SEBUAH PENDAPAT TENTANG PENDAPAT
Dalam menjalani kehidupan, dalam menjalani pergaulan, kita sering mengeluarkan pendapat. Tidak terhitung berapa banyak pendapat yang sudah kita sampaikan. Tidak peduli itu untuk sebuah masalah yang kecil atau yang besar. Tidak paduli pendapat itu yang intelek atau yang tidak. Implementasinya lancar atau tidak. Bahkan itu di keluarga sendiri atau bukan.
Menurut Wikipedia pendapat, ide atau pikiran untuk menerangkan preferensi atau kecenderungan tertentu terhadap ideologi dan perspektif yang memiliki sifat tidak objektif.
Dan yang sering terjadi, kenyataanya memang sering begitu. Bersifat subyektif, meskipun dalam menyatakan pendapatnya seseorang sering menggunakan data-data yang ada, entah data yang biasa saja atau yang berbau ilmiah. Yang jelas dalam menyampaikan pendapatnya disadari atau tidak, disengaja atau tidak, seseorang dalam menyampaikan pendapatnya sering dilandasi adanya kemauannya sendiri. Bahkan bukan tidak mungkin terselip kepentingannya sendiri. Kebutuhannya sendiri. Akibatnya apabila ada perbedaan pendapat dengan orang lain "perasaan menjadi terganggu", merasa tidak nyaman, walaupun dalam upaya mencari titik temu dapat diselesaikan dengan baik, tanpa adanya ribut-ribut, atau permasalahan yang berarti. Namun ada juga dalam pencarian titik temu ada yang alot dan seru, bahkan sampai ada yang sampai berlanjut hingga beberapa periode pertemuan.
Memang bukan tidak mungkin penyampaian pendapat, diakui atau tidak, terkait dengan harga diri dan kehormatan seseorang. Ini yang dapat membuat faktor emosi ikut terlibat. Orang yang memberikan pendapat, apalagi bila pendapat yang disampaikan sangat logis, cerdas, dan tidak terpikirkan sebelumnya oleh orang lain, itu akan "menggambarkan kehebatan" seseorang. Oleh karena itu bagi orang yang biasa tidak mau kalah gengsi, munculnya perbedaan pendapat akan dirasa sangat mengganggu. Maka dari itu "pertarungan perbedaan pendapat tersebut" itu akan dilihat sebagai perbedaan pendapat yang sehat atau hanya sekedar sengaja menunjukkan sebuah debat kusir demi menjaga gengsi atau nama baik seseorang.
Seperti yang kita ketahui mengemukakan pendapat di muka umum adalah kebebasan setiap orang, bisa berupa pemikiran atau gagasan. Setiap orang memiliki hak dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat di muka umumk karena dijamin oleh Pancasila, UUD 1945, dan Deklarasi Universal HAM dunia. Selain itu, kemerdekaan mengemukaan pendapat di Indonesia dapat lebih jelas dilihat pada saat terjadinya tuntutan reformasi pada tahun 1998. Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), tuntutan reformasi pada waktu itu berhasil lebih jelas menjadikan Indonesia sebagai negara yang demokratis dengan memberikan kemerdekaan kepada setiap warga negara mengemukakan pendapat di muka umum. Prinsip dasar kebebasan tersebut adalah bahwa kemerekaan mengemukakan pendapat di muka umum harus dilaksanakan dengan benar dan bertanggung jawab sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Namun demikian meskipun dilindungi oleh Undang-Undang dalam penyampaiannya tentu saja ada peraturannya, seperti: Penyampaian pendapat di muka umum harus mengajukan ijin terlebih dulu ke pihak yag berwenang, kemudian tidak boleh membawa sesuatu yang dapat membahayakan orang lain, dan sebagainya.
Dan yang dapat membahayakan sejatinya bukan berupa barang tapi emosi yang tidak dapat terkendalikan. Emosi yang tidak dapat terkontrol dapat menjalar kemana-mana dengan akibat yang tidak terduga sebelumnya. Lebih celaka lagi, kadar emosi yang terlanjur tinggi dapat mengalahkan logika dan hati nurani. Untuk itu sebelum menyampaikan pendapat perlu menata diri dulu. Tidak hanya dalam menyiapkan data tapi harus menyiapkan mental juga. Kecerdasan berpikir (IQ) harus diimbangi dengan kecerdasan emosi (EQ). Di penghujung itu pada akhirnya orang lain tidak hanya akan melihat dan menilai kecerdasan seseorang tapi kemampuan menjaga ketenangan diri dari seseorang. Orang akan bisa menilai mana orang yang ngotot memaksakan pendapatnya, atau yang mengajukan sebuah pendapat yang hanya asal-asalan saja, atau yang tahu timing yang tepat kapan dia akan melontarkan pendapatnya. Bagaimana keluwesan dia dalam mengolah munculnya perbedaan pendapat serta bagaiman cara dia mengatur strategi untuk "memenangkan pertarungan" dengan tanpa menimbulkan kehebohan yang tidak perlu serta tidak memalukan lawan.
Have a nice day.
Notes: Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat silahkan pilih. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "SEBUAH PENDAPAT TENTANG PENDAPAT"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.