Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TURNOVER SELALU ADA DAN ADA CARA UNTUK MENYKAPINYA

Turn over (baca: keluar masuk) karyawan di perusahaan adalah suatu hal yang biasa terjadi. Kebutuhan perusahaan akan jumlah karyawan memang selalu tidak menentu tergantung kebutuhan. Turn over yang mencapai jumlah karyawan tinggi (jumlahnya bisa ratusan orang) adalah perusahaan manufaktur yang bersifat padat karya terutama di bagian produksi. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau sudah jadi. Bisa dimengerti bila perusahaan melibatkan orang banyak dalam produksi. Turn over bisa terjadi tiap bulan terutama setelah hari raya Islam Idul Fitri. Maklum setelah mereka mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR). Repotnya bila mereka mengundurkan diri tanpa pamitan kepada perusahaan. Akan dikomplain satu persatu? Kebanyakan perusahaan pada malas melakukan itu. Paling menyandera (baca: tidak mau membuatkan surat pengalaman kerja).


Tingkat turnover karyawan yang terlalu tinggi jelas merupakan masalah, baik untuk tim HR, tim produksi, maupun bagi perusahaan secara umum. Ada banyak alasan mengapa hal tersebut dan menjadi hal yang merugikan. Misalnya, apabila karyawan dari suatu perusahaan banyak yang (apalagi sering) mengundurkan diri, maka perusahaan tersebut perlu melakukan proses rekrutmen kembali untuk mendapatkan karyawan yang baru. Dan itu bukan merupakan persoalan yang mudah. Hal tersebut tentu saja akan membuang waktu dan biaya. Selain itu juga ada efek negatif yang harus perusahaan tanggung, mulai dari menurunnya jumlah produksi, hingga membuat citra buruk perusahaan. Turnover memang merupan menjadi program kerja perusahaan terkait pelayanan permintaan buyer. Permintaan bisa naik bisa turun. Tetapi merekrut orang dalam jumlah banyak, apalagi dalam waktu yang relatif singkat, adalah merupakan persoalan tersendiri. Dengan demikian mereka yang terkena perampingan dan tidak mau kembali bekerja di perusahaan yang sama perlu dicermati permasalahaannya.

Oleh karena itu, untuk mengatasi kondisi tersebut, perusahaan perlu mengetahui apa saja yang menjadi penyebab utama karyawan meninggalkan perusahaan.

Berikut adalah alasan umum timbulnya turnover :
Guno Display

1. Beban pekerjaan. Beban pekerjaan yang dirasa terlalu berat dan lebih banyak membutuhkan waktu kerja lembur membuat karyawan memutuskan untuk mundur dari pekerjaan, meskipun upah lembur dibayar sesuai peraturan, apalagi bila tidak sesuai waktu jam lembur. Mereka butuh punya waktu istirahat yang cukup dan bukan karena masalah uang lembur. Biasanya perusahaan akan berstrategi membagi beban perusahaan sehingga tidak memberatkan orang atau salah satu devisi.

2. Adanya shitf malam. Pada perusahaan manufaktur sangat biasa ada pembagian jam kerja jadi 2 atau 3 shift, apalagi bila ada banyak permintaan dari mitra pembeli (buyer). Jadi meski sudah ada 2 atau 3 shitf, jumlah karyawannya masih ditambah di masing masing shitf shitf itu. Para karyawan, terutama wanita, meskipun berstatus lajang banyak yang tidak mau bekerja di shift 2 atau 3 dimana mereka masuk kerja sampai malam dan baru masuk di tengah malam, atau masuk kerja malam dan pulang pagi.

3. Mendapat tawaran gaji lebih tinggi, tempat berkerja yang lebih nyaman, transportasi yang lebih mudah, adalah hal-hal yang dapat membuat pemicu  para karyawan keluar dan pindah ke perusahaan baru. Tawaran gaji lebih tinggi meskipun selisihnya tidak signifikan biasanya tetap menjadi daya tarik bagi pekerja.

4. Budaya perusahaan yang tidak sehat. Faktor ini juga sangat dominan sekali. Apapun yang dirasakan para karyawan yang dirasa tidak nyaman akan mengakibatkan para karyawan merasa tidak betah. Salah satu contoh adalah apabila atasan sering berlaku galak, sering marah, terlihat sering stres. Komunikasi tidak bisa berjalan secara harmonis. Akhirmya kegiatan kerja berjalan tidak seimbang dan berimbang. Metode in out tidak berjalan. Akibatnya aspirasi tidak terakomodasi dengan baik.

5. Karyawan merasa tidak memiliki kesempatan berkembang juga menjadi pemicu para karyawan untuk keluar dari perusahaan. Mereka jenuh dan bosan karena pekerjaan selalu monoton. Untuk itu harus terus bangun komunikasi dengan karyawan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Fleksibilitas, kebahagiaan, kesempatan tumbuh dan berkembang, dan program-program eksternal adalah hal yang rata-rata karyawan inginkan dan butuhkan. Merasa tidak bisa berkembang di sini termasuk tentang: keilmuan, karier, dan jumlah gaji atau kesejahteraan. Bagi karyawan ini masalah yang “strategis”. Menyangkut tingkat kepuasan karyawan.

6. Alasan lain adalah karyawan tidak dapat memenuhi target kerja yang sudah ditentukan. Target kerja dianggap berat. Atau mungkin dirasa dalam ukuran yang tidak biasa.

7. Menikah, bersekolah lagi (kuliah), berwiraswasta dan pindah keluar kota biasanya juga menjadi alasan para karyawan keluar dari perusahaan.
8.Bagi pekerja yang tergolong cerdas banyak pekerja lebih memilih untuk bekerja pada perusahaan startup. Alasan mereka ingin bekerja di perusahaan startup adalah adanya penerapan teknologi. Penerapan teknologi pada pekerjaan dapat memberikan rasa bangga dan juga meningkatkan value karyawan. 

Sesuai era Industri 4.0 mestinya terjadinya turn over yang tinggi di bagian produksi bisa diatasi dengan penggunaan mesin otomatis. Tapi persoalannya tidak semudah itu seperti terkait beaya pembelian dan perawat serta corak produksi itu sendiri bisa ditangani mesin atau tidak. Juga adanya kebijakan pengentasan jumlah pengangguran atau yang lainnya. Bagaimanapun penggunaan tenaga mesin dan manusia pasti ada perbedaannya. Era Industri 4.0 tidak bisa digenerlisasi.


Strategi mencegah tingginya turn over.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan ekspetasi karyawan adalah melalui penguatan strategi retensi untuk mencegah tingginya turn over karyawan. Strategi ini meliputi usaha perusahaan untuk mempertahankan dan mengembangkan lingkungan kerja yang mendukung sehingga para karyawan merasa betah bekerja di situ. Termasuk di dalamnya  adalah sebisa mungkin memenuhi kebutuhan para karyawan, sehingga tingkat kepuasan pekerja bisa meningkat. Sering dan banyaknya para karyawan turn over mau tidak mau akan mengeluaan beaya yang tidak sedikit terkait untuk perekrutan dan beaya pelatihan bagi karyawan baru.

Tingginya tingkat turn over karyawan merupakan kerugian besar bagi sebuah perusahaan. Apalagi jika karyawan tersebut merupakan karyawan yang berbakat dan cukup berpengaruh bagi perusahaan. Bukan hanya kehilangan sumber daya manusia yang terbaik, tetapi perusahaan juga akan mengalami penurunan produksi dan sumber finansial. Salah satu strategi untuk mempertahankan karyawan adalah dengan memberikan gaji dan tunjangan yang kompetitif serta komit memenuhi ketentuan regulasi. 

Guno feed
Turn over sebenarnya bukan masalah perusahaan saja, tapi juga para karyawan sebagai individu. Karena ini melibatkan para karyawan sudah seharusnya pendapat mereka didengar dan diperhatikan oleh perusahaan, tidak bisa dianggap angin lalu. Tanpa para pekerja (karyawan) perusahaan tidak bisa berbuat apa apa, kecuali peran mereka sudah diganti oleh mesin. Hanya menerapkan teori keilmuan juga tidak bisa karena ini sangat erat hubungannya tingkat pelaksanaan di lapangan yang terkait dengan pemasalahan manusia (humanisme). Coba bayangkan bila perusahaan (pabrik) tiba-tiba mengalami kebakaran atau perampokan, siapa yang bisa menanganinya, manusia atau mesin?

Hanya karyawan yang mempunyai integritas yang tinggi yang mau setia dan bertahan lama bekerja di sebuah perusahaan. Integritas yang tinggi tidak selalu terkait dengan tinggi rendahnya tingkat pendidikan atau tinggi rendahnya tingkat ekonomi yang bersangkutan. 




Notes: Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu akan muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat. Terima kasih.


Guno Artikel

Posting Komentar untuk "TURNOVER SELALU ADA DAN ADA CARA UNTUK MENYKAPINYA"