Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BEDA PERSPEKTIF DALAM PERUSAHAAN ITU BIASA

Mungkin hal ini pernah anda alami. Saya juga  pernah mengalaminya. Meskipun bisa saja tentu corak dan modelnya berbeda namun ada persamaannya yaitu di perasaan. Dan dari perasaan dapat meningkat ke pemikiran yang akhirnya dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan. Timbulnya rasa ketidaknyamanan pada gilirannya dapat menimbulkan rasa tertekan, malas, tidak betah dan berujung pada rasa stres. Ketika didera dan dikungkung rasa stres akibatnya tahu sendiri.


Apa yang saya kisahkan  tadi terjadi di tempat kerja. Terutama bekerja di tempat yang baru. Bagi yang bekerja di tempat yang lama biasanya tidak menimbulkan kondisi seperti yang saya kisahkan tadi, karena sudah relatif lama bergaul dengan lingkungan kerja yang ada. Sudah tidak kaget dengan budaya perusahaan yang ada.


Persoalannya bukan pada kita cerdas atau tidak, tapi lebih ke masalah idialisme. Ke kreatifan kita.


Dari info beberapa teman yang berlevel Manajer yang sering berpindah-pindah kerja saya memperoleh keterangan mereka merasa tidak cocok bekerja di situ. Kemampuan kreativitas dan idialisme mereka terasa dikungkung, merasa dibungkam.


Guno Display

Tentu saja karena kejadiannya tidak hanya sekali tapi hampir sering terjadi. Dan memang ada yang mencoba untuk tetap bertahan di situ karena mencari pekerjaan baru  juga bukan merupakan masalah yang gampang. Di luar sana terjadi persaingan yang ketat. Banyak pencari kerja yang lebih pengalaman, kebih muda, lebih fresh dalam hal tenaga, pikiran, yang siap untuk fighting. Dan konyolnya mau dibayar lebih murah dari kita. Itu semua memaksa kita untuk bersabar. Tapi sampai kapan? Dan faktanya memang ada yang mampu bertahan dan ada yang tidak.


Dan sebenarnya ini tidak hanya terjadi di level Manajer saja tapi juga di level yang lain. Dan umumnya di perusahaan keluarga, bukan di perusahaan besar. Perusahaan terbuka.


Bagaimanapun kita seharusnya memang harus menyadari bahwa kita adalah seorang pegawai yang perspektif (sudut pandangnya) bukan bisa saja tapi relatif dapat dipastikan pasti berbeda dengan Top Manajemen. Dapat dipahami bahwa mereka lebih mengerti tentang kemampuan keuangan perusahaan dan sebagainya. Atau juga karakter mereka yang memang tidak mau didekte oleh pegawainya. Apalagi bila kita mempunyai idealisme mengembangkan perusahaan, membesarkan perusahaan. Bila Top Manajemen berkata, "Iya saya juga kepingin membesarkan perusahaan, tapi uangnya dari mana?". Itu tergolong masih memberi respon yang baik. Kalau tiba-tiba marah bagaimana? Konyolnya yang teri lebih sering menjadi marah.

 

Perbedaan perspektif sebenarnya dapat terjadi dalam segala hal, tidak hanya dalam mengembangkan perusahaan tapi juga dalam berbagai ide yang lain, seperti mengenai penataan SDM, mitra kerja, sampai proses produksi. Dan itu dapat terjadi tidak hanya kita dengan Top Manajemen saja tapi juga dengan sesama karyawan.


Dan jangan lupa, di keluarga atau dipergaulan umum, perbedaan perspektif juga dapat terjadi. Bila kita tidak pandai mengontrol diri dapat terjadi singgungan secara emosi. Intelektualitas boleh sama namun pengendalian emosi dapat berbeda. 


Perbedaan perspektif itu hal yang biasa, bukan sesuatu yang tabu tapi dapat dirasakan cukup mengganggu.


Bila selama kita bekerja pada orang lain (disebuah perusahaan) memang relatif sering bertemu dengan perbedaan sudut pandang. Bagaimanapun perbedaan sudut pandang terasa sangat mengganggu. Dan yang paling tepat, karena kita sering berpikir kreatif, bersikap ideal, sebaiknya kita keluar dari perusahaan itu dan berwiraswasta saja. Di situ kita dapat menumpahkan segala ide kita semaunya. Masalahnya kita sudah siap tidak? Sudah mampu tidak? Siap bertemu dengan kondisi rugi tidak? Jika kita memilih yang kondisinya aman-aman saja, ya terus bekerja kepada orang (Perusahaan) saja. Bukankah dalam menjalani hidup itu kita  harus memilih?



NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.

Guno feed








  

Guno Artikel

2 komentar untuk "BEDA PERSPEKTIF DALAM PERUSAHAAN ITU BIASA "

  1. Benar, saat ini saya sedang mengalami ini.

    Sangat tidak nyaman dengan pemimpin yang otoriter, suka memaksa tanpa mau tahu ada kemampuan atau tidak pada bawahannya.

    Kalo sudah begitu, hasil kerja tidak maksimal bahkan tidak sesuai.

    Dan akhirnya berujung kekecewaan dan di lampiaskan dengan pemutusan hubungan.

    Apa pimpinan seperti itu perlu ke psychicolog?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seorang pemimpin tidak beda dengan kita. Beda2. Ada yang mampu menguasai dirinya, ada yang tidak. Kita fokus pada pekerjaan kita saja. Yang penting tugas pekerjaan sudah kita laksanakan dengan baik. Nurutin bos kadang repot karena mereka ada target sendiri. Halah, bu Siti sudah tamblek dengan yang namanya tekanan, ya kan? Kaaann.. 😁

      Hapus