Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MERESPON RESPON

Menulis sama dengan berbicara. Anda bisa berbicara apa saja, kapan saja, kepada siapa saja, dan di mana saja. Problem yang sering muncul adalah: Anda akan berbicara tentang apa?


Begitupun dalam menulis, anda dapat melakukannya kapan saja, kepada siapa saja, dan di mana saja. Problem yang sering muncul sama: Anda akan menulis tentang apa?


Menulis memang esensinya adalah berbicara yang ditulis. Spesifikasinya memang lain tapi esensinya sama. Dengan menulis apa yang akan kita utarakan akan tersampaikan lebih detil, lebih terperinci, lebih jelas. Mungkin dibutuhkan sedikit kesabaran karena dalam menulis kita memerlukan waktu. Tapi saya yakin anda setiap hari berbicara. Lalu mengapa tidak setiap hari menulis? 


Setiap hari saya menulis karena setiap hari saya ingin berbicara. Tentang apa saja yang terlintas di pikiran saya. Oleh karenanya, jangan kaget, tema tulisan saya setiap kali berbeda. Apa susahnya berbicara tentang banyak hal? Tidak ada. Malahan lebih enak. Justru gampang. Tidak ada pengekangan ide. Segalanya bebas dan berlarian dengan cepat. Persis berkendara mobil di jalan tol.


Guno Display

Secara kasaran biasanya saya dapat menyelesaikan artikel pendek yang saya buat kurang dari satu jam. Bahkan kadang dalam waktu setengah jam bisa rampung. Namun ketika besok pagi pada saat akan saya unggah tentu diperhatikan lagi untuk dipoles lagi. Itu saja terkadang ada yang lolos dari pemeriksaan saya. Maklum, ibarat sebuah penerbitan: Sudah yang menjadi wartawan, tukang edit, dan redakturnya hanya satu orang sja. Jadi mohon maaf kalau anda menemukan ada kekurangan kesalahan kalimat di tulisan saya.


Tujuan utama dan pertama saya menulis adalah bersilaturahmi. Mencari dan mengakrapi teman. Yang kedua berbagi ilmu atau saling belajar. Dengan demikian tentu saja ada usaha untuk melebarkan sayap. Setiap saya mengunggah di fb misalnya itu artinya saya mengunggah secara bersamaan di sekitar 20 fb dari berbagai komunitas yang kebanyakan dari komunitas penulis. Belum di pointers, twitter, grup WA, dan blog saya. Artikelnya sama. Dengan demikian saya mendapat 100 respon atau lebih setiap hari adalah hal yang biasa. Respon terbanyak adalah artikel tentang Kucing dan  Tangisan Gadis Berjilbab Yang Menyayat Hati yang responnya membuat banyak teman wanita yang menangis, padahal mereka dari kalangan komunitas penulis.


Oh ya, dengan sering menulis, itu sama saja saya selalu mengeksplorasi ilmu pengetahuan dan wacana yang ada dalam pemikiran saya. 


Profesional = komitmen + konsisten + kompeten. Tapi saya merasa belum pantas disebut profesional. Bahwa saya mempunyai komitmen saya akui memang benar. Saya siap berkomitmen, karena saya harus memegang teguh dengan tujuan saya. Berkonsisten adalah upaya saya agar  dapat berkomitmen secara terus menerus memegang teguh komitmen saya. Sedang mengenai kompeten saya tidak berani mengatakan apakah sudah berkompeten atau belum. Andalah yang berhak mengatakan setelah menilai saya. Yang jelas saya merasa passion saya ada di menulis.


Saya yakin pada dasarnya setiap penulis ingin setiap saat dapat terus menulis. Ingin berkomitmen dan berkonsisten. Ingin mencurahkan apa yang sedang dipikir atau dirasakannya. Ingin menambah ilmu pengetahuan dan teman. 


Mengunggah tulisan di berbagai media sebagai konsekuensinya tentu mengundang respon. Saya yakin semua penulis pada dasarnya senang ketika mendapatkan respon, baik itu berupa tulisan atau hanya sekedar gambar yang mencerminkan ekspresi seseorang. Mendapatkan respon ibaratnya kita kedatangan tamu. Respon adalah bentuk lain dari apresiasi seseorang.


Sebuah respon ada yang lucu, biasa, dan mengesankan. Respon yang demikian adalah baik. Apreasinya sehat. Bahkan yang bersifat mengritikpun masih masuk tergolong sehat selama penyampiannya santun dan memenuhi norma bermasyarakat yang baik. Saya pernah mendapatkan respon yang terkesan asal nyelonong saja. Tidak nyambung dengan materi yang saya sampaikan dan bahasanya sangat vulgar joroknya. Tentu saja respon yang demikian tidak saya ladeni. Saya tidak mau terpancing. Saya hanya menilai komunitas ini tidak sehat. Saya langsung keluar dari grup itu. Sambil membawa rasa amarah? Tidak, saya malah sambil tersenyum. Sebenarnya agak sedih juga. Kasihan anggota lainnya. Saya yakin tidak semua anggotanya sebrengsek itu. Di situ biasanya bisa kita lihat profil orangnya. Tapi saya tidak mau berprasangka karena profile bahkan gambar fotonya bisa menipu. Gambar fotonya milik orang lain.


Merespon tentu ingin memberikan kalimat yang dianggap yang terbaik. Ada yang dikatakan dengan dilembari kejujuran tapi ada juga karena mengetahui tulisannya akan dilihat oleh banyak orang maka dituliskan sebagus mungkin, sebijak mungkin, padahal tidak sesuai dengan hati nuraninya, bahkan dengan karakter dia yang sebenarnya. Dia menjual kata-kata. Sebuah usaha pencitraan. Munafik. Tapi ya terserah saja bila ada yang mau berbuat begitu. Dia hanya ingin menjadi pusat perhatian. Jujur dan munafik adalah sebuah pilihan. Nanti ada seleksi alam. Respon melucu malah terasa menghibur.


Sebenarnya saya lebih suka segala respon atau komentar yang ditujukan atau ditumpahkan di blog saya. Dengan demikian saya dapat menyortir memilih komentar yang sopan. Dan kita dapat berdiskusi di sana. Di blog, apapun yang kita sampaikan atau kita tulis akan dilihat di 5 benua alias dilihat penduduk di seluruh dunia. Blog saya adalah rumah saya. Mari berdiskusi di blog saya. Saya tunggu ya?

Guno feed


Have a nice day.



NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.




Guno Artikel

1 komentar untuk "MERESPON RESPON"

  1. Semoga lekas sembuh pak guno ...sehat pulih kembali...terimakasih atas sumbangsih utk PHRD

    BalasHapus