Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peranan media sosial

 Di jaman moderen, di jaman yang super canggih ini, kita mutlak memang harus berhatihati. Hal yang kelihatannya sepele baik itu dari segi perbuatan maupun maksudnya, bisa menimbulkan masalah, baik itu sekedar perasaan pribadi bahkan secara hukum.


Taruhlah semisal anda karena sedang sangat kecapian anda tertidur di kursi panjang. Sialnya, tanpa anda sengaja (karena tidak mungkin ini disengaja), anda tertidur dengan posisi mulut terbuka (sudah begitu sambil ngorok lagi). Kemudian tibatiba ada orang yang lewat dan kemudian secara iseng dia memfoto atau merekam secara video visual. Gilanya lagi, kemudian foto atau rekaman video  anda itu diunggah ke media sosial. Kemudian apa yang terjadi? Bisa ditebak: Akan timbul kehebohan!  Wajah anda yang jelas sangat semrawut bahkan mungkin menyedihkan itu akan banyak mengundang komentar dari para nitizen. Ada yang tertawa terpingkalpingkal atau malah ada yang merasa kasihan dan memelas. Mungkin yang memfoto atau merekam anda tadi memang bermaksud guyon tapi tanggapan para nitizen pasti beragam. Ada yang sepaham, ada yang kontra. Kalimat yang disampaikan ada yang masih dalam batas kesopanan, ada yang payahnya setengah mati.  Anda sendiri mungkin bisa marah, atau hanya sekedar mengelus dada. Atau bahkan menjadi bangga karena wajah anda yang porak poranda itu bisa menjadi viral di media sosial dan mendunia. Viralnya melebihi wajah Brad Pitt.

Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa sesuatu yang diunggah di media sosial, terutama yang berupa video atau foto, atau hanya sebatas kalimat biasa, bila menggelitik orang untuk mengomentari pasti menjadi ramai dan dapat menjadi tranding topic. Orang yang semula hanya terinfo akan bergegas mencarinya. Tidak tahu, apakah dunia sudah kehabisan cerita yang menarik atau hanya memang manusia sekedar ingin ikutikutan atau memang ingin melihat sesuatu yang aneh alias unik.

Lepas dari peristiwa di atas, Studi  yang dilakukan oleh The New York Times, Customer Insight Group dan Laitude Research mencatat, bahwa secara psikologis ada lima (5) faktor yang membuat audiens membagikan konten di media sosial, yaitu:

Guno Display
    Sekitar 49% pengguna media sosial membagikan konten digital di media sosial karena beranggapan konten tersebut bernilai, mencerahkan, dan menghibur. Mereka ingin berbagi informasi kepada audiens lain tentang produk yang mereka sukai dan dukung, pendapatnya akan suatu hal, atau memotivasi orang lain untuk ikut melakukan sesuatu. 68% pengguna media sosial bersedia untuk membagikan konten karena dianggap dapat mendefinisikan diri sendiri. Mereka ingin mempertegas dan memperkuat jati diri mereka melalui konten yang dibagikannya tersebut.

Ada 78% pengguna yang membagikan konten di media sosial supaya dapat terkoneksi dengan orang lain. Tujuan utama mereka memang ingin terus menjalin hubungan dengan orang lain lewat media sosial.
Alasan ingin memenuhi kebutuhan diri sendiri dan memperoleh pengakuan dari orang lain membuat sekitar 69% pengguna bersedia untuk membagikan konten di medial sosial. Mereka membutuhkan suatu perasaan ikut terlibat dan menjadi bagian dari dunia ini.
Mendukung sesuatu yang sedang diperjuangkan banyak orang atau brand yang mereka sukai. Alasan ini merupakan motivasi utama para pengguna untuk membagikan konten di media sosial. Sebanyak 84% user memilih alasan ini sebagai dasar membagikan konten di media sosial.  

Berbagi, apapun itu, adalah bentuk kepedulian. Hal ini berlaku pula dalam konteks para pengguna media sosial yang saling membagikan konten. 

Dunia saat ini digegerkan oleh pemberitaan mengenai kematian George Floyd, seorang warga kulit hitam di Minneapolis Amerika Serikat. Dia diduga melakukan transaksi memakai uang palsu senilai $20 untuk membeli sebungkus rokok di sebuah toko kelontong Cup Foods. Laporan itu disampaikan pada 25 Mei 2020 siang. Sebelumnya oleh penjaga toko sempat meminta George Floyd mengembalikan rokok namun ditolak. Dia bahkan menilai Floyd tengah mabuk dan tidak dapat menguasai diri. Atas dasar laporan penjaga toko 4 polisi datang untuk menangkap Floyd. Keempat polisi itu adalah: Derek Chauvin, Thomas Lane, J. Kueng dan Tou Thao. Dan Derek Chauvin yang menginjak leher Floyd dengan lututnya. Seorang remaja yang bernama Darnella Frazier yang rumahnya tidak jauh dari lokasi itu merekam kajadian itu. Floyd akhirnya tewas dalam waktu lebih dari 7 menit. Darnella sendiri memang berjasa dalam mengungkap kebenaran tapi videonya jadi bumerang karena netizen menganggap ia hanya mementingkan konten daripada membantu George Floyd yang kesakitan. Peristiwa ini menjadi gempar dan mengakibatkan timbulnya demonstrasi besar di beberapa wilayah bahkan terjadi penjarahan.

Viral adalah sebuah ungkapan betapa cepatnya sebuah berita menyebar. Tentu ungkapan ini lebih tertuju kepada media sosial meskipun bisa saja bentuknya hanya berupa sebuah berita sehingga tidak harus berupa gambar bergerak (video) atau foto.

Dalam wikipedia Fenomena viral merupakan objek atau pola yang dapat menggandakan diri atau mengubah objek lain menjadi salinan dirinya sendiri saat objek tersebut terpapar dengan objek tersebut. Fenomena ini mendapatkan nama dari bagaimana virus dapat menyebarkan dirinya sendiri. Cara ini menjadi cara yang umum bagaimana pikiran, informasi, dan tren bergerak menuju dan melalui suatu populasi manusia.

"Media viral" merupakan istilah umum yang mendapatkan kepopuleran saat kebangkitan cepat jejaring sosial bersamaan dengan kemunduran periklanan dan pemirsa media siar. Berbeda dengan "media penyebaran", "media viral" menggunakan metafora "penularan" dan "pencemaran", dalam artian pemirsa berperan sebagai pembawa pasif ketimbang sebagai pemeran aktif untuk "menyebarkan" isi. Meme dapat dianggap sebagai contoh terbaik pola informasi viral.

Tiga milliar orang, atau sekitar 40% populasi dunia, menggunakan media sosial, dan menurut sejumlah laporan, kita menghabiskan rata-rata dua jam setiap hari untuk membagikan, menyukai, menulis cuitan dan memperbaharui perangkat ini. Artinya sekitar setengah juta cuitan dan foto Snapchat dibagikan setiap menit. Bisa dibayangkan betapa sibuk dan ketatnya manusia berkutat dengan media sosial. Tidak sedikitpun memalingkan muka dan mengerjapkan mata dari media sosial. Bisa dimengerti ini akan berpengaruh kepada budaya dan karakter seseorang. Lebih berbahaya karena akan mempengaruhi suasana hati dan otak seseorang. Tidak dipungkiri apa yang disampaikan, orang akan mengakibatkan: stres, kecemasan, depresi, kecanduan, kesedihan, kemarahan, menimbulkan iri, dan kesepian. Apalagi yang bersifat bullying. 

Guno feed
Belum lagi kita tentu mengenal hoax. Berita palsu yang sengaja dihembuskan. Tujuannya tentu untuk mengacaukan informasi. Bisa jadi bila berita hoax terus dihembuskan dapat menjadi berita yang meragukan, yang bahkan bukan tidak mungkin lama kelamaan akan dipercayai. Di sisi lain berita yang benar malah diragukan atau tidak dipercayai. Berita hoax juga sering ditujukan untuk membela sebuah pihak. Tidak aneh bila dicetuskan dengan penuh strategi bahkan mungkin bermodal. 

Saat ini musuh media massa bukanlah sesama media massa yang lain, tapi media sosial. Karena lebih cepat tersebar dan cepat merebut pengaruh. Banyak faktor yang berperan di situ. Namun bagaimanapun sebaiknya ada kebijaksanaan dalam bermedia sosial: tidak mementingkan diri sendiri dan menjaga kepentingan dan martabat pihak lain. Media sosial hendaknya yang menghibur, inspirtif, edukatif, untuk meyakinkan sesuatu, atau memberitakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Namum demikian ada juga seseorang yang justru mempertontonkan keakuannya, membully, atau berbuat sesuatu sehingga ada yang menjadi korban dan diviralkan. Di sisi lain harap berhatihati dalam bermediasosial karena dapat menjadi rekam jejak yang setiap saat bisa dibuka kembali.




*****

NB: Jadilah pengikut blog ini dan agar tidak ketinggalan setiap ada artikel baru. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap sepekan ada tulisan baru.  Seringlah menjenguk situs ini, karena ada tulisan yang kami jadwal secara otomatis untuk terbit minimal dua kali dalam sepekan. Ingat google Guno HRD. Jangan lupa klik tulisan Subscribe Us. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.     
Guno Artikel

Posting Komentar untuk "Peranan media sosial"