Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mudik bukan sekedar tradisi

Bisa dipastikan di setiap Hari Raya Idul Fitri ada perayaan di setiap keluarga umat Islam dimanapun di seantero dunia, namun hanya di beberapa negara di asia khususnya di Indonesia ada dikenal adanya acara mudik.
Mudik di Indonesia meskipun mengundang kemacetan dimana-mana karena dilakukan secara berbondong-bondong, heboh, dan spetakuler, tradisi mudik selalu saja dilakukan. Dan itu terjadi di setiap setahun namun mengundang banyak cerita. Kemacetan terjadi di sepanjang jalan, entah itu di jalan tol atau jalanan biasa. Kota Jakarta yang merupakan ibu kota yang dikenal setiap hari hiruk pikuk jalannya, di hari itu menjadi sangat sepi sekali setidaknya selama dua hari berturut-turut. Sepinya melebihi adanya pemilihan umum.
Terminologi kata mudik ini konon katanya dari bahasa jawa ngoko “mulih dikik”(mudik). Entah benar entah tidak nyatanya kata mudik bisa diterima di skala nasional.
Kampung kelahiran adalah ibarat hulu sungai seseorang. Tempat asal, tempat sejarah. Ada suasana keramat yang amat sangat dirasakan, diresapkan. Boleh percaya boleh tidak, ada rasa kebanggaan di situ. Ketika kampung kelahiran terkena gusur rasanya ada yang hilang dan tak mungkin tergantikan sampai kapanpun juga.
Acara mudik yang dilaksanakan secara massal, sporadis dan heboh, secara langsung atau tidak langsung, suka tidak suka, jelas berimbas kepada dunia usaha. Merembetnya bisa ke soal harga, peningkatan produksi, meningkatnya marketing, munculnya ide berdagang sampai jam masuk kerja di beberapa perusahaan tertentu yang memang terkait dengan adanya arus mudik. Bengkel, SPBU, restoran, mall, rumah sakit, dan lain-lain akan ada jam kerja ekstra, sementara di tempat kerja lain hari liburnya malah agak banyak alias panjang karena ada cuti bersama yang memang diatur pemerintah dan bahkan adanya libur kerja karena kebijaksanaan perusahaan itu sendiri. Itu yang perusahaan formil. Yang kerja wiraswasta berskala menengah ke bawah juga terimbas adanya arus mudik ini: warteg, bengkel kecil, jual jajanan di jalan, sampai jual pulsa ikut berekstra kerja. Yang berdagang lewat on line bisa juga terimbas.
Hikmah mudik sudah banyak dikaji dan dari hasil pengamatan kita semua. Rata-rata ya sama kesimpulannya:
  1. Silaturrahmi. Ini jelas. Hampir setahun berpisah dengan keluarga besar momen mudik adalah suatu momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang, bukan saja yang muslim yang tidak muslimpun juga memanfaatkan. Bertemu di hari raya, kumpul dengan keluarga besar terasa spesial karena di situ ada ajang maaf memaafkan. Bukan tidak mungkin ada arena cari jodoh juga ada di sana. Apalagi hanya setahun sekali kejadiannya, tentu pelaksanaannya penuh greget. Ngangeni. Saya dulu di hari-hari biasa apalagi pas ada mudik, sering memberi uang ke orang tua saya untuk di berikan ke cucu-cucunya. Si cucu ya tahunya dapat uang dari embahnya, padahal ya dari kita. Itu salah satu strategi untuk mendekatkan mereka.
  2. Mensyukuri nikmat Alloh. Alhamdulillah masih bisa bertemu, masih diberikan kesehatan, umur panjang dan keselamatan. Ada rezeki. Keluarga sudah bertambah ada anak cucu, yang dulu lajang sudah punya suami atau istri, guyub dan keimanan masih bersih terjaga. Dan yang tidak kalah pentingnya bisa bersedekah. Yang kebetulan dimudahkan rejekinya sekarang tentu tampil beda: pakai mobil baru entah beli secara kredit atau tunai, bawa istri atau pacar cantik, sudah punya titel, sampai memakai pakaian yang mentereng, bawa banyak duit, dll, dst, dsb, adalah pernik-pernik yang ada di seputar acara mudik. Dan itu lumrah saja. Implementasi mensyukuri nikmat Alloh jelas sangat kentara di acara ini.
  3. Piknik. Mudik sangat dinanti dan dinikmati oleh mereka yang kebanyakan mengalami urbanisasi. Bekerja atau bertempat tinggal di luar kota, luar propinsi, bahkan luar pulau, atau di luar negeri. Meskipun pulang mudik, itu adalah tetap merupakan daerah-daerah baru bagi anggota keluarga baru. Bahwa yang didatangi adalah daerah subur atau tandus sekalipun tetap saja merupakan daerah baru yang perlu dikenal dan dijelajahi. Bagaimanapun tempat kelahiran adalah sejarah serta suatu tempat yang membanggakan dan dibangga-banggakan ke anggota keluarga baru. Bahwa kurang ini dan itu bukankah di daerah lain juga kurang ini dan itu? Dalam touring mudik yang menempuh perjalanan yang relatif jauh perlu mempersiapkan stamina kebugaran tubuh disamping mengecek dengan teliti segala perlengkapan mobil. Harus diakui bahwa perjalanan mudik sangat rentan terjadinya kecelakaan yang tragis yang sebagian besar karena akibat adanya human error. Oleh karena sikap mental dan ketahanan tubuh harus sangat dijaga dan dipelihara agar bisa tampil fit demi kelancaran perjalanan serta keselamatan keluarga dan orang lain.
  4. Momen kebersamaan. Adalah kebersamaan saat melakukan perjalanan jauh dan kumpul-kumpul dengan teman-teman dan keluarga besar. Menempuh perjalanan jauh bahkan sulit itu sangat mengasyikkan. Membawa kenangan yang tak terlupakan. Ada kendala, ketegangan, dirasakan ada goresan kesan yang mendalam. Kita tentu tidak menginginkan terjadinya sesuatu yang negatif di perjalanan. Tetapi hal-hal yang tidak diinginkan selalu saja siap mengintai setiap saat. Bisa karena human error atau bukan selalu saja menjadi letak kesalahan meski ada juga adanya faktor X, ada kejaidan yang tidak terduga di situ. Contohnya kasus tabrakan, bisa karena menabrak atau ditabrak, keduanya tetap saja menuai suatu urusan. Namun apapun yang terjadi, unsur kebersamaan di arena mudik tetap saja mendatangkan rasa asyik. Tidak mungkin terjadi di hari lain. Ada kesan mistis di arena mudik lebaran.
  5. Berbagi kebahagian. Jangan lupa diusahakan sebisa mungkin untuk berbagi kebahagiaan dengan yayasan anak yatim piatu terdekat dan bersedekah dengan orang-orang miskin. Jangan-jangan selama ini kita hanya terbelenggu oleh kemunafikan dalam menjalankan perintah agama. Kita berpuasa tapi bukbernya di Hotel atau Rumah Makan. Necis. Sedang mereka betul-betul lapar dan berbuka dengan makanan yang teramat sederhana. Kita berlebaran dengan baju baru dan bagus. Sedang mereka dengan baju yang tidak harus baru dan bagus. Kita bisa berkumpul dengan keluarga sedang mereka tidak punya keluarga. Apalagi soal duit, astagfirullah..
  6. Mengingat kematian. Di acara mudik pasti ada acara ziarah ke makam leluhur keluarga. Ada doa yang bertaburan di sela-sela acara mudik. Ada yang khusuk, ada yang mungkin tidak. Lho, ada juga lho, yang malah ketemu jodoh di pekuburan. Lha sama-sama nyekar meskipun dari keluarga yang berbeda, lalu ketemu. Bagaimana doanya bisa khusuk kalau mata inginnya nglirik terus? Meskipun begitu mendatangi kuburan para leluhur tetap bisa menjadi pengingat kematian bagi kita sendiri. Setidaknya ya bisa pesan tempat dulu di kelompok keluarga kita. Kan kita sudah kenal dengan juru kuncinya?
  7. Berbagi ilmu. Pengalaman berkelana dan bekerja di tempat lain atau daerah baru tentu menghasilkan ilmu. Bukan saja ilmu pengetahuan, tapi ilmu cari duit, itu yang penting. Sehingga bukan tidak mungkin kembali ke kota tempat bekerja membawa saudara, tetangga atau teman di luar keduanya. Kedatangan warga baru tentu saja membawa persoalan tersendiri bagi kota yang bersangkutan. Pemkot Jakarta berulangkali mungkin bisa ada peraturan baru untuk mengantisipasi kejadian ini. Pihak angkutan juga. Entah itu angkutan darat, laut, maupun udara. Lonjakan penumpang saat pergi terkadang melebihi kapasitas ketika adanya arus balik.
Selamat bermudik ria !!!


*****



NB: Jadilah follower blog ini dan berikan komentar anda serta sebarkan alamat situs ini. Selama ada ide insyaallah setiap hari Minggu ada tulisan baru. Terima kasih telah mengunjungi Perpustakaan kami.

Posting Komentar untuk "Mudik bukan sekedar tradisi"

Guno Display
Guno feed
Guno Artikel