Mengkritisi itu mencintai. Mencintai itu mengritisi.
Mencintai itu mengritisi. Mengritisi itu mencintai. Sekilas kata-kata itu terkesan dibolak-balik, meskipun sesungguhnya seperti itu, dan memang begitu. (Baca juga: Hakiki kata Hakiki..).
Dua kalimat ini sepertinya bertentangan. Dua kutub yang berbeda. Kontra produktif. Tetapi sesungguhnya tidak. Malah saling mendukung. Itulah kita, manusia, kadang menjadi tidak mengerti ketika dua perasaan yang saling bertentangan malah saling berhubungan bahkan saling membutuhkan. Tentu saja ini bukan sekedar bermaksud menggembirakan antara satu dengan yang lain, tapi memang begitulah keadaannya. Contoh yang ada di depan mata kita, di sekitar kita, sangat jelas menunjukkan perbedaan itu. Dan pada kenyataannya justru menunjukkan betapa hebatnya Sang Pencipta, yaitu Tuhan. Coba lihat saja: ada siang ada malam, ada terang ada hujan, ada pria ada wanita, ada kaya ada miskin, dan sebagainya. Di lagu ada yang berjudul "benci tapi rindu".
Mencintai (kepada pasangan) adalah saling menyayangi, adalah ingin memiliki. Mengkritisi adalah sebuah sikap, sebuah action, sebuah perhatian. Tidak usah diributkan siapa membutuhkan siapa. Kata kunci dari kalimat ini adalah “karena”. Itu sebenarnya kata “penghubung”, tapi juga merupakan kata “siapa dan mengapa”. Yang satu menjelaskan yang lain. Lebih dari itu, yang satu menguatkan yang lain.
Di kalimat “kejarlah daku kau kutangkap” malah seperti kata mengolok-olok. Menggoda. Ada kesan menggemaskan di situ. Ada kesan tidak serius. Padahal serius sekali. Jelas ada maksud dan tujuan. Ada target. Setidaknya ingin mencari perhatian. Ini tidak berarti menunjukkan bahwa manusia senang berkamuflse, berpura-pura. Meski sebagian dari kita kadang tidak ingin menunjukkan keseriusan dalam situasi yang serius. Hanya inginnya tampil yang biasa-biasa saja. Ini terasa lebih nyaman. Lebih aman.
Mengkritisi tentu saja sangat lain dengan menghujat. Yang hanya melihat kejelekannya saja. Yang hanya mendepankan rasa tidak senang. Mengkritisi bisa dikatakan lawan kata dari menghujat. Mengkritisi di sini adalah dalam arti memberikan masukan-masukan yang baik. Memberikan perhatian kepada hal-hal yang perlu dibenahi. Memberikan perhatian kepada yang perlu diperhatikan.
Mengkritisi yang demikian tentu kaya akan alternatif-alternatif. Kaya akan wacana. Dan kaya akan solusi. Walaupun diberikan secara biasa-biasa saja, sikap mengkritisi yang seperti demikian sangat ditunggu-tunggu kedatangannya. Sangat dirindukan. Tidak perduli dia datang sebagai pria atau wanita, tapi yang jelas dia adalah sang pemerhati. Sang simpatisan. Bahkan mungkin: sang pemuja.
Yang mengkritisi merasa tidak perlu ada yang tidak harus disampaikan. Yang dikritisi merasa tidak perlu ada yang disembunyikan. Karena yang dikritisi tahu di situ ada rasa sayang, sedang yang mengritisi tahu bahwa itulah cara dia mengungkapkan rasa sayangnya.
Mengkritisi atau mengkritik kepada pasangan bisa diartikan dalam beberapa arti:
Mengkritisi adalah sebuah kejujuran.
Tidak ada manusia yang sempurna. Dan kebanyakan manusia merasa alergi untuk dikritik. Berani mengkritisi itu butuh suatu keberanian, butuh mental. Tidak bermental yang penting membuat orang senang. Dikiritrisi oleh kekasih tentu cara dan rasanya sangat berbeda. Ada rasa sayang dalam pengungkapannya. Semakin sering dikritk semakin senang. Bisa jadi kritikannya tidak detil, tidak langsung semuanya, tapi bagian per bagian. Atau dalam hal kasusitis. Tapi kritikan ini adalah menifestasi sebuah kejujuran.
Mengkritisi adalah sebuah bentuk perhatian.
Ini sudah jelas. Dan anda boleh percaya boleh tidak, ini lebih bernilai dari sekedar hanya pemberian uang. Ini terasa lebih tulus. Dikritisi demi kemajuan secara tulus oleh siapapun dia, tentu serasa lain daripada yang lain.
Saling mengkritisi.
Yang afdol adalah saling mengkritisi. Ada timbal balik. Ada rasa saling memiliki. Bukankah tidak hanya satu pihak saja yang memerlukan pembenahan. Bagaimana kita bisa tahu ada yang belum beres jika tidak ada yang mengkritisi?
Kritikannya bukan tuntutan.
Dengan adanya kritikan tentu harapannya ada perubahan. Yang signifikan mestinya.Tapi kalau ada perubahan sedikit juga tidak apa. malah ada kesempatan untuk mengritisi lagi. Mengritisi dalam hal ini, kritikannya tidak harus dituruti. Semua keputusan diserahkan kepada yang bersangkutan. Meskipun demikian, tidak usah dimintapun biasanya akan langsung berubah. Bahkan ada yang lucu: kadang membenahi diri sebelum dikritik atau malah justru menunggu dikiritik. Semuanya itu dasarnya adalah rasa sayang belaka.
Kritikan sebagai bagian interaksi.
Harus diakui kritikannya adalah bagian dari menjaga dan memelihara sebuah hubungan agar lebih intens dan mesra. Kritikan yang diberikan hanya sebuah ungkapan mesra. Keritikannya hanya sebuah bagian dari seni.
Kritikan ada yang bertujuan mencari pembenaran atas penunjukan kesalahan. Ada yang memang berniat untuk menjatuhkan. Ada yang bertujuan untuk berstragi (mendahului mengkritik sebelum dikritik). Ada yang bertujuan untuk pembelajaran. Ada yang berniat untuk berbagi. Ada yang ditujukan untuk mencari perhatian.
Kritikan yang baik adalah untuk menunjukkan peduli.
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "Mengkritisi itu mencintai. Mencintai itu mengritisi."
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.