Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

WAKTU YANG BUTUH KITA ATAU KITA YANG BUTUH WAKTU??

Setiap orang mempunyai lama waktu yang sama, yaitu 24 jam, atau 1.440 menit, atau 86.400 detik sehari. Namun tidak semua orang dapat memanfaatkan waktu dengan cara yang sama. Mungkin ada yang polanya mirip, tapi yang saling bertolak belakang juga banyak. Banyak hal yang dapat menyebabkan mengapa bisa begitu? Karakter, latar belakang pendidikan, kebudayaan, dan kesempatan adalah yang menjadi biang keladi. Tidak masalah karena bisa saja permasalahan tidak hanya dari situ.


Banyak orang merasa bingung bagaimana caranya agar mendapatkan uang. Banyak orang merasa bingung bagaimana caranya agar mendapatkan kesuksesan, yang pada gilirannya agar mendapatkan kebahagiaan serta kenyamanan. Dan obyek yang diincar dapat ada di  berbagai bidikan seperti: Karir, pacar, properti, dan sebagainya. Toh pertanyaan mereka sama: "Bagaimana caranya?"


Terus terang saya sendiri tidak tahu caranya untuk mendapatkan itu semua. Sangat beragam keinginan dan tidak dapat dimiliki dengan waktu yang sangat instan, apalagi hanya dengan mengucap mantra: "Simsalabim!.." langsung jadi.


Yang dapat kita sepakati adalah bagaimana cara kita menyepakati tentang penggunaan waktu. Bagaimana kita "menginvestasikan" waktu kita. Kecerdasan kita akan teruji dari sini: "Bagaimana cara kita  menginvestasikan waktu kita." Sukses dan tidaknya dari apa yang kita harapkan mengacu dari sini. Tapi jangan salah, suatu saat secara fisik kita dapat memudar tapi "memenangkan hidup" dapat kita menangkan.


Kaget juga saya ketika suatu saat ketika memotivasi sekolompok anak muda para pencari kerja ternyata tidak ada satupun yang memanfaatkan menu agenda di hp yang mereka miliki. Padahal semua mempunyai hp pribadi. Menu agenda dapat untuk menulis jadwal pada tanggal sekian saya akan kemana dan akan melakukan tugas apa.

Guno Display


Tentu saja ini sangat mengerikan karena ternyata banyak anak muda yang tidak mempunyai atensi kepada dirinya sendiri. Mereka tidak mempunyai planning. Tidak mempunyai agenda pada dirinya sendiri. Padahal membuat agenda tidak harus muluk-muluk. Yang sederhana saja, yang biasa saja. Yang sejengkal saja, tapi yang mempunyai makna dan hasil yang jelas. Bagaimanapun sejengkal langkah adalah sebuah kemajuan.


Menginvestasikan waktu maksudnya bukan untuk menyimpan tapi "mengelola" waktu dengan baik. Bukankah kita tidak bisa menciptakan waktu? Yang dapat kita lakukan adalah menciptakan kesempatan. 


Jangan membuang waktu, mengefektifkan waktu adalah bagian dari upaya kita dalam menghargai waktu. Meskipun waktu terus berjalan tanpa memperdulikan kita namun ketika kita menghargai waktu maka waktu serasa menghargai kita. Insyaalah kesempatan selalu terbuka. Ketika kita gagal kita serasa diberikan kesempatan kedua. 


Menyiasati waktu adalah sebuah jurus. Sebuah langkah. Maksudnya: dalam mencapai sasaran kita tidak harus berurutan jalannya. Bisa saja kita berjalan secara melompat atau zig zag. Yang tahu situasi dan kemampuan berjalan jii dengan memakai cara itu adalah diri kita sendiri. Kesempatan dan kemampuan setiap orang tentu berbeda. Begitu pula dengan kecepatan mencapai sasaran. Termasuk sasaran yang bisa dicapai dengan tepat atau tidak.


Menginvestasikan waktu adalah memelihara, menjaga, mengefektifkan waktu. Menyiasati waktu adalah mempergunakan kecerdasan kita agar waktu dapat berguna atau menguntungkan kita. Sayangnya di jaman sekarang sangat banyak dari kita yang membuang-buang waktu kita dengan sukarela, dengan kesadaran sendiri. Kalau dulu menonton TV, lalu main game, sekarang ini berselancar di berbagai media sosial. Mending yang dapat menghasilkan uang, tapi biasanya hanya untuk sekedar berbasa-basi yang tidak jelas peruntukannya.


Pertanyaan yang sangat sederhana menodong kita adalah: "Waktu yang butuh kita atau kita yang butuh waktu?"


Waktu tidak pernah membutuhkan kita. Dia sadis. Dia terus saja berjalan dengan tanpa menghiraukan keadaan kita. Kitalah yang perlu untuk berkompromi dengan waktu. Yang dulu pernah tidak naik kelas, jelas dia membuang waktu. Namun dia dapat menebusnya dengan menyiasati dan mengefefektifkan waktu. Dan hasilnya bisa saja lebih hebat dari yang kita duga. Jangan dikira yang tidak pernah kuliah pasti kalah sukses dengan mereka yang pernah kuliah. Bahkan ada peristiwa dimana yang bergelar sarjana bekerja kepada mereka yang belum pernah kuliah.


Hidup itu rahasia, rahasia itu hidup. Kehidupan seseorang bisa berubah meskipun belum tentu dapat merubah dunia. Manusia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengatur bahkan memoles corak kehidupannya. Tuhan wait and see. Silahkan manusia mengatur, memelihara, serta mengefektifkan waktu yang tersedia sampai dia dipanggil kembali kepadaNya. Manusia diberi keleluasaan menghitung dan membuat untung rugi kehidupannya. Sang waktu dapat menjadi teman atau yang menjerumuskannya. Bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat atau menjadi beban baginya. Sang waktu menjadi saksi.


Meskipun tidak diminta, hanya satu yang diharapkan oleh waktu yaitu hargailah waktu.


Have a nice day.

Guno feed



NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.








Guno Artikel

Posting Komentar untuk "WAKTU YANG BUTUH KITA ATAU KITA YANG BUTUH WAKTU??"