Produksi mendukung marketing atau marketing mendukung produksi?
Dapat dipastikan ke dua bagian ini menjadi pengawal terdepan perusahaan. Maju mundurnya perusahaan dapat dikatakan tergantung oleh dua bagian ini. Pengertian sederhananya adalah yang satu PEMBUAT, yang satu PENJUAL. Saling membutuhkan. Saling berhubungan. Bisa dimengerti profit perusahaan dihasilkan dari keduanya, meski harus diakui ada peran di bagian-bagian lain demi lancarnya gerak perusahaan. Lagipula ada unsur penting di antara keduanya yaitu PERMINTAAN PASAR. Meskipun harus diakui marketing dan produksi mempunyai "kekuatan" dapat mempengaruhi dan membentuk permintaan pasar. Mereka bisa memoles, meracik. Tak hanya itu, keduanya bisa memunculkan Brand. Produksi barang yang baik dan marketing yang baik akan memunculkan Brand. Kepuasan pembeli ada di tangan keduanya. Ada daya magis di dalamnya. Masyarakat cinta mati pada suatu produk.
Padahal ada yang berpotensi menggangu diantara keduanya (bagian produksi dan marketing), yaitu ketidak ketersediaan bahan baku untuk produksi. Itu di luar kewenangan mereka. Dengan ketidak ketersediaan bahan baku permasalahannya bisa menjadi lebih kompleks, menjadi bias. Timbulnya masalah bisa dari stakeholder, pihak ke tiga, atau justru dari perusahaan kita sendiri. Bila ditelaah lebih dalam permasalahannya bisa lebih dalam dan melebar. Begitu pula efek yang ditimbulkan, yaitu bisa mengacaukan rencana produksi, penyediaan sdm, jadwal ekspedisi, dan pemesanan produk. Bila itu barang ekspor atau yang pakai transportir kapal bisa mengganggu jadwal pemberangkatan kapal menjadi mundur yang berarti bea tambat labuhnya menjadi tambah mahal (pesawat atau kereta api juga. Tapi jika pakai kontener pasti memakai jasa kapal). Selain itu bila pengiriman mundur bisa mendatangkan ketidakpuasan konsumen. Ini berbahaya, bisa menghantam kemana-mana. Citra perusahaan menjadi taruhan. Yang terjelek adalah customer meninggalkan kita. Bila mereka pergi bisa meninggalkan jelas merusak citra perusahaan kita. Padahal informasi bisa cepat menyebar ke mana-mana. Mereksturisasi biasanya sangat susah. Butuh tempo dan beaya. Ini sangat berbahaya sekali.
Dalam kegiatannya, bagian produksi dan pemasaran secara bersama-sama mementingkan kualitas dan kuantitas barang. Harus bisa mencukupi permintaan pasar dan memuaskan pelanggan. Bila bisa berjalan langgeng dan berkembang serta memuaskan pelanggan dalam prosesnya dapat membentuk brand. Bila ini yang terjadi, perusahaan bisa tenang, sebab nama poduk sudah melekat di hati masyarakat. Mereka dapat menjadi militan. Namun apabila perusahaan "goyang" apalagi gulung tikar, brand malah membuat sebuah ceritera tragis, dimana dulu nama produknya terkenal sekarang hanya menjadi kenangan.
Kualitas tidak sama dengan mutu. Namun kualitas oleh masyarakat umum digolongkan bagian dari mutu suatu produk. Bisa dimengerti bila punya anggapan seperti itu. Masyarakat cari simpelnya saja. Urusan ilmiah biar jadi urusan ilmuan saja. Tapi mereka sepakat bahwa kualitas sangat erat terkait dengan kreatifitas. Dan unsur ini memang sudah sangat menyita perhatian dari perusahaan. Segala daya dan potensi sangat di perjuangkan untuk masalah ini, termasuk modal. Di saat sekarang ini, di jaman banyak kompetitor dan persaingan semakin ketat, untuk memacu kualitas, kalkulasi perusahaan semakin ketat. Kualitas menjadi komoditi utama. Wajar fokus diarahkan ke sana. Tidak masalah bila harus belajar dari luar. Bukankah demi kualitas kita perlu bercermin dari luar? Kualitas muncul dari perbandingan produk kita dengan produk luar. Ukuran mudahnya begitu. Predikat lebih berkualitas bisa ditengarai atau diukur dari sini. Semakin tinggi bisa memenuhi kepuasan pelanggan, kualitas juga dituntut lebih baik. Syukur perbandingannya bisa segnifikan. Itu artinya banyak hal yang harus dilakukan.
Observasi keilmuan dan pengetahuan harus dilakukan terus menerus. Eksperimen lebih sering dilakukan. Dan itu terkorelasi dengan bertambahnya beaya. Juga harus peka dalam mengendus bahaya. Di jaman seperti ini di mana persaingan di dunia usaha begitu ketat dan mengigit, kecermatan inovasi produk dan harga sangat sensitif menjadi incaran perusahaan lain dan kemauan masyarakat sebagai pasar. Padahal pendapat selama ini adalah perusahaan berusaha menekan beaya tapi dapat menghasilkan produk yang bagus. Logikanya seperti itu. Dilema ini biasa dijawab dengan menerapkan produksi yang secara tehnis efesien antara pengelolaan barang mentah hingga barang jadi dengan barang modal minimal. Untuk itulah salah satu fungsi bagian produksi adalah menggambarkan tehnologi yang dipakai suatu industri atau perekonomian secara keseluruhan.
Output = (Kapital + Labour + Resource + Technology)
Salah satu hal yang juga penting untuk dilaksanakan oleh bagian produksi adalah memenuhi ketepatan yang telah ditetapkaan. Jadwal harus ketat karena harus berkonswekensi kapada banyak hal. Tepat jumlah misalnya, ini untuk menghindari kesiasiaan. Jangan sampai terlalu banyak atau sedikit. Terjadi stagnan (barang yang menumpuk) telalu banyak adalah suatu kerugian baik dari segi modal, waktu, maupun tenaga. Apalagi kalau sampai menyewa gudang milik pihak lain. Berabe. Sebaliknya bila telalu sedikit juga sangat tidak boleh. Permintaan (pasar) tidak boleh terlalu lama menunggu. Ini bisa mengganggu bahkan merusak image perusahaan. Lebih parah bila sampai ditinggal calon pembeli, serta menyebarnya berita buruk ke mana-mana.
Oleh sebab itu salah satu fungsi bagian pemasaran adalah membuat analisis bukan hanya sekedar untuk menjual produk. Analisis juga berdampak pada penetapan harga: stabil, melambung (naik) atau menukik (turun). Tak hanya soal harga tapi juga menyangkut soal perencanaan produksi, bahkan ekspedisinya. Jadi sangat diperlukan ketepatan analis. Ada kalkulasi yang akurat.
Tugas Tim pemasaran antara lain: Melakukan perencanaan strategi pemasaran dengan memperhatikan trend pasar dan sumber daya perusahaan; Merencanakan marketing research yaitu dengan mengikuti perkembangan pasar, terutama terhadap produk yang sejenis dari perusahaan pesaing; Melakukan perencanaan analisis peluang pasar; Melakukan perencanaan tindakan antisipatif dalam menghadapi penurunan order; Menyusun perencanaan arah kebijakan pemasaran; Melakukan identifikasi dan meramalkan peluang pasar; Merencanakan pengembangan jaringan pemasaran; Memetakan tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas setinggi mungkin; Menciptakan, menumbuhkan, dan memelihara kerja sama yang baik dengan konsumen; Merumuskan target penjualan; Merumuskan standard harga jual dengan koordinasi bersama Direktur Operasional serta Departemen terkait; Menanggapi permasalahan terkait keluhan pelanggan; Merumskan pengendalian terhadap rencana-rencana yang sudah disusun untuk menjamin bahwa sasaran yang ditetapkan dapat terwujud, misalnya : volume penjualan dan tingkat keuntungan; Melakukan langkah antisipatif dalam menghadapi penurunan order; Memberikan pembritahuan kredit pelanggan dalam batas – batas yang wajar; Melakukan demarketing jika terjadi overload produksi; Melakukan analisa pelanggan yang mengalami kecenderungan kredit macet.
Dalam analisis juga mencakup pengetahuan mengenai produk kita akan dijual lagi atau tidak. Untuk itu perlu adanya tabel manfaat. Di situ bisa dicermati kemanfaat produk, termasuk untuk dijual lagi atau tidak. Juga kemanfaatan-kemanfaatan untuk perusahaan kita. Baik itu kemanfaatan untuk yang berjangka pendek, menengah, atau panjang. Bahkan untuk yang tidak mendatangkan manfaatpun harus kita kenali. Buang jauh-jauh keraguraguan yang ada. Keraguraguan akan mendatangkan keadaan blunder, mengancam timbulnya kerugian.
Yang paling strategis dan vital adalah masalah pembayaran. Memang oleh perusahaan masalah pembayaran ditangani oleh pihak tersendiri, bukan oleh bagian pemasaran. Tapi cara pembayaran pertama kali diketahui oleh bagian pemasaran, meskipun oleh top manajamen biasanya sudah dikatahui dulu. Tapi follow up biasanya oleh bagian pemasaran utamanya bila ada perubahan cara pembayaran.
Yang jelas masuknya karyawan bagian produksi dan marketing melalui HR. Harus diakui ke dua bagian itu merupakan bagian penting di sebuah perusahaan. Bisa dikatakan wibawa dan nama baik di pundak keduanya meski di bagian lain juga penting. Sebab keduanya membawa image perusahaan.Yang bekerja di bagian produksi biasanya melanjutkan atau mengembangkan produk yang sudah berjalan. Manajer HR biasanya menuruti manajer produksi berkenaan ukuran talenta dan kualitas calon karyawan. Demikian juga soal jadwal pelatihannya. Agak lain dengan penerimaan karyawan di bagian marketing. Selain lamaran yang dilampiri sertifikat ketrampilan yang dikehendaki juga memakai feeling atas kemampuan dan talenta calon pelamar pekerjaan. Tidak menutup kemungkinan perusahaan menggunakan jasa Assessment center dimana dalam proses penerimaan memakai beragam simulasi dalam seleksi. Jadi tidak hanya menggunakan tes tertulis dan wawancara sebagaimana biasanya saja. Di sana ada simulasi diskusi, presentasi, dan interview yang mendalam selain paper test.
Biasanya berbeaya agak mahal, namun dibandingkan tugas keuntungan yang akan diperoleh, cara ini sangat memungkinkan untuk ditempuh. Yang jelas pada umumnya bila ada komplain di kedua bagian itu, bagian HR yang sering menjadi sasaran.
Kembali ke judul tulisan ini: “produksi mendukung marketing atau marketing mendukung produksi?”
NB: Dan berbagai sumber. Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "Produksi mendukung marketing atau marketing mendukung produksi?"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.