Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENGHADAPI KARYAWAN YANG SULIT (HASIL WEBINAR)

Kemarin ketika salah satu grup profesional kami "Think Thank MSDM Indonesia" (MSDM= Manajemen Sumber Daya Manusia) mengadakan webinar dengan judul Menghadapi Karyawan Yang Sulit ditinjau dari Pesrpektif Psikologi dengan narasumber teman kami Fajar Riadi Dwi Sasongko seorang Sarjana Psikologi, praktisi People Development Specialist, acara dapat berlangsung lancar dan sukses. Dikatakan sukses karena mendapatkan respon yang positif ditambah dengan adanya dialog interaktif yang berkualitas. Itu saja ada permintaan dari beberapa teman agar file rekamannya diputarkan karena satu dan lain hal mereka tidak dapat mengikuti acara saat webinar berlangsung. Memang, acara tersebut mengundang antusias  para Manajer HR. Dan bagi kami memang lebih menitik beratkan kepada segi kualitas daripada kwantitas.


Memang harus diakui karyawan yang sulit itu ada. Dari seluruh jumlah mayoritas karyawan, hampir dapat dipastikan individu bahkan kelompok karyawan jenis ini hampir selalu ada di perusahaan. Tamperamen mereka biasanya mudah sekali dikenali. Vokal, tidak ada rasa sungkan untuk menyuarakan pendapatnya. Masih mendingan kalau hanya untuk mengritik. Akan repot bila dimaksudkan untuk membangkang.


Dan biasanya pula orang semacam ini mendapatkan dukungan dari beberapa karyawan. Entah karena simpati atau karena hanya sekedar ikut-ikutan. Yang repot apabila yang diucapkan sampai keluar dari konteks yang dibicarakan. Alhasil, omongannya menjadi melantur dan ngawur. Konyolnya mereka bertindak bak pahlawan kesiangan. Semakin banyak yang mengerumuni seolah menjadi panggung terbuka untuk mempertontonkan pertunjukan actingnya.


Pihak perusahaan, dalam hal ini bidang HR, memang tidak akan serta merta menjatuhkan sangsi atau hukuman dalam upaya untuk menghadapinya. Mereka tahu, tidak ada kamusnya: keras dilawan dengan cara keras. Sebab kobaran api malah akan dapat menjadi-jadi dan menjalar kemana-mana.

Guno Display


Kadang memang harus diakui bisa jadi perusahaan di tempat kita bekerja memang masih mempunyai kemampuan yang terbatas. Masih belum bisa bila harus disejajarkan dengan perusahaan yang besar dan maju. Tapi bukan karena hal itu bila pihak HR selalu melakukan cara pendekatan melalui komunikasi. Perusahaan mengakui bahwa bagaimanapun mereka adalah asset perusahaan, jadi sebisa mungkin dipertahankan, dengan catatan harus mau berubah. Bukankah perusahaan harus tetap berjalan? Dengan kata lain perusahaan harus terus produktif. Namun bila karyawan tadi memang tidak dapat berubah, perusahaan terpaksa mengambil tindakan tegas, yaitu dengan jalan mengambil tindakan rang sesuai dengan peraturan yang ada. Perusahaan dan mayoritas karyawan yang lain harus menjadi prioritas untuk diselamatkan. Yang dapat dibina akan tetap dibina, bila tidak dapat dibina ya dengan sangat terpaksa harus "dibinasakan" atau diputus karirnya di perusahaan yang bersangkutan.


Dalam melakukan komunikasi, menurut Fajar Riadi, dilakukan penahapan langkah: Diadakan pertemuan dengan didahului dirumuskan dulu tujuan pertemuan, temukan masalahnya sampai pada intinya, jangan lupa tanyakan apa rencananya, lalu mulailah menjalin  kesepakatan pribadi tertentu (jika pembinaan masih berlanjut). 


Perlu dipahami dalam diskusi yang dilakukan bukan untuk menghakimi.  Bila perlu pihak HR lebih menjadi pendengar, seperti seorang coach dengan coachee dalam beberapa saat sambil melihat kemungkinan yang terjadi. Itupun kadang kita diserang. Namun kita jangan terpancing karena secara psikologi orang sulit itu biasa bila banyak bicara tentang kekurangan yang ada pada orang lain, dan itu bisa saja kepada kita. Lagipula orang sulit itu secara psikologis membutuhkan pengakuan atas dirinya tapi sering lupa ada masalah besar yang dia lakukan dan tidak menyadari dampaknya. 


Bahkan kadang sangat dimungkinkan tindakan yang menimbulkan kesulitan tadi ternyata hanya merupakan pelampiasan dari berbagai permasalahan dihadapi si karyawan sulit tadi di luar perusahaan, entah di rumah atau di tempat lain. Permasalahan itu begitu sangat sulit untuk diurai (apalagi diatasi), sehingga membuat bingung di hati serta membuat kusut pemikirannya maka situasi perusahaan yang dirasa tidak sesuai dengan kata hatinya menjadi curahan segala kesumpekan yang ada.


Saya sendiri, ketika diberi kesempatan untuk bicara menyampaikan bahwa masalah akan menjadi semakin ruwet bila ternyata karyawan yang dirasa sulit tadi ternyata hanya merupakan anak wayang, bukan merupakan tokoh utama. Jadi ada pihak yang menjadi dalangnya. Masalah akan menjadi semakin runyam bila ternyata karyawan yang bersangkutan ternyata tidak dapat memberikan keputusan atas pertanyaan yang disodorkan. Dengan kata  lain masalah yang dipermasalahkan tidak akan dapat diselesaikan atau dituntaskan. Bila itu yang terjadi akan semakin memperjelas asumsi "tong kosong berbunyi nyaring". Artinya ini akan jelas membuang-buang waktu dengan percuma.


Menurut bro Fajar Riadi tipe karyawan ada tiga:

1. Karyawan robot. Diminta apa saja sama perusahaan pasti melakukan sesuai yang

diminta, hasil bisa positif dan negatif.                          

2. Karyawan yang berorientasi uang. Selalau mengatasnamakan uang, apapun posisi, perubahan status, perubahan posisi, selalu dimulai dengan mindset uang.

3. Dia bekerja sebagai patriot tanpa tanda jasa. Karyawan tipe yang bisa sejajar dalam pekerjaan dan diskusi untuk pembangunan karakter bersama dengan pengusaha. Tapi bukan tipe asal manut saja. Dia bekerja ya untuk bekerja, bukan untuk orientasi lain.

Guno feed

Yang berpotensi menjadi karyawan sulit adalah yang nomor 1 dan 2.


Mengurai permasalahan karyawan memang tidak akan ada habisnya. Dalam dunia pekerjaan "pengertian kepuasan" agaknya sulit untuk digapai. Padahal perusahaan dan karyawan adalah mitra. Adalah sebuah kesatuan. Tidak adanya salah satu pihak, maka tidak ada kesatuan itu. Maka yang ada seharusnya adalah simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Karyawan jangan tahunya hanya menuntut haknya tapi juga harus dapat melaksanakan segala kewajibannya. Dan itu baru dapat diwujudkan melalui perjuangan bersama melalui sebuah proses yang panjang. Bukankah tidak ada kebahagiaan yang tercipta tanpa adanya perjuangan?


Have a nice day.



  

Guno Artikel

Posting Komentar untuk "MENGHADAPI KARYAWAN YANG SULIT (HASIL WEBINAR) "