RASA SKEPTIS DAN PERMASALAHANNYA
Bisa dimengerti sebuah kegagalan dapat mengakibatkan sebuah pengalaman yang tidak mengenakkan. Bisa dipahami sebuah kegagalan dapat menimbulkan sebuah luka. Bisa diterima akal merupakan sebuah pengalaman buruk, menjadi trauma. Tapi percayakah anda bila malah ada orang yang menganggap sebuah kegagalan adalah sebuah pengalaman yang patut disyukuri?
Sering saya singgung bahwa manusia adalah produk dari pemikirannya. Apa yang dipikirkan itulah yang membentuk jiwa dan sikapnya untuk menghadapi dan mengolah segala macam permasalahan mendatang yang dihadapinya.
Ada sebuah kegagalan yang akhirnya malah membuat orang menjadi bertambah semangat untuk belajar, untuk lebih mengeksplorasi diri, untuk lebih membuka diri. Mereka menganggap sebuah kegagalan adalah sebuah kemenangan yang tertunda. Sebuah kegagalan tidak membuatnya menjadi semakin kerdil. Bukankah sebuah pengalaman adalah sebuah pengalaman yang baik?
Perlu dipetanyakan: "Mengapa dia bisa gagal? Apa yang membuat dia gagal?"
Pertanyaan pertama jawabannya bisa kurang gigih, kurang teliti dalam mencermati sebuah masalah, kurang cerdas dalam mengolah masalah, dan sebagainya.
Pertanyaan kedua jawabannya bisa kurang belajar, kurang pergaulan, kurang mempunyai minat, dan sebagainya.
Dengan demikian diharapkan jangan sampai penanganannya yang salah tapi obyeknya yang malah disalahkan. Ini jelas tidak pada tempatnya alias tidak bersikap proposional. Efeknys, itu sebuah upaya yang merugikan dirinya sendiri.
Yang paling dikuatirkan atau ditakutkan adalah bila sebuah kegagalan dapat membuat skeptis seseorang. Sikap septis yang berlebihan dikuatirkan akan membuat orang semakin berbuat salah arah ke depannya. Teruatama dalam pengambilan keputusan. Padahal pengambilan keputusan adalah sesuatu yang sangat vital. Sangat penting dan mendasar. Sebuah keputusan yang salah atau tidak cermat akan dapat merugikan dirinya sendiri bahkan mungkin juga merembet ke orang lain juga. Orang yang termemendam rasa skeptis berpotensi dapat menjadi pribadi yang sulit berkembang, susah untuk mempunyai pemikiran maju. Apa "yang dipercayainnya malah dapat menghambat dirinya".
Sebenarnya arti Skeptis bukan merupakan kata penolakan atau anti terhadap sesuatu. Tetapi menyatakan sesuatu pernyataan yang sinis memang disakan benar. Di Wikipedia dikatakan skeptisme adalah paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan), contohnya: kesulitan itu telah banyak menimbulkan skeptisisme terhadap kesanggupan dalam menanggapi gejolak hubungan internasional. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skeptis yaitu kurang percaya, ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dsb), contohnya; penderitaan dan pengalaman menjadikan orang bersifat sinis dan skeptis. Jadi secara umum skeptisisme adalah ketidakpercayaan atau keraguan seseorang tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya. Tom Friedman dari New York Times mengatakan bahwa skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu. Seorang yang skeptis akan berkata: "Saya kira itu tidak benar. Saya akan menceknya."
Dengan demikian orang yang mempunyai rasa skeptis selalu merasa mencurigai, tidak percaya, merasa sinis terhadap sesuatu, tapi belum pada pendapat antipati. Dalam sosiologi atau ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia, skeptis adalah hasil pemahaman kognitif seorang individu yang berbeda dari orang lain. Hal ini dapat terjadi lantaran pengaruh dari banyak faktor seperti intensitas komunikasi dengan orang lain, lingkungan keluarga, dan lain sebagainya. Sikap meragu terhadap pandangan orang lain ini pun juga akan berpengaruh terhadap bentuk interaksi yang hendak dilakukan individu.
Sikap skeptis memang tak selamanya dapat memberikan keuntungan terhadap manusia. Konflik pun rawan terjadi jika tak segera mendapatkan jalan tengah yang tepat. Cara menghindari sikap skeptis adalah dengan menyadari bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang akan terus berinteraksi. Selalu ingat pula bahwa manusia diciptakan tak sempurna dan tak mampu memahami seluruh aspek di dunia secara lengkap.
Cara selanjutnya yaitu dengan menurunkan ego. Dengan sedikit menurunkan ego, maka konflik pun juga dapat dihindari. Usahakan untuk tetap menjalin interaksi, diskusi, dan menghilangkan ego saat berhadapan dengan orang lain. Sedang cara yang terakhir adalah dengan memperluas jaringan pertemanan. Dengan ini, maka pikiran pun senantiasa terbuka dan siap untuk menerima pendapat dari orang lain.
Have a nic day.
Notes: tulisan lainnya dapat dilihat di:
Posting Komentar untuk "RASA SKEPTIS DAN PERMASALAHANNYA"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.