Terus terang saja tulisan di blogku terkadang dibaca orang terkadang tidak. Ya meskipun rata-rata per minggu banyak yang baca (tidak berurutan hari), tapi kalau pas sepi ya sepi. Itu bisa dilihat di menu statistik. Ada beberapa hal penyebabnya: mungkin pas hari itu teman-teman atau para adik-adik pencari kerja pada sibuk atau ada kegiatan keluarga atau capai dan sebagainya. Atau topiknya dianggap tidak menarik. Itu bisa saja. Karena apa yang kutulis memang tidak melulu bertopik itu-itu saja, tapi berubah-ubah topiknya, karena yang kubidik tidak hanya sekelompok tertentu, tapi beragam. Juga sebenarnya tergantung pada mood juga ada ide topik apa yang ingin kutulis. Model begini lebih nyaman bagiku, dan terasa longgar. Konsekwensinya bisa saja ketika aku menulis tentang dinamika non persoalan tentang HR, adik-adik pencari kerja, atau yang berbau hiburan, musik, film, atau apalah, sehingga ada topik yang dianggap tidak menarik perhatian teman-teman manajer HRD, atau sebaliknya.
Anda boleh handal dalam suatu ilmu. Tapi apabila tidak ada atau belum konsistensi dalam implementasi kok terasa tidak komplit. Ada yang kurang. Tidak ada keteguhan sikap dalam menyampaikan perwujudan ilmu yang dimiliki. Orang tidak bisa melihat apa-apa alias biasa-biasa saja. Yang mereka tunggu tindakan nyata dan itu tadi: kosistensi. Bila tidak, masyarakat bisa mencibir. Mencemooh. Di sisi lain padahal konsistensi juga semakin memperdalam ilmu kita. Mengeksplorasi keingintahuan kita. Ada keasyikan tersendiri dalam ber-konsistensi.
Informasi tidak bisa diberikan hanya sekali. Harus berulangkali. Kalau hanya sekali, ya kalau terbaca, kalau tidak? Kemungkinan itu bisa saja terjadi. Di sisi lain bila terbaca dan mereka suka (bukankah itu yang kita kehendaki?) mereka akan minta lagi dan lagi. Sebaliknya bila tidak suka, ya dibaca sekali saja.
Secara urut konsistensi timbul mulai dari adanya keinginan- recana-program – tekat – komitmen – konsistensi – kredibilitas. Godaannya rasa jenuh dan malas. Meski itu bisa dilawan, disiasati, tapi jelas tidak mudah. Perlu kita survei dan kita evaluasi tentang apa yang sudah kita kerjakan itu. Tujuannya agar konsistensi kita punya value, punya kehormatan di mata pembaca.
Konsistensi bisa jadi bisa tercipta langgeng karena didorong adanya kemampuan, skill, kompeten, dan mungkin juga keberuntungan. Tapi kuncinya tetap di kemauan. Sumbernya di situ. Semua orang juga sudah menyadari itu. Tapi prakteknya tidak semudah membalikkan telapak tangan bukan?
Rasa jenuh suatu saat pasti muncul. Solusinya ya istirahat, cuti. Bila ini terjadi rasa jenuh bisa jadi bencana. Bisa ditinggalkan pembaca yang mulai ngefans. Itu sesuatu yang menakutkan, dan susah untuk memperbaikinya. Padahal dengan beristirahat atau cuti itu juga akan tetap saja mencari ide-ide baru. Di sisi lain, kadang pembaca tidak konsisten. Tidak ajek. Artinya, mau baca atau tidak ya semaunya. Tidak bisa dipegang, diharapkan. Padahal saya maunya tiap minggu bisa menyediakan stok tulisan baru.
Kembali ke soal konsistensi. Banyak kejadian-kejadian atau stimulan-stimulan yang mengiringi sehingga timbulnya konsistensi. Cobaan bisa datang karena mendadak atau datang secara perlahan-lahan. Efeknya bisa sama. Bahkan ada yang dalam bentuk pertarungan ide. Atau ada kejadian jelek baik yang bisa memuluskan atau mengganggu perjalanan proses produktif dimana bisa timbul baik itu disadari atau tidak.
Meminta saran atau mencermati karya orang lain boleh-boleh saja dan sah-sah saja. Harus diakui ide kadang-kadang mentok atau buntu, perlu penyegaran. Perlu refreshing, bahkan diskusi atau survei. Tidak usah malu bila kita mengalami kebuntuan. Itu suatu kenyataan, dan perlu solusi. Itu tantangan. Tidak perlu dihindari.
Bisa saja suatu ide kita temukan dari kebalikan suatu peristiwa atau peristiwa itu sendiri. Itu bisa terjadi ketika kita berpikir tentang hikmahnya suatu kejadian, baik yang terjadi pada diri kita sendiri atau orang lain.
Ide baru bisa jadi butuh biaya baru. Tapi bisa juga yang tidak berbiaya. Tergantung apa dan bagaimana. Ide baru bisa juga tergantung karena kesensitifan diri kita. Bagaimana kita bisa merangkum hikmah suatu kejadian atau peristiwa.
Yang jelas kosistensi dapat mengundang kekaguman orang. Juga apresiasi. Tidak hanya oleh manusia, tapi juga oleh Tuhan. Dan Tuhan tidak main-main dalam menghargai dan mengapresiasi. Ada konsekwensi. Percayalah konsistensi itu mengasyikkan. Konsistensi anda adalah Masterpiece Anda.
Tidak hanya dalam ibadah, dalam hal apapun yang bersifat positif perlu ada tindakan kosistensi. Bahkan konstruktif. Bukan karena kita dibayar, atau kerja misalnya, tapi karena kita punya rasa tanggung jawab lebih. Bukan karena ditodong oleh karena sebuah keadaan. Tapi keikhlasan.
Bagi saya pribadi tidak senjlimet itu. Pengin nulis ya nulis. Gitu tok. Kalau toh ada embel-embelnya, ya semoga bermanfaat. Gitu saja. Sambil mensyukuri bahwa Tuhan selalu memberikan ide baru di otak saya bagai sumur yang tidak pernah kering karena ditimba airnya. Dengan begitu semoga bisa menghibur orang, menginpirasi orang. Ketika orang membaca tulisan saya, saya sendiri serasa ditemani. Orang yang membaca tulisan saya adalah orang-orang yang peduli kepada saya. Tamu-tamu yang harus saya hormati. Dan itu justru yang membuat sayang tidak menulis untuk diunggah di hari di blog.
Terus terang saya dalam melihat statistik di blog ini tentang banyak tidaknya yang membaca pada hari ini sejak pagi sampai malam. Perlu diketahui jika anda membaca otomatis akan dilaporkan ke statistik. Hasilnya ya itu tadi, kadang sedikit kadang banyak, kadang ya blaaass tidak ada. Jika tidak ada yang baca, ya jujur saja ya, itu membuat saya kecewa. Kalau sudah sampai di sini, saya bertanya dalam hati: Apakah tulisan saya sudah tidak menarik lagi? Sudah tidak disukaikah? Tapi saya tidak mau terhanyut oleh perasaan yang membabi-buta. Saya kembalikan lagi ke niat saya semula dalam menulis: Bukankah saya menulis karena saya hanya ingin berbagi? Ingin bersilaturahmi? Soal dibaca atau tidak ya silahkan, mau bagaimana lagi?
Konsistensi terasa amat mulia karena memicu kita bergerak dalam menerapkan ilmu. Merangsang dinamisme dan kreativitas. Selain ya itu tadi, bisa bermanfaat bagi orang lain. Ini tanpa ada kata ditunggu orang. Dan yang penting, konsistensi tidak terasa bisa meneguhkan eksistensi kita, dinamika kita, nilai kita. Orang juga akan melihat bagaimana kita. Sikap kita. Kosistensi adalah sebuah kehormatan. Orang akan dengan suka rela memberikannya.
Memang benar orang akan mencermati kita. Menilai kita. Tapi sebaliknya, itu juga akan mengilhami mereka. Konsistensi adalah bentuk suatu bentuk perjuangan. Implementasi dari suatu kegigihan. Sebuah kerja keras. Sesuatu yang perlu mereka tiru. Membawa pencerahan. Kosistensi menunjukkan eksistensi. Konsistensi adalah value.
Konsistensi tidak pernah mengenal lelah. Komitmen kepada orang lain sebenarnya sih tidak, kecuali justru lebih kepada dengan diri kita sendiri. Mereka berpikir, apa yang bisa kuberikan kepada orang, bukan apa yang bisa kudapatkan. Tapi memang harus diakui konsistensi susahnya minta ampun. Terkait kedisplinan pribadi. Berperang dengan diri sendiri. Oleh karena itulah orang akan mengapresiasi. Bahkan bisa mengundang kekeheranan dan rasa respek. Tuhan juga. Dalam Islam sholat misalnya, sendirian atau tidak dilihat oleh orang lainpun kita tidak berani mengurangi atau menambahi jumlah rekaatnya suatu sholat. Padahal bisa saja kalau mau sembarangan. Konsistensi juga bisa bergererak secara spontanitas.
Konsistensi bisa muncul secara otomatis. Itu mengundang kekaguman, apresiasi. Kehormatan sejati bukan karena harta atau jabatan. Sesuatu yang mungkin kita tidak butuh itu. Hanya memang utamanya karena ada interaksi, konsistensi kadang membawa kosekwensi. Kita tidak bisa menolak bila seseorang ingin menghormati kita. Bila kita menghormati orang, sesungguhnya kita menghormati diri kita sendiri. Begitu juga sebaliknya.
Seorang teman saya, seorang doktor, memberitahu saya, usahakan jangan sampai berhenti menulis, karena nanti bisa membuat kecewa orang-orang yang selalu setia menunggu meskipun itu hanya sekedar tulisan. Utamanya kalau sudah dinilai baik. Bila berhenti orang bisa jadi kecewa. Ini masalah serius. Jadi tolong jangan dikecewakan.
Ada yang mau memberi saran atau ide untuk bahan tulisan saya?
Have a nice day.
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "KONSISTEN ITU PERLU DAN HARUS DIPERTAHANKAN"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.