EKSISTENSI TUKANG BAKSO, PERLUKAH DIPERTANYAKAN?
Belum lama ini kalimat TUKANG BAKSO menjadi viral gegara ucapan Megawati dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) II Partai PDIP pada tanggal 21 Juni 2022 di Jakarta. Pada waktu itu Megawati bercerita ketika mengutarakan pesannya selaku orang tua (ibu) untuk ketiga anaknya. Sebenarnya itu sebuah kejadian yang biasa saja. Namun karena pendapatnya menyangkut sebuah komunitas dan disampaikan dihadapan orang lain, di sebuah kalangan terbatas, meskipun satu partai, apalagi suasana itu disebarkan ke media sosial, maka pendapat itu mendapat banyak respon dari berbagai kalangan termasuk dari para Tukang Bakso sendiri, sebuah komunitas yang disebutnya tadi. Bagaimanapun Megawati adalah petinggi partai yang notabene merupakan public figur, bahkan Mantan Presiden, tentu saja ucapannya menjadi sorotan dan tanggapan banyak pihak. Bahkan di media sosial ada yang memparodikannya secara lucu.
Jujur, kita juga ingin mengapreasinya. Tapi kita ingin mencermatinya secara cerdas, sopan, beretika, obyektif, logis, dan berimbang. Kita tidak ingin ikut-ikutan berpendapat secara ngawur dan sembarangan.
Sekali lagi sebenarnya Megawati, sebagai ibu ingin berpesan (bahasa Jawa: wanti-wanti) kepada ketiga anaknya (bukankah setiap ibu berharap ingin yang terbaik bagi anaknya? Dan dia berhak untuk berpendapat seperti itu), bila mereka memilih jodoh, dia tidak ingin mencari yang seperti tukang bakso (yang dimaksud profilnya), sebagaimana yang sangat dia tekankan pada pesan yang diberikan. Dalam pesannya itu Megawati sendiri sebenarnya ingin menekankan pada pentingnya perkawinan campuran antar suku bangsa dan tidak terjebak kepada rekayasa genetika.
Melalui media sosial reaksi yang disampaikan komunitas para tukang bakso pun serasa menohok bahwa mereka juga tidak berminat menjadi menantu Megawati. Mereka mengatakan meskipun penghasilan mereka hanya sedikit namun berkah dan halal. Bukan didapat dari korupsi yang notabene merampok dan memakan uang rakyat.
Yang sangat disesalkan oleh komunitas tukang bakso itu adalah partainya Megawati diusung dengan atas nama Partainya wong cilik. Mengedapankan nama wong cilik. Dengan kata lain seharusnya membela wong cilik. Melindungi wong cilik. Bukan malah menghina, kata mereka. Ini ironis.
Saya sendiri pernah menulis bahwa tukang bakso adalah sosok pedagang yang tegar dan berani berspekulasi. Bagaimana tidak? Dia berani belanja berbagai keperluan untuk berjualan tanpa pernah tahu apakah nanti jualannya akan laku atau tidak, meskipun segala teori dan perhitungan telah mereka teliti dan diperhitungkan (kalkulasi) secara cermat. Mereka tentu tidak ingin mengalami kerugian. Segala sudut telah dia teliti. Namun mereka juga tidak ingin berpangku tangan tanpa mau melakukan usaha apa-apa.
Bahkan situasi tersebut (berjualan bakso) dapat memicu ke berbagai pemikiran yang kreatif. Misalnya bagi penjual bakso yang memakai gerobak dorong dapat memetakan dan mengenali daerah (tempat) mana saja yang ramai pada hari-hari tertentu. Jadi tidak hanya berjualan keliling tanpa arah tujuan. Atau bagi penjual bakso yang memakai warung, ketika harga daging dan yang lainnya mahal, dia mengakalinya dengan tidak menaikkan harga semangkok bakso tapi dengan cara misalnya dulu satu mangkok berisi 6 bakso sekarang semangkok hanya berisi 4 bakso sambil menaikkan harga makanan lainnya yang disediakan di meja dagangannya. Bagi mereka harga semangkok bakso adalah sebuah "Trademark" yang sebisa mungkin harus dipertahankan. Yang berpikiran progresif juga ada meskipun apa yang dilakukannya tidak spektakuler bagi orang lain, namun bagaimanapun itu sebuah langah yang inovatif dan kreatif. Penjual warung bakso itu selalu memberikan servis sederhana bagi yang jajan di warungnya yaitu membersihkan sadel kendaraan motor mereka, tidak peduli hari itu turun hujan atau tidak.
Eksistensi profesi tukang bakso boleh dipertanyakan tapi jangan diremehkan, apalagi dilecehkan. Betapapun profesi tukang bakso dapat menjadi pilar ekonomi keluarga dan bangsa walaupun dalam level yang sederhana. Profesi tukang bakso juga merupakan sosok tegar karena dia adalah profesi wirausaha yang dapat muncul secara langgeng ditengah sengitnya persaingan usaha seperti sekarang ini .
Intinya, memang harus berhati-hati ketika mengatakan sebuah pernyataan di depan umum (meskipun di kalangan sendiri) dengan menyebut nama sebuah komunitas. Karena hal itu dapat mengundang tanggapan dari pihak tersebut serta sehingga dapat menjadi bumerang dan preseden yang tidak baik. Apalagi saat ini jamannya digital, segalanya dapat dengan cepat menyebar dan menjadi viral.
Have a nice day.
Notes: Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu akan muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "EKSISTENSI TUKANG BAKSO, PERLUKAH DIPERTANYAKAN?"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.