Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MEMAKNAI PERGANTIAN TAHUN

Tidak terasa sebentar lagi akan terjadi pergantian tahun. Tidak terasa kita sudah melalui dan menikmati hidup selama 12 bulan. Tidak terasa kita telah menjadi semakin tua. Tidak terasa kita semakin mendekati hari kematian kita. 


Banyak suka duka yang telah terjadi di sana, di 12 bulan yang lalu. Ada senyum, ada gelak tawa, ada nelangsa, bahkan mungkin juga tangisan. Dan semua itu telah menjadi sebuah kenangan yang menambah koleksi diary kita. Sebuah kenangan memang tak lagi merasakan seperti halnya ketika semua itu terjadi. Tidak ada tangisan atau derai tawa bahagia. Namun, jangan salah, sebuah kenangan mampu menghadirkan sebuah histeria.


Saya beragama Islam. Tapi saya tidak mau mengkonflikkan ini tentang pergantian Tahun Masehi atau Tahun Hijriyah. Bagi saya yang terpenting adalah memaknai setiap ada peristiwa pergantian tahun. Baik itu  Tahun Hijriyah atau Tahun Masehi. Bukankah dalam peristiwa begitu yang terpenting adalah pemaknaan bukan perayaan? Merayakan memang perlu diadakan sebagai perwujudan rasa penghormatan kita kepada peristiwa fenomenal itu. Tapi sewajarnya saja. Tidak perlu memaksakan diri. Nanti malah membebani diri. Anggap saja sebagai ungkapan rasa syukur kita karena masih diberikan kesehatan dan keselamatan oleh Tuhan yang maha kuasa. Itu saja. Memang tanggal 1 Januari jam 00.01waktu setempat diakui sebagai Perergantian Tahun Baru secara Internasional.

Guno Display


Dengan "memaknai" maka dari peristiwa pergantian tahun kita "menemukan nilai" baik pada terjadinya peristiwa itu maupun pada diri kita sendiri. Bila tidak begitu maka jangan heran tahun baru hanyalah sekedar simbolisme semata. Simbolisme tahun baru bukan tidak mungkin akan membawa kita kepada kehancuran karena kita tidak mampu memaknainya dengan benar. 


Waktu itu laksana air yang mengalir ke hilir yang tak pernah lagi kembali ke hulu. Waktu juga laksana anak panah yang terlepas dari busurnya yang juga tak akan pernah kembali  lagi. Kadang ia (waktu) membangkitkan gairah dan semangat. Kadang ia memperdaya kita. Kadang kita tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya. Oleh karenanya kita harus menghargai setiap kesempatan yang ditawarkan sang waktu sebelum ditarik dari kita karena kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya. Penyesalan adalah sebuah kata pelengkap penderita yang selalu saja terasa tidak berguna.

Secara umum memaknai setiap terjadi peristiwa sebuah pergantian tahun adalah dengan melakukan intropeksi dan evaluasi diri yang berujung pada sebuah kesimpulan dan penilaian. Pertanyaannya sederhana saja: "Beranikah kita menilai diri kita sendiri secara fair dan obyektif?" Pertanyaan yang lebih spesifik: "Dapatkah kita memaknainya dengan cerdas?"


Tidak usah secara muluk-muluk, yang biasa saja, tapi yang mengena di substansi. Ini ada salah satu contoh yang sangat sederhana sekali mengenai memaknai sang waktu:

Adalah satu riwayat yang menceritakan tentang putra Umar bin khotob, seorang Amirul Mukminin atau seorang pemimpin umat Islam, sekembali pulang dari sekolahnya dia  menghitung tambalan-tambalan yang melekat di bajunya yang sudah usang dan jelek. Karena merasa kasihan Umar bin Khotob kepada putranya, sang Amirul Mukminin sebagai ayahnya berusaha membantu putranya dengan mengirim sepucuk surat kepada bendaharawan negara, yang isinya meminta agar beliau diberi pinjaman uang sebanyak 4 dirham, dengan jaminan gajinya bulan depan supaya dipotong. Kemudian bendaharawan itu mengirim surat balasan kepada umar, yang isinya demikian: "Wahai umar yang baik, apakah engkau telah dapat memastikan bahwa engkau akan hidup sampai bulan depan?  Bagaimana kalau engkau mati sebelum melunasi hutangmu? Membaca surat bendaharawan yang isinya terasa sangat menohok itu, maka seketika itu juga Umar jatuh tersungkur menangis, lalu beliau menasehati putranya dan berkata : "Wahai anakku, berangkatlah ke sekolah dengan memakai baju usangmu itu sebagaimana biasanya, karena aku tidak dapat memperkirakan umurku untuk satu jam saja.  Sungguh, batasan umur manusia tidak ada yang mengetahuinya, kecuali hanya Allah SWT semata. Besok bulan depan bila aku masih hidup akan kubelikan baju baru untukmu."


Guno feed

Have a nice day.




Guno Artikel

Posting Komentar untuk "MEMAKNAI PERGANTIAN TAHUN"