Memang lebih mudah menyalahkan pasangan atau pernikahan itu sendiri. Biasanya, mereka justru lari dari tanggung jawab dan enggan memikirkan perubahan yang mungkin diperlukan untuk memperbaiki keadaan.
Orang terlalu malas untuk melakukan eksplorasi diri, belajar untuk memperbaiki hubungan yang lebih baik dan berusaha untuk memenuhi hal yang dibutuhkan dalam pernikahan. Pernikahan membutuhkan kerja keras dan jika keduanya tidak memiliki komitmen untuk bekerja keras, maka jangan berharap pernikahan akan bertahan lama.
3. Kurangnya keterampilan komunikasi.
Sebenarnya ini hal yang mudah dan sederhana. Namun, masih banyak yang belum memahami cara berbicara satu sama lain dan seni mendengarkan. Banyak juga pasangan yang menghindari percakapan hanya karena takut saling melukai. Berapa pun usia pernikahan Anda, komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki. Cara termudah untuk membangun kepercayaan dalam pernikahan adalah melalui keterampilan komunikasi yang terbuka dan jujur.
Jika berbicara dan mendengarkan tidak menjadi kebiasaan dalam rumah tangga, maka tidak ada harapan rumah tangga itu akan bertahan selamanya. Komunikasi dapat menjadi jalan untuk mendiskusikan solusi. Masalah perkawinan tidak bisa dipecahkan tanpa kemauan untuk berkomunikasi. Anda bisa mengetahui cara efektif berkomunikasi dengan pasangan sejak masa pacaran sehingga tidak mudah tersulut emosi saat menghadapi tekanan. Komunikasi sebelum menikah dapat mencegah harapan yang tidak realistis yang mungkin timbul dalam pernikahan.
4. Ekspetasi yang terlalu tinggi.
Memasang harapan yang tinggi memang bagus untuk memacu semangat kita. Namun, ini tidak berlaku pada pernikahan. Harapan tinggi yang berpadu dengan kemalasan akan membuat pernikahan hanya berakhir dalam perceraian. Wanita yang membeli gaun pengantin mahal itu mungkin juga memiliki harapan pernikahan yang sangat tinggi. Pria dan wanita sama-sama membuat banyak asumsi dalam pernikahan dana pa yang diharapkan dari sebuah pernikahan.
Ekspektasi pernikahan jarang selaras dengan realitas kehidupan seperti di dalam pernikahan. Ada banyak mitos yang beredar dalam pernikahan, misalnya keyakinan bahwa pria hanya menginginkan seks dalam pernikahan atau wanita adalah pihak yang memboroskan uang. Salah paham inilah yang kerap menimbulkan masalah dalam pernikahan. Selain itu, kedua pasangan seyogianya juga menyadari bahwa kehidupan perkawinan tidak akan luput dari kemungkinan terjadinya konflik. Penyebabnya bisa beragam, antara lain perbedaan latar belakang pendidikan, budaya, dan harapan. Kedua pasangan perlu menyadari bahwa mereka berasal dari latar belakang yang berbeda satu sama lain. Jadikanlah konflik sebagai ajang bagi peningkatan saling mengenali antar-pasangan. Untuk itu, seyogianya kedua pasangan mampu mengelola dan menyiasati konflik dengan cara kompromistis.
Hidup memang penuh dinamika. Demikian pula kehidupan rumah tangga juga dipengaruhi romantika. Gelombang pasang surut ada yang memaknainya sebagai keindahan irama sebuah lagu, namun sebaliknya ada yang menganggapnya sebagai bencana. Padahal esensinya itu semua adalah sebuah ujian.
Kehidupan rumah tangga adalah pertaruhan masa depan utamanya bila sudah mempunyai anak. Tapi harus diakui ada yang menanggapinya dengan perasaan tidak peduli.
Ini ada kisah yang menyentuh hati. Saya pernah melihat sebuah video pendek yang mengisahkan sebuah kejadian nyata kehidupan sepasang suami istri (ada fotonya dimana foto wajah istrinya ditampilkan dengan buram atau tidak jelas karena disiram air keras oleh seseorang dalam sebuah tindak kejahatan). Di foto itu ada tulisan dari sang suami yang berbunyi "Aku akan tetap selalu mencintai dan setia padamu karena aku menikahi hatimu, bukan wajahmu". Nah. Tentu saja yang repot bila mempunyai pasangan yang sudah wajahnya buruk hatinya juga buruk. Alamak.
Maka benarlah apa yang dikatakan oleh orang bijak, "Tidak ada cinta yang salah, yang ada adalah mencintai orang yang salah".
Have a nice day.
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "ROMANTIKA RUMAH TANGGA "
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.