Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyesuaian itu perlu

 

Tidak terasa waktu semakin cepat berlalu. Banyak kejadian yang kita lewati dan berkesan, juga tidak luput ada yang berdampak baik dalam arti yang positif, negatif, maupun yang stagnan.Baik itu masalah pribadi atau perusahaan.
Kesemuanya itu mendorong kita untuk lebih semangat, kreatif, tambah ulet,  tambah guyub, tambah siap.
Makin banyaknya bermunculan kompetiter baru, regulasi baru, penemuan baru, sesungguhnya kita jangan melupakan permasalahan lama kita yaitu mengatasi diri sendiri. Baik yang sudah menjadi problem atau baru wacana. Ini yang utama dan pertama.
Di tahun baru inipun ada fenomena baru yang harus segera kita sikapi. Banyak dunia usaha yang menolehkan perhatiannya ke sini karena kita mau tidak mau memasuki babak baru. Namanya revolusi industri 4.0

Waktu menghadiri sebuah workshop tempo hari, saya melihat wajah-wajah tegang dari para peserta. Raut wajah mereka terlihat serius. Terlihat adanya rasa keinginan  mereka yang begitu besar. Mereka begitu ingin tahu, apa sih isi di workshop ini. Dari segi animo, workshop ini berhasil menarik perhatian.
Revolusi industri 4.0 telah berhasil mengeduk emosi setiap orang di lingkungan bisnis. Bikin banyak orang penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi?

Revolusi industri 4.0 menurut saya yang bodoh ini (mudah2an salah)  adalah baru sebuah fenomena, sebuah babak baru memang, tapi bukan (atau belum) suatu keharusan. Bahwa perusahaan mau berubah pakai otomatisasi, it’s ok. Bila tidak ingin berubah, saya kira ya tidak apa-apa. Hanya bila ingin berubah mari kita pelajari sistemnya. Kita harus siap. Kita siapkan mental kita (termasuk para karyawan), sistem kita, kinerja kita, ilmu pengetahuan kita, wawasan kita, bahkan soal anggaran kita. Bila pada akhirnya harus mengikuti arus moderen dalam hal ini otomasasi mesin, komputer atau yang lainnya, ya kita harus siap-siap, ada yang tergeser yaitu karyawan (biasanya bagian produksi/operator), atau staf. Perusahaan yang padat karya bisa paling parah menerima dampaknya. Semuanya tentu mengandung kosekwensi.
Pertanyaan utama dari peserta workshop tadi ya itu tadi: siapa yang akan terkena dampak dari era revolusi industri 4.0 ini?
Dijawab oleh narasumber, memang tidak semua elemen yang ada di perusahaan. Hanya di bagian tertentu.

Harus diakui saat ini bermunculan wajah baru dunia usaha yang bersandar pada kecangggihan teknologi. Taksi on line, belanja on line, pesan tiket on line, dsb. Tempo hari kita baca dan ketahui betapa dahsyatnya geliat usaha di bidang ini. Kekayaan intangible sampai tak terbayangkan. Tapi ini dari awalnya mereka memang bergerak di bidang on line. Untuk gerak usaha di perusahaan lama, yang terlanjur ada, transformasi/perubahan yang melibatkan bagian tertentu agaknya masih perlu pemikiran yang mendalam. Kalaupun toh ada perubahan tentunya step by step.

Saya teringat ATM BCA. Mesin ATM ini tergolong canggih di kelasnya. Tidak hanya bisa untuk ambil uang, untuk transfer, milih mau ngambil uang 50 ribu atau 100 ribu, bahkan untuk menabung/menyimpan uang. Harga mesinnya tentu mahal. Oleh karena itu tidak semua bank belum memilikinya.
Ternyata masalahnya bukan soal harga saja, ada yang dirasa kurang dari mesin ATM itu.
Pertama, komunikasi. Mesin ATM tersebut tidak bisa menyapa para pelanggan, menanyakan keperluannya dan memberikan solusi. Keramahtamahan tetap menjadi prioritas untuk customer.
Seperti yang kita tahu fungsi  customer value proposition adalah alasan mengapa pelanggan memilih kita dibandingkan yang lain. Salah satu value proposition yang baik adalah manfaat yang menyelesaikan permasalahan pelanggan. Mungkin juga value proposition ini memenuhi kebutuhan pelanggan tetapi ada nilai tambahnya.
Kedua, ATM tetap tidak bisa melakukan kliring. Hanya melalui kasir yang bisa melakukan kliring. Tapi kalau toh kasir ditiadakan jawaban atau solusi harus segera diadakan.
Otomasi mesin industri tetap ada lebih kurangnya dengan penggunaan tenaga manusia.  Mesin jelas tidak bisa membantu atau minta tolong ketika terjadi musibah kebakaran, perampokan atau pembunuhan.

Revolusi industri 4.0 tetap harus melalui kalkulasi global. Setiap pengusaha mempunyai kekuatan yang berbeda, sehingga target dan hitungan skala waktu ikut berbeda pula. Dan eksekusi tidak serta merta langsung diterapkan. Pasti melalui sikon2 tertentu. Meski diakui anggaran cost dan keuntungan tetap menjadi patokan utama. Pengusaha tidaklah terburu-buru. Meski mampu beli mesin  otomatis misalnya.
Tren bagus untuk diikuti, karena kita mengikuti arus persaingan dan kesetaraan. Juga demi persepsi, performs. Tapi berpikir secara konservatif tetap saja diperlukan. Apa nikmatnya anda duduk santai di mobil otomatis yang bisa nyopir sendiri? Nggak asyik, bisa menjadi acuan mempercepat beralihnya ke pilihan otomatisasi ini.
Apapun keputusan yang diambil oleh top manajemen, kita harus siap menghadapinya. Harus siap melaksanakannya. Mengmankannya. Insyaallah, semoga Tuhan memberi kekuatan lahir dan batin.



****
NB: Jadilah follower blog ini. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap hari Minggu ada tulisan baru. Untuk mempermudah mencari blog ini, simpanlah situsnya dengan cara di bookmark. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.  
Guno Artikel

Posting Komentar untuk "Penyesuaian itu perlu"