Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KESALAHPAHAMAN DAPAT MENYESATKAN. APAKAH ANDA SUDAH MENYADARINYA?

Saya bukanlah manusia yang sempurna. Utamanya dalam hal-hal tertentu. Apalagi dalam segala hal, itu sangat tidak mungkin. Saya menyadari betapa saya mempunyai banyak kekurangan. Kemampuan intelektual  yang terbatas, tingkat pendidikan yang terbatas, serta jangkauan finansial yang terbatas. Kalau saya boleh berkata jujur, mestinya frasa kata "terbatas" diperjelas menjadi "sangat terbatas". Dan memang itulah pada kenyataannya. Tapi bagi mereka yang suka berpikir idiealis, dan optimistis, mereka akan mengatakan dan mengajak untuk selalu bersikap kreatif dan dinamis sehingga frasa "sangat terbatas" harus selalu diposisikan sebagai sesuatu yang relatif untuk dijadikan sebagai sesuatu yang positif. Sebagai sesuatu yang tidak menghalang-halangi untuk berbuat baik. Sehingga semua "yang terbatas" itu dapat dipergunakan "sebagai modal". Padahal sebenarnya saya selalu berusaha berpegang kokoh pada sikap komitmen dan menjalankan prinsip secara konsisten. 


Namun saya sadar dalam penerapannya hal itu sangatlah tidak  mudah. Saya sering terbentur dengan orang di sekitar saya yang notabene adalah para teman saya sendiri. Sebagai contoh, INI MISAL SAJA, dalam organisasi atau bukan (maaf, terutama dalam organisasi profesi, sebuah organisasi yang saya anggap sebagai sebuah perkumpulan yang serius dan prestisius), saya sering berpikir terlalu jauh ke depan. Di situ dari usulan konstruktif yang saya usulkan saya sering berharap ada tindak lanjut secara cepat, meskipun harus melalui proses pemikiran yang harus cermat dan hati-hati.


Tapi apa daya, respon yang saya dapatkan  terkadang tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Tidak ditanggapi secara cepat. Bahkan terkadang tidak ada tanggapan sama sekali. Atau bahkan saya dianggap terlalu nyinyir. Tentu saja itu membuat hati saya menjadi sangat sedih sekali. Menjadi masgul. Walaupun  menjadi marah, tidak sama sekali. Tapi saya sangat kuatir itu berpotensi dapat menjadi sebuah kesalahpahaman.


Guno Display

Saya teringat kata orang bijak: "Kesulitan yang kita temui sesungguhnya adalah sebuah jalan yang belum kita ketahui keberadaannya". Jadi saya harus sabar, tidak boleh egois, dan apapun itu tidak boleh memadamkan nyala api semangat saya untuk berbuat kebaikan untuk organisasi yang saya cintai dan banggakan. Mungkin itu sesuatu yang terlalu berlebihan. Tapi itu adalah sebuah tantangan bagi saya untuk semakin membuka wacana saya. Untuk terus maju, pantang mundur. Berpikir secara kepala dingin harus dilakukan. Saya akan berprasangka baik saja. Berprasangka yang bukan-bukan hanya akan membuat saya berpikir lebih berat dan membuat hati tidak tenteram. Hidup menjadi tidak nyaman. Betapapun saya membutuhkan ketenangan, bukan kegaduhan. Lagipula, bukankah selama ini saya sangat mempercayai adanya sebuah proses? Dan sebuah proses pasti membutuhkan waktu. Ada yang mengatakan yang saya sampaikan  "bener tapi orak pener". Benar tapi tidak pada tempatnya. Saya berintrospeksi. Harus dapat menahan diri. Harus cooling down  demi terciptanya suasana kondusif .


Ya sudah. Lagipula saya harus mau menyadari dan memahami bahwa para teman saya adalah orang-orang yang sibuk. Mereka adalah orang-orang yang baik. Orang-orang cerdas yang penuh perhatian. Mereka sangat dibutuhkan oleh orang banyak di perusahaan tempat mereka bekerja. Mereka disibukkan pekerjaan yang selalu sudah menanti dan harus segera ditangani. 


Bahkan saya akui terkadang saya dibantu dalam hal tertentu dengan ikhlas. Dan tentu saja saya sangat berterima kasih sekali. Walaupun sebenarnya itu tidak menghalangi niat saya untuk memajukan organisasi. Bagaimanapun organisasi adalah milik bersama. Milik saya juga. Jadi saya juga berhak untuk menyuarakan ide demi kemajuan organisasi, meskipun resikonya saya dianggap sebagai orang yang tidak tahu diri. Apa boleh buat?


Tapi memang saya tidak mau terjebak pada tradisi yang salah, yang dengan gampangnya menyalahkan orang lain. Yang merasa diri ini selalu di pihak yang paling benar sedang orang lain selalu berada di pihak yang salah. Bisa saja mungkin wacana yang saya lempar bagi mereka adalah sesuatu yang tidak penting, meskipun saya yakin,  tetap ada yang berpendapat bahwa itu penting. Sehingga bisa jadi titik permasalahannya bukan di masalah penting atau masalah tidak penting, tapi di "ada waktu atau tidak ada waktu" untuk merespon wacana yang tadi saya lempar. Atau ada perbedaan perspektif atau saya dianggap salah kamar dalam menyampaikan harapan saya tersebut. Entah mana yang benar.


Tapi saya pikir itu dia mungkin letak permasalahannya. Ada perbedaan pemahaman. Saya inginnya segala sesuatunya dapat berjalan dengan cepat, sedangkan para teman saya berjalan sesuai kondisinya. Dengan kata lain bertahap, tidak terburu-buru sesuai kondisi pekerjaan yang mereka hadapi. Step by step.


Dan itulah yang sering  terjadi pada siapapun. Pada situasi apapun. Standar pemikiran kita sering tidak sama dengan standar pemikiran orang lain. Dan celakanya ketidaksamaan standar pemikiran ini sering "menjadi salah paham" dengan orang lain. Kesalahpahaman dapat  menjadi sumbu pendek yang menyebabkan mudah meledaknya amarah yang tidak terkendalikan. Menjadi bom waktu. Kita harus hati-hati bila bertemu dengan "masalah salah paham" ini.


Bisa dibayangkan, bila sebuah pertengkaran terjadi bukan karena masalah yang harus dipertengkarkan. Sebuah kobaran amarah yang terjadi dari sebuah titik yang aman. Lantas, mengapa bisa terjadi begitu? Hanya sebuah kebodohan yang tidak perlu yang dapat menjadi sumbernya. Dan celakanya kita sering dan mudah  dihinggapi oleh penyakit ini.

Guno feed


Pertanyaannya: "Apakah kita akan selalu mau terbelenggu dengan lingkaran setan yang seperti itu? Sampai kapan?" 


Have a nice day.



NB: Silahkan di klik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk  mencari artikel lain yang anda inginkan. Terima kasih.
Guno Artikel

Posting Komentar untuk "KESALAHPAHAMAN DAPAT MENYESATKAN. APAKAH ANDA SUDAH MENYADARINYA?"