Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

APAKAH SAYA AKAN KEMBALI DIBERI AMANAT SEBAGAI PENASEHAT DI KEPENGURUSAN MENDATANG?

Suatu ketika saat kami berbincang berdua, teman saya bertanya kapada saya. Pertanyaan itu dilontarkan dengan nada pelan sekali seperti berbisik. Padahal kami tidak sedang berbincang di tengah kerumunan orang banyak. Padahal juga pertanyaan itu bukan sesuatu yang rahasia. Tapi saya tidak kaget. Saya sudah memahaminya, saya sudah lama mengenal teman saya ini. Setahu saya, teman saya ini sangat menjaga batas kesopanan. Dia tahu harus bagaimana caranya menjaga etika. Menjaga perasaan orang lain. Tidak asal bicara. Dia bisa memilah dan memilih mana sesuatu yang bernada sensitif, mana yang bukan bernada sensitif. Itu tentu baik sekali. Dia bermaksud menghargai orang lain. Menghormati orang. Dia hanya berusaha menjaga agar saya tidak kaget mendengarkan pertanyaannya. Bayangkan dan bandingkan dengan orang yang tidak tahu tatakrama, dimana kalau sedang berbicara dengan orang lain seperti orang yang sedang berteriak. Kosa katanya cmpur aduk. Konon sedang berbicara dengan orang yang lebih tua.


Teman saya mengaggap pertanyaannya itu sebuah pertanyaan yang sensitif bagi saya. Makanya dia bertanya dengan nada yang sangat hati-hati sekali. Takut membuat saya tersinggung. Padahal pertanyaannya itu bukan suatu pertanyaan yang sensitif bagi saya. Apalagi penting. Tidak. Itu sebuah pertanyaan yang biasa saja. Saya malah sudah pernah memikirkannya. Dan saya sudah lama menyiapkan jawabannya, bahkan menyiapkan mental saya. 


Ya, sudah lama saya menyiapkan mental saya agar tidak mudah terpukau oleh sebuah situasi apapun. Tidak gampang terombang-ambing oleh sebuah permasalahan atau suasana. Tidak mudah gugup dikarenakan oleh sebuah keadaan. Tapi jangan salah duga. Saya bukanlah orang yang sempurna. Saya masih mudah terseret oleh sebuah situasi yang mampu merampas suasana batin saya. Sesepele apapun situasi itu.


Namun yang jelas, insyaallah, saya tidak akan mudah silau oleh sebuah jabatan, sebuah kehormatan. Saya tidak mudah demam panggung ketika berada di tengah banyak pujian orang lain. Dan saya tidak mudah tersinggung ketika mendapat kritikkan. Ini bukan tentang sesuatu yang spetakuler. Masalah yang biasa saja. Saya hanya berusaha ingin menjadi orang yang tidak  gampang terpengaruh oleh ulah orang lain. Didekte oleh keadaan. Saya hanya ingin menjadi diri saya sendiri. Saya ingin berusaha tegas. Mempunyai sikap yang jelas. Saya hanya akan berusaha ingin memaknai dengan penuh kesungguhan atas segala kejadian yang menimpa diri saya. Itu saja.


Saya maklum, teman saya tadi bertanya hanya terdorong ingin mengetahui jawaban saya, bagaimana respon saya. Dikiranya itu "adalah sebuah pertanyaan yang surprise", yang dapat membuat saya terkejut kaget. Membuat sebuah permasalahan yang serius bagi saya. Padahal tidak. Sama sekali tidak.  Saya sudah lama memperikannya bahwa itu mungkin akan terjadi. Jadi saya tidak akan kaget karenanya.

Guno Display


Pertanyaan teman saya tadi sangat simpel. Sangat sederhana sekali: "BAGAIMANA PERASAAN SAYA BILA PENGURUS PHRD YANG SELANJUTNYA TIDAK MENUNJUK SAYA SEBAGAI PENASEHAT?"


Ditanya seperti itu respon pertama saya, dan seperti biasanya, saya hanya tersenyum. Sudah lama saya memperhitungkan itu. Sudah lama saya memikirkannya. Tapi ya itu tadi seperti yang saya tulis: Saya sudah siap. 


PHRD (Perhimpunan HRD) Jawa Tengah semakin ke depan eksistensinya semakin bagus. Sosoknya semakin jelas. Semakin oke. Semakin banyak menebar kemanfaatan. Semakin banyak stakeholder yang membutuhkan kiprahnya. Hukum pasar pasti selalu saja terjadi. Barang atau sesuatu yang mempunyai performa yang bagus atau yang dapat memberikan kemanfataatan bagus pasti akan banyak dicari orang. Dan PHRD termasuk yang demikian. Maka tidak mengherankan bila PHRD banyak dibutuhkan oleh banyak pihak, sekaligus membutuhkan orang-orang yang cerdas, sigap dan cepat tanggap sebagai pengurusnya. Bila perlu, sebagai penasehat dapat memberikan nasehat tanpa diminta.


Dan saat ini banyak Manajer muda baik pria maupun wanita yang ikut menjadi pengurus PHRD. Mereka tentu mempunyai vitalitas, semangat, dan kompetensi yang sangat hebat. Tenaganya lebih segar. Lebih cekatan. Mempunyai cara berpikir yang canggih dan sangat lihai dalam mengolah dan menjalankan berstrategi. Saya tidak meragukannya. Bahwa mereka belum banyak mempunyai pengalaman di PHRD itu dapat dimengerti, namanya juga angkatan baru. Namun saya yakin, itu bukan merupakan suatu alasan untuk dapat membawa PHRD ke keadaan yang lebih baik. Ke situasi yang lebih dahsyat.


Tentu saja saya sangat berharap, pengurus PHRD dapat menunjuk orang yang tepat sebagai penasehat, karena seperti yang saya tulis tadi, kedepan peran PHRD semakin berat, komplek, multi fungsi (dapat bermanfaat untuk para anggotanya, stakeholder, dan pencari kerja). Oleh karena itu sangat diperlukan penasehat dari orang yang tepat: cerdik, cerdas, cekatan, berwawasan luas, mempunyai visi ke depan yang jelas, luwes, kreatif, kredibel, dan tangkas. Harus dapat memberikan, masukan yang konstruktif. Dan siapapun yang mendapat kehormatan untuk ditunjuk sebagai penasehat sebaiknya bersedia karena PHRD adalah merupakan ladang pahala yang tiada pernah berhenti. Selalu memberikan manfaat. Menjadi penasehat adalah panggilan jiwa untuk terus memelihara, menjaga, dan mengawal PHRD agar dapat terus tetap eksis.  


Bila saya memang masih dibutuhkan sebagai penasehat, saya siap. Karena sesungguhnya mendapat amanat sebagai apapun kita harus siap. Itu sebuah panggilan jiwa untuk pengabdian. Sebuah penghormatan. Sebuah pengakuan kemampuan untuk mengemban tugas. Dan selama masih ada pergerakan niaga, insyaalah PHRD masih dibutuhkan. Dengan demikian PHRD akan dapat terus menebarkan kemanfaatan. Artinya akan selalu mengalirkan pahala kapan saja.


Bila tidak dibutuhkan lagi, saya juga siap. Tidak apa. Karena bagi saya berposisi sebagai anggota pun masih dapat berkontribusi untuk memberikan pendapat. Ada atau tidak adanya sebuah jabatan tidak dapat menghalangi saya untuk dapat selalu berjuang bersama PHRD. Karena kita semua adalah asset bagi PHRD, PHRD adalah asset bagi kita semua.


Namun harus diakui bahwa jaman semakin maju. Keadaan semakin berkembang. Tentu di beberapa sisi ada perubahan. Dan kita tentu kita tidak boleh bersikap dan berpikir secara apriori, kaku dan statis. Harus realistis, dinamis, elastis, dan ini yang terpenting, harus selalu merasa optimis.


Bahwa harus ada nilai-nilai yang harus dipertahankan, saya setuju. Seperti marwah yang harus dijaga. Eksistensi yang senantiasa harus dijunjung tinggi. Kesolidan anggota yang harus selalu terpelihara. Performa yang harus meningkat ke yang lebih baik. Visi dapat bergeser, tapi misi tidak. Dan tentu saja pemberian kemanfaatan itu harus dibarengi sepenuhnya dengan rasa tanggungjawab. Sebagai Penasehat memang hanya dapatnya hanya memberi nasehat. Tapi jangan lupa sebagai anggota kita tetap dapat berbuat sesuatu. Ingat, kemanfaatan PHRD ditunggu oleh banyak pihak. Terutama para pencari kerja. Selamat berjuang PHRD. Semoga engkau menjadi semakin kuat dan tangguh.


Guno feed

Have a nice day.

 










Notes: Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat silahkan pilih. Terima kasih.

Guno Artikel

Posting Komentar untuk "APAKAH SAYA AKAN KEMBALI DIBERI AMANAT SEBAGAI PENASEHAT DI KEPENGURUSAN MENDATANG?"