BERUSAHALAH SEKUAT TENAGA SEBELUM BERSERAH DIRI KEPADA TUHAN
Dalam salah satu dakwahnya Gus Baha dari Rembang mengoreksi orang yang mengatakan: “Sembahyang kita diterima atau tidak oleh Tuhan ya terserah kepada Tuhan.” Menurut Gus Baha kata-kata itu benar, tapi tidak tepat. Yang tepat adalah: Sembahyang kita harus benar dulu sesuai aturan, baru hasilnya kita serahkan kepada Tuhan.
Hal itu persis sama seperti yang pernah dikisahkan dalam suatu riwayat: Suatu ketika Nabi Muhammad pernah menegur seorang sahabat yang karena terburu-buru akan sembahyang di masjid dia hanya menaruh kudanya tanpa diikat terlebih dahulu di tempat yang telah disediakan. Nabi bertanya: “Mengapa kudanya tidak diikat?” Orang itu menjawab: “Tawakal (bersandari diri) kepada Tuhan.” Kata Nabi: “Lho, tawakal ya tawakal, tapi kudanya harus diikat dahulu, baru tawakal.”
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita memang sering dan banyak sekali menemui permasalahan yang dirasa mudah, setengah susah, atau susah sekali. Dan ketika bertemu dengan permasalahan tentu dengan berserah diri tentang hasilnya kepada Tuhan. Namun dalam berserah diri harus didahului dengan pelaksanaan yang benar dari penanganan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian itu termasuk dimulai dari perencanaan, mengeksplorasi kemampuan diri, penerapan strategi, persiapan alternatif tindakan, sampai dengan pelaksanaan eksekusi pengambilan keputusan.
Hasil dari penangan masalah memang dapat bermacam-macam. Dari yang meleset sama sekali dari perkiraan sebelumnya, mendekati dari perkiraan sebelumnya sampai persis atau melebihi hasilnya dari perkiraan sebelumnya.
Dalam sebuah pertandingan olah raga bisa saja perbedaan perbandingan fisik dapat menjadi perkiraan hasil akhir sebuah ceritapertadingan. Namun retorika itu bisa terbantahkan karena bisa saja faktor latihan menjadi faktor yang dapat menentukan masalah hasil akhir sebuah pertandingan. Bahwa di peristiwa kemenangan Daud ketika melawan Goliath tentu harus dipahami bahwa Daud sebelumnya melakukan ikhtiar atau menyiapkan satu atau beberapa rencana tentang cara penanggulangannya terlebih dahulu.
Bersandar dan menyerahkan diri kepada Tuhan yang utamanya mengenai hasil menangani sebuah permasalahan atau mengenai apapun (perjodohan, cita-cita, masa depan, dan lain sebagainya) tanpa adanya upaya upaya tertentu dari kita sendiri, sama saja kita menodong Tuhan, memerintah Tuhan, mendesak Tuhan. Dengan demikian tentu tidak benar sama sekali, bahkan dapat dikatakan sebagai suatu hal yang sangat kebangetan sama sekali.
Dan jangan salah, Tuhan sangat sayang kepada kita. Buktinya kita sudah diberi modal kecerdasan, kecakapan bertindak, mempunyai sarana dan prasarana, mempunyai hati untuk menimbang-nimbang, dan sebagainya. Apakah itu semua sudah kita berdayakan dengan benar? Bila belum sama sekali ya sama saja kita menyerahkan semua pekerjaan kepada Tuhan. Bayangkan, padahal kita sudah diberi modal.
Kejadian di atas sama saja ketika kita akan bersedekah (infaq) kita jangan berprinsip yang penting iklas. Tapi juga sesuai kemampuan. Bila misalnya mampu bersedekah 500 ribu rupiah, ya jangan hanya bersedekah 10 ribu rupiah dan berprinsip yang penting iklas. Karena itu tidak sesuai seperti besarnya rejeki yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Itu sebuah pengingkaran dari kejadian aslinya. Padahal bila benar diberi hanya segitu, kita akan teriak serta menyalahkan Tuhan lagi. Tidak adil bukan?
Menjadikan Tuhan sebagai sebuah tumpuan adalah benar. Dan memang harus begitu. Tapi kalau kita tidak menggunakan pemberiannya yang berupa kecerdasan itu terlebih dahulu, terlihatlah, bukan saja kemalasan tapi juga kebebalan kita. Betapa kita tidak tahu malu.
Dengan begitu, kalau kelak kita masuk Surga itu bukan karena Tuhan pilih kasih, dan kalau kita masuk Neraka itu karena Tuhan bukan tidak sayang kepada kita.
Have a nice day.
Posting Komentar untuk "BERUSAHALAH SEKUAT TENAGA SEBELUM BERSERAH DIRI KEPADA TUHAN "
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.