MY MEMORIES WITH PHRD: MENGHARGAI DAN MENGHORMATI ORANG LAIN ADALAH CERMIN DIRI KITA SENDIRI
Di komunitas profesi saya, Perhimpunan HRD Jawa Tengah (saya pernah diamanati sebagai Ketua dalam dua periode), yang anggotanya mayoritas para Manajer HRD (ada juga konsultan HRD), saya mendapat banyak sebutan panggilan dari mulai dari: Pak De (mereka memanggilkan untuk anaknya), Begawan, Suhu, Budayawan, si Pelempar bola. Macam-macam. Di Perhimpunan HRD para anggotanya ada yang bergelar Sarjana S1, S2, bahkan S3 sudah biasa.
Saya sih menurut saja dipanggil apa saja oleh mereka. Saya sadar mereka hanya berusaha menghormati saya, menghargai saya, tapi bagi saya, jutstru dengan memanggil saya begitu mereka malah menghormati dan menghargai diri mereka sendiri. Saya berpikir positif saja. Saya sangat mengapreasi hal ini.
Di perusahaan tempat mereka bekerja, mereka adalah orang-orang yang sangat dihormati. Orang dengan jabatan yang sangat mentereng dan penting. Maklum jabatannya Manajer HRD. Masuk dan keluar karyawan pasti harus melalui mereka. Konseling, mengurus ke dua BPJS, Pelatihan, jenjang karier, gaji, dan berbagai pelatihan melalui mereka.
Mereka banyak disibukkan oleh pekerjaan. Ketika ada pertemuan anggota offline di masa sebelum pandemi covid 19, di situlah mereka selain mempelajari suatu topik juga digunakan untuk melepas kangen dengan teman-teman satu profesi. Selama ini secara komulatif berkomunikasi melalui grup WA dan Email.
Di perusahaan tempat mereka bekerja, mereka adalah orang-orang yang sangat dihormati. Orang dengan jabatan yang sangat mentereng dan penting. Maklum jabatannya Manajer HRD. Masuk dan keluar karyawan pasti harus melalui mereka. Konseling, mengurus ke dua BPJS, Pelatihan, jenjang karier, gaji, dan berbagai pelatihan melalui mereka.
Mereka banyak disibukkan oleh pekerjaan. Ketika ada pertemuan anggota offline di masa sebelum pandemi covid 19, di situlah mereka selain mempelajari suatu topik juga digunakan untuk melepas kangen dengan teman-teman satu profesi. Selama ini secara komulatif berkomunikasi melalui grup WA dan Email.
Untuk itulah pada setiap ada sesi foto bersama saya suka mengalah duduk di lantai dengan beberapa teman. Yang lain silahkan bergerombol berdiri di belakang, karena saya sangat menyadari bahwa setiap ada pertemuan bersama itu adalah milik mereka. Momentum mereka.
Bahkan di beberapa komunitas penulis di facebook saya malah dapat predikat Rising Star. Saya terus terang kaget dan bingung karena saya sendiri relatif masih baru bergabung. Untuk itulah saya mengambil sikap diam saja karena disamping tidak tahu spesifikasinya, itu juga bukan merupakan tujuan saya. Lepas dari itu, saya merasa yang penting di grup komunitas itu tetap solid dan dapat saling memberikan manfaat serta semua merasa senang.
Kita semua tentu sudah tahu, saling menghargai dan menghormati orang lain adalah sebuah hal yang sangat penting. Yang mungkin ada yang belum tahu bahwa menghargai dan menghormati orang lain adalah sama saja menghargai dan menghormati diri kita sendiri.
Semua tentu dimulai dari sebuah kesadaran bahwa manusia adalah mahluk sosial yang pasti tidak bisa lepas dari saling ketertkaitan dan berinteraksi yang kesemuanya menuju saling memberikan manfaat. Setiap manusia wajib membangun image sosial yang baik. Tentu bukan dalam konteks kepalsuan. Hal tersebut dapat dimulai dari perbuatan yang sederhana:
Bahkan di beberapa komunitas penulis di facebook saya malah dapat predikat Rising Star. Saya terus terang kaget dan bingung karena saya sendiri relatif masih baru bergabung. Untuk itulah saya mengambil sikap diam saja karena disamping tidak tahu spesifikasinya, itu juga bukan merupakan tujuan saya. Lepas dari itu, saya merasa yang penting di grup komunitas itu tetap solid dan dapat saling memberikan manfaat serta semua merasa senang.
Kita semua tentu sudah tahu, saling menghargai dan menghormati orang lain adalah sebuah hal yang sangat penting. Yang mungkin ada yang belum tahu bahwa menghargai dan menghormati orang lain adalah sama saja menghargai dan menghormati diri kita sendiri.
Semua tentu dimulai dari sebuah kesadaran bahwa manusia adalah mahluk sosial yang pasti tidak bisa lepas dari saling ketertkaitan dan berinteraksi yang kesemuanya menuju saling memberikan manfaat. Setiap manusia wajib membangun image sosial yang baik. Tentu bukan dalam konteks kepalsuan. Hal tersebut dapat dimulai dari perbuatan yang sederhana:
Berbicara dengan bahasa yang baik, mudah dimengerti, bertindak sopan, mau menerima bantuan orang lain walau sekecil apapun, dibiasakan mengatakan tolong, mengucapkan kata maaf, terima kasih, dan sebagainya.
Saya sendiri mempunyai kebiasaan di rumah, ketika ada orang yang mencari saya walaupun saya sedang makan, saya tinggal untuk menemui orang itu dan mengatakan: "Silahkan duduk dulu ya, saya sedang makan. Biar saya selesaikan dulu. Maaf." Bukan menyuruh istri atau anak untuk mengatakannya. Itu suatu yang sepele, tapi orang merasa dihargai. Saat kita meremehkan orang lain, sesungguhnya saat itulah membuat kita lebih rendah dari orang yang kita remehkan tersebut.
Masih ada beberapa tindakan sederhana dalam usaha kita untuk menghargai dan menghormati orang lain tapi kenyataannya justru malah akan mengangkat value diri kita sendiri: Kita tidak perlu menjatuhkan orang lain untuk membuat kita terlihat maju, tidak perlu menginjak kepala orang lain untuk membuat kita menjadi naik. Semakin rendah kita meletakkan hati kita, semakin tinggilah kita di mata orang lain.
Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Untuk apa kita merasa yang paling hebat dan terhormat? Anda boleh kaya raya tapi itu tidak akan lama. Bila kita dihormati orang lain itu akan dirasakan lama sekali walau kita sudah mati.
Menghormati dan menghargai orang lain tidak membuat kita rugi apa-apa. Menghormati dan menghargai orang lain bagai kita sedang bercermin karena akan memantul kembali ke diri kita sendiri. Menghormati dan menghargai orang lain membuat nama kita menjadi abadi selamanya untuk dikenang.
Have a nice day.
Saya sendiri mempunyai kebiasaan di rumah, ketika ada orang yang mencari saya walaupun saya sedang makan, saya tinggal untuk menemui orang itu dan mengatakan: "Silahkan duduk dulu ya, saya sedang makan. Biar saya selesaikan dulu. Maaf." Bukan menyuruh istri atau anak untuk mengatakannya. Itu suatu yang sepele, tapi orang merasa dihargai. Saat kita meremehkan orang lain, sesungguhnya saat itulah membuat kita lebih rendah dari orang yang kita remehkan tersebut.
Masih ada beberapa tindakan sederhana dalam usaha kita untuk menghargai dan menghormati orang lain tapi kenyataannya justru malah akan mengangkat value diri kita sendiri: Kita tidak perlu menjatuhkan orang lain untuk membuat kita terlihat maju, tidak perlu menginjak kepala orang lain untuk membuat kita menjadi naik. Semakin rendah kita meletakkan hati kita, semakin tinggilah kita di mata orang lain.
Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Untuk apa kita merasa yang paling hebat dan terhormat? Anda boleh kaya raya tapi itu tidak akan lama. Bila kita dihormati orang lain itu akan dirasakan lama sekali walau kita sudah mati.
Menghormati dan menghargai orang lain tidak membuat kita rugi apa-apa. Menghormati dan menghargai orang lain bagai kita sedang bercermin karena akan memantul kembali ke diri kita sendiri. Menghormati dan menghargai orang lain membuat nama kita menjadi abadi selamanya untuk dikenang.
Have a nice day.
Posting Komentar untuk "MY MEMORIES WITH PHRD: MENGHARGAI DAN MENGHORMATI ORANG LAIN ADALAH CERMIN DIRI KITA SENDIRI "
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.