Sering ada anggapan bahwa pembeli (buyer) itu raja. Anggapan ini sudah lama berlangsung sehingga dikultuskan. Sehingga secara umum orang tahunya ya begitu. Sebenarnya hal ini tidak salah karena memang dari pembelilah keuntungan perusahaan itu didapat. Harus diakui mendapatkan uang adalah tujuan pokok perusahaan. Bagi perusahaan memperoleh uang banyak bukan hanya merupakan keberhasilan riil tapi juga merupakan prestise. Perusahaan bisa survive. Padahal pembeli bisa saja mengacaukan kita bila tiba-tiba membatalkan recana pembelian meskipun barang belum dikirimkan dan sudah memberikan uang muka. Pembatalan yang tiba-tiba dapat mengganggu perusahaan kita. Baik yang berupa materi maupun non materi. Bisa menimbulkan image yang berspekulasi macam-macam.
Bagi saya, pekerja yang justru merupakan raja. Memang secara riil materi mereka tidak mendatangkan uang tapi justru malah mengeluarkan uang, merupakan pos pengeluaran, yaitu ketika memberi gaji mereka. Tapi karena jasa atau upaya merekalah sehingga para pembeli datang. Kontribusi tidak selalu harus berwujud uang. Hasil produk yang baik adalah suatu persembahan yang tidak ternilai harganya bagi perusahaan. Pembeli sebelum membeli barang tentu berdasarkan perhitungan mereka, pertimbangan mereka, setelah itu kemudian baru memutuskan untuk membeli barang. Seperti yang kita tahu pembeli barang terkadang tidak hanya karena harganya (yang murah atau mahal), tapi karena merasa cocok.
Pekerja adalah perancang barang produksi, bukannya bos. Pekerjalah yang mempunyai ide, merancang, menguji, dan memproses, sehingga siap dijual. Memang bos yang yang menentukan dan memodali semua kegiatan. Memberikan sarana dan prasarana. Juga mencari link untuk menunjang proses produksi dan penjualannya. Mungkin bisa saja bos yang punya ide dasar dalam membuat barang produk. Tapi yang mendalami pembuatan, pengujian hingga barang siap produk adalah pekerja. Memang manajer produksi adalah merupakan kaptennya. Namun tetap saja dia seorang pekerja. Secara umum ide dan kerja kreatif adalah seorang pekerja. Lihatlah perusahaan bisa mendapat atau mempunyai brand yang prestise. Lihatlah perkembangan produksi automitive, elektronik, bahkan jasa, adalah buah kekreatifan dan kerja keras mereka.
Oleh karena itu kita perlu ekstra kehati-hatian dalam menangani pekerja. Mereka alat tapi bukan mesin. Dengan demikian harus disadari direct report a kita adalah orang. Kekuatan dan kelemahan mereka alamiah. Kalau ada terjadi kesalahan bukan kesalahan karena salah kerja sistem, instrumen. Tapi manusia. Mereka punya talenta dan rencana tapi bukan sesuatu yang terprogram. Bisa dipoles, bahkan diintervensi. Memang ada yang sama dengan unsur mesin, mereka bisa dirangsang dan diarahkan. Tapi kedinamisannya berbeda. Tidak monoton. Mereka lebih mempunyai fleksibelitas. Bisa memberikan interupsi bila dirasa ada ketidakberesan.
Mengelola pekerja terasa lebih komplek daripada mesin. Lebih rumit. Perlu pendekatan secara humanisme. Mereka mempunyai keluarga, kebutuhan lebih luas, perasaan, dan intelegensia. Tentu saja mereka perlu penjelasan secara detil dan penuh kecermatan. Untuk menghasilkan produk yang maksimal sesuai harapan sehingga dapat menarik pembeli memang sangat diperlukan pemantauan setiap hari, meskipun kita mungkin terus-terusan mendekte mereka. Adalah merupakan tugas pimpinan untuk terus melacak status tugas yang dilakukan oleh pekerja. Ekspektasi harus dipaparkan secara jelas. Hire perlahan tapi bakar secara cepat. Pekerjaan yang teliti tapi tidak tergesa-gesa. Selesai tepat waktu itu perlu, namun cepat selesai tapi tidak sesuai standar yang ditentukan tidaklah diharapkan. Fleksibelitas itu perlu, tapi bekerja hanya seperlunya tidak boleh. Tidak ada kamus terburu-buru.
Pekerja adalah raja sebab mereka adalah penentu perusahaan melalui produk yang dihasilkan. Oleh sebab itu mereka adalah aset. Perlu super hati-hati dalam menanganinya. Kapabilitas ( kempuan) sangat perlu perlu kita rangsang, kita tingkatkan. Namun komitmen perlu kita teguhkan. Kapabilitas bisa naik, tapi komitmen bisa naik turun. Ini yang harus dijaga. Dipelihara. Secara umum, kebanyakan perusahaan lebih menaruh keperayaan di kapabiltas. Benarkah? Mari kita lihat hitungannya, bila misal:
KEMAMPUAN KOMITMEN HASIL KERJA
5 x 2 = 10
8 x 2 = 16
5 x 5 = 25
Terlihat sudah bahwa ketika faktor angka komitmen naik, hasil kerja juga naik. Hasil produk juga naik. Ternyata faktor komitmen mempunyai posisi yang strategis dan punya nilai.
Anggapan salah ke dua adalah bagian HR (Human Reseource) adalah pos pemakai anggaran. Itu dulu. Sekarang dengan kemajuan jaman sudah berubah. Tidak hanya di image, tapi dalam arti yang sebenarnya. Bagian HR tidak hanya mengurusi soal perekrutan, memberi surat peringaan, mengenai pemutusan hubungan kerja, absensi, jadwal cuti, gaji, bpjs, seragam, peralatan administrasi, dan sebagainya seperti bagian personalia di jaman dulu.
Tapi tunggu dulu. Ini bukan berarti bagian HR menyetorkan uang. Tapi menghindari pemborosan. Juga mencarikan pekerja yang bisa menghasilkan uang. Dalam per bagian dapat kita bagi mnjadi: Pertama: menghindari pemborosan, menekan beaya yang tidak perlu dan mengefektif dan memaksimalkan peranan sumber daya manusia (SDM). Yang kedua: meningkatkan engagement karyawan. Yang ketiga: melalui link yang dipunyai ikut memasarkan produk perusahaan.
Yang pertama:
Seperti yang kita ketahui saat ini kemajuan tehnologi sudah menghampiri di semua bidang tidak terkecuali bidang HR. Ini jamannya Revolusi Industri 4.0
Penghematan itu bisa dari pemakaian kertas, karena semua file bisa kita simpan tidak lagi di dalam gudang, tapi di data. Demikian juga soal absensi karyawan, penggajian, setoran pajak karyawan.
Demikian juga soal perekrutan karyawan. Bagian HR harus tidak boros melakukan perekrutan karyawan tapi mengefektifkan karyawan yang ada, kecuali sangat diperlukan mengingat keperluan dan keadaannya.
Menghindari ikut pelatihan (training) yang tidak perlu. Ikut training tetap perlu tapi harus sangat selektif menentukan mana yang dipilih untuk diikuti. Diusahakan mengikuti training melalui jalur on line,sehingga dapat menekan beaya akomodasi. Penyelenggaraan training juga dimaksudkan selain menambah ilmu agar tidak ketinggalan soal informasi, kebisaan, pembentukan link, dan sebagainya. Pengajar training mengundang orang luar juga harus dikurangi, dan lebih memaksimalkan senior yang ada di dalam perusahaan.
Yang kedua: meningkatkan engagement karyawan.
Ini adalah merupakan strategi fokus HR, dimana adalah membuat karyawan bersedia bekerja keras untuk perusahaan secara sukarela, tidak merasa ditekan. Bersedia mendukung sepenuhnya. Ada beragam cara yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan engagement karyawan. Salah satunya adalah memastikan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi. Hal-hal sederahana seperti menyiapkan makanan ringan saat kerja atau memberikan konsumsi ketika lembur dapat membuat karyawan merasa diperhatikan. Pastikan juga memenuhi kesejahteraan mereka, misalnya dengan membayar upah lembur tepat waktu dan memberikan asuransi yang berkenaan dengan tenaga kerja.
Yang ketiga:
Sekarang jamannya penyelengaraan webinar (web seminar), ini harus kita manfaatkan. Di komunitas kaum profesional HR dapat diupayakan webinar dengan ditumpangi iklan dengan beaya yang relatif murah. Jadi seperti di televisi, ada iklannya. Pengiklan diupayakan dari perusahaan anggota komunitas kami dulu. Webinar meskipun kependekan web seminar, namun pada pelaksanaannya bisa berwujud ngobrol pintar yang disingkat ngopi (wawancara secara rombongan). Narasumber bisa dari praktisi atau pejabat yang terkait ketenagakerjaan. Audiens bisa dari masyarakat umum, para praktisi, dan mahasiswa.
Pengiklanan webinar juga dapat membuka peluang pekerjaan baru. Misal: yang akan beriklan belum mempunyai film pendek untuk slot iklan maka bisa hal itu dapat ditangani komunitas profesional HR tadi untuk membuat Production Host berserta para bintang iklannya.
Peran HR adalah merupakan pintu masuk para pekerja perusahaan. Ini adalah merupakan kontribusi besar HR ke perusahaan. Perusahaan terjamin dapat benefit baik berupa uang atau ilmu pengetahuan yang terkait produk dari para pekerja ini, sehingga tanggungjawab mereka semakin besar dalam mengawal perusahaan agar menuju kesuksesan baik dari segi finansial maupun penciptaan branding.
Peranan devisi HR sekarang semakin berkembang yaitu dengan adanya program sertifikasi dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) yang bertujuan sangat mulia sekali yaitu untuk menegaskan, mengesahkan, mengakui kompetensi putra putri Indonesia selaku pekerja yang siap bersaing di kompetesi global dan sebagainya. Permasalahan yang timbul adanya kekurang pengertian dari pengusaha.
Dari pekerja mengeluhkan berbeaya relatif mahal, masa kedaluarsa sertifkat yang tiga tiga tahun, kalau akan diperpanjang harus ujian lagi dan berbeaya lagi.
Dari pengusaha merasa keberatan karena sertifikat ketika sudah jadi ber atas nama pribadi pekerja bukan atas nama perusahaan. Apalagi kalau harus membiayai sertifikasi sekian orang.
Padahal sertifikasi amat teramat penting karena dari sisi Teknis Kompetensi, yang namanya Kompetensi yang memuat Knowledge, Skill dan Attitude itu kan selalu dinamis berkembang. Sehingga pekerja dipastikan dalam kondisi siap menghadapi pekerjaan dan ketika terjadi perubahan yang ada. Tugas devisi HR untuk mengawal serta mengantar masalah ini hingga ke sasaran yang diharapkan.
*****
NB: Jadilah pengikut blog ini dan agar tidak ketinggalan setiap ada artikel baru. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap sepekan ada tulisan baru. Seringlah menjenguk situs ini, karena ada tulisan yang kami jadwal secara otomatis untuk terbit minimal dua kali dalam sepekan. Ingat google Guno HRD. Jangan lupa klik tulisan Subscribe Us. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.
Guno Artikel
Posting Komentar untuk "Peranan Devisi HR Perusahaan"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.