Mencari medsos seperti apa yang anda cari?
Kemajuan teknologi tidak hanya bisa membuat manusia untuk bertindak lebih efektif dan efisien tapi juga menjadi kreatif dan kognitif.
Sejak adanya handphone (hp) menjadikan manusia terasa terbebas dari kungkungan. Tidak hanya terasa sebenarnya, tapi lebih jelasnya: kenyataan. Dengan menggunakan hp orang bisa berbicara berkomunikasi secara timbal balik, di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja (yang juga punya hp atau telepon kabel tentu saja). Untuk bertelepon ria tidak lagi bergantung dengan telepon kabel yang hanya bisa dipakai di tempat tertentu di mana telepon kabel tersebut diletakkan. Meski kecanggihan tambahan di hp pada awalnya waktu itu paling banter hanya bisa berkirim sms. Itu saja rasanya sudah sangat luar biasa sekali, dapat berkirim kabar lewat tulisan. Itu sudah hebat. Bagaimanapun berkirim kabar lewat tulisan memang terasa sangat lain, karena tulisan melibatkan rasa estetika. Rasa seni. Bisa melebarkan intuisi, pemikiran, opini, kata hati. Tulisan bisa menjadi pemuas rasa dahaga untuk mencurahkan isi hati dengan lebih detil.
Apalagi sekarang dengan fasilitas WhattsAp bisa berkirim foto dan video. Ini lebih menggilakan. Gambar bergerak (video) terasa lebih menggigit. Lebih memabukkan. Atau future stiker, gambar yang berbau humor, dapat menyalurkan emosi yang mencerminkan rasa atau perasaan orang, baik itu gambaran sedih, bingung, jengkel, ataupun gembira. Sekarang stiker di WA malah bisa dikreasi sendiri, menggunakan foto diri, bersama teman atau keluarga di masa sekarang atau masa lalu dengan ditambahi dengan kalimat-kalimat lucu. Daya tarik stiker di WA untuk mengundang kelucuan.
Fungsi hp cerdas sekarang seperti fungsi komputer. Ibarat laptop kecil yang bisa ditenteng ke sana kemari, bepergian ke mana saja. Bedanya, hp punya kelebihan, ya bisa untuk berfoto ria, atau mengambil gambar bergerak (video shooting) atau berkomunikasi (berbicara) via video call. Yang terakhir malah bisa untuk mengedit gambar (foto). Juga untuk mendownload dan mendengarkan musik. Itu sungguh sangat fantastik. Karena berfungsi seperti komputer sehingga dapat untuk mengkonsep apa saja yang akan disampaikan dalam waktu yang relatif singkat atau dalam waktu yang mendadak. Pokoknya dunia berada dalam genggaman jari manusia. Tak heran hp mendapat banyak perhatian. Otak dan hati manusia tercurah fokus ke sana. Tidak heran era sekarang dikatakan era menunduk. Maklum mata setiap orang menunduk melihat hp. Berita atau info bisa berubah dalam hitungan detik,
HP cerdas sekarang bisa untuk berkomunikasi seraya terserah memilih berbagai kanal yang ada dan disukai: ada twitter, linkendl, instagram, blog, facebook, WhattsApp, dan lain-lain. Masing-masing punya karakter tersendiri. Segmen penggemar mereka pun berbeda-beda. Tentu saja tergantung selera dan sasaran yang ingin dicapai. Dalam medsos (media sosial) ada yang hanya sekedar mencari teman, tempat untuk beraktualisasi diri, menyampaikan berita, kata hati (unek-unek) sampai untuk tempat berbisnis. Intinya bisa untuk mencari hiburan atau serius (berbisnis), sambil relaksasi. Kalaupun disebut ada pembagian kasta, memang bisa dirasakan di masing-masing segmen penggemar di suatu kanal ada perbedaan dari segi intelektualitas, profesi, pendidikan, maupun penghasilan. Untuk golongan umur, secara spesifik tidak ada. Itu bisa saja menjadi absurd karena bisa saja orang menjelma menjadi ini atau itu sementara keasliannya orang lain tidak tahu. Di sini memang ada semacam etika bahwa apapun omongan orang tentang keberadaanya yang seperti dikatakannya, pada umumnya begitu saja dipercaya oleh orang (pihak) lain. Jika berbohong dan merugikan tentu akan menuai kosekuansi yang tidak ringan yaitu tidak dipercaya lagi oleh orang lain. Dan itu dalam masa sekali saja. Kalau itu menyangkut bisnis efeknya bisa lebih parah, kerugian setidaknya secara moral kepada orang yang bersangkutan. Apalagi bila menyangkut uang. Padahal tidak mudah membangun image lagi. Oleh karena itu prinsip kehati-hatian sangat dijunjung tinggi. Diterapkan dengan cara yang tidak sembarangan. Apalagi info dari kanan-kiri yang relatif mudah dicari.
Saya tak hendak mengupas masing-masing kanal, karena sudah dikenal bahkan diikuti. Terlalu panjang bila dijabarkan. Semua tergantung selera dan kepentingan pribadi masing-masing. Dan tentu saja dengan segala kelebihan serta kekurangannya. Sudah dipelajari. Penggemarnya (fans) di masing-masing kanalpun juga banyak. Seseorang bisa saja ikut di semua kanal meskipun banyak juga yang merasa sudah cocok di satu atau dua kanal saja. Toh jika semua diikuti juga akan menguras waktu untuk mengecek isinya yang di sana maupun di sini. Meski sebenarnya kalau mau disederhanakan, kanal yang diikuti, yang bahasanya adalah untuk wadah komunitas seseorang. Karena wadah, tentu yang dicari yang paling sreg, yang dirasa pas oleh masing-masing individu.
Boleh dikata, penggunaannya yang sangat merakyat dan mayoritas diikuti adalah WhattsApp dan facebook. Ini bukannya yang lain tidak merakyat. Sekali lagi segmen dan selerannya memang berbedabeda. Mereka berdua, WhattsApp dan facebook sangat dominan disukai masyarakat karena dari masalah generasi (umur), tingkat pendidikan, SARA (suku, agama, ras antar golongan), sampai cara sudut pandang yang berbeda, cara pengoperasiannya, tumplek blek ada di sini. Bahkan facebook ada kelebihan karena ada data diri (termasuk foto) ada terpampang sehingga bisa dibaca. Bisa menjadi magnet. Bisa mengenal jati diri seseorang tentu lebih mengasyikkan karena bisa bikin penasaran. Meski bisa saja data diri tersebut sengaja dipasang dengan data sebenarnya guna dipalsukan untuk menipu orang. Pemanfaatan ber WA grup sudah pernah saya tulis di blog ini.
Sudah menjadi sifatnya (kebutuhannya), orang ingin dikenal dan berkenalan. Ini sangat manusiawi sekali. Bahkan kadang-kadang ada tambahannya ada orang yang ingin punya pengaruh, pamer, jadi sumber perhatian, mencari jodoh, atau hal-hal yang lain. Atau untuk bisnis tadi misalnya. Lepas dari semua itu, satu kanal ini banyak sekali mengumpulkan penggemar dari berbagai kalangan profesi. Pantas saja Mark Zuckerberg sebagai penemu aplikasi ini lantas menjadi kaya raya karenanya. Selain mempunyai banyak penggemar, kanal ini juga laris sebagai ajang bisnis. Apalagi kalau bukan facebook.
Facebook mudah dioperasikan dan merupakan tempat yang cukup strategis untuk beraktualisasi diri. Gampang untuk berkomunikasi timbal balik. Komunikasi yang timbal balik sangat memancing keingintahuan orang, dan membikin ketagihan. Dari berbagai tingkatan sosial yang ada, hampir semua nimbrung di sini. Meski ada juga yang setengah hati: ikut mendaftar tapi tidak aktif lagi atau dibuka hanya kadang-kadang saja. Mungkin karena faktor kesibukkan. Atau memang sudah tidak suka? Hanya dari kalangan kaum jetset memang sepertinya jarang ikut, paling tidak untuk bercuap-cuap. Entah kalau membentuk kelompok sendiri. Itu sangat mungkin.
Menurut pantauan saya (semoga saja ini salah, maaf) yang terdaftar ikut sebagai anggota facebook terbanyak terdiri yang berjenis kelamin wanita. Apakah ini wujud dari banyaknya perbandingan jumlah pria dan wanita di dunia, saya tidak tahu persis. Karena bisa saja itu faktor kebetulan yang ikut banyak wanitanya, itu bisa jadi. Atau dalam berkomunikasi kaum wanita lebih lihai dan faktor mengelola perasaan lebih dominan. Memang di facebook kemungkinan apa saja bisa saja terjadi.
Sekedar tanya saja, saat anda mencari teman di facebook (media sosial pada umunya), orang yang bagaimanakah yang anda pilih? Dari jenis kelamin? Bentuk wajah yang cakap, ganteng, cantik, menarik? Gayanya yang unik, keren, wah? Dari segi pendidikan, kekayaan? Jumlah teman yang mengikuti? Atau dari segi hobi atau bisnis yang sama? Atau malah yang bersifat SARA? Cerdas dalam berpendapat?
Padahal dari semua itu bisa saja bersifat relatif. Sekali lagi: RELATIF.
Ini kisah tentang diri saya sendiri, tentang bagaimana mencari teman di facebook, jadi maaf kalau lebih bersifat sangat subyektif :
1. Kalau dari segi jenis kelamin, teman yang saya pilih ya memang terbanyak dari golongan wanita (hihihihi.. lha jumlahnya lebih banyak daripada pria). Pertimbangan lainnya: dalam berteman wanita segi intuisinya sangat jalan, pakai perasaan yang mendalam (ini bukan berarti yang cowok tidak begitu lho), relatif lebih bisa mengolah manajemen emosi. Cara berlogikapun bisa dirasakan lain. Jadi bila wanita sudah memutuskan memilih kita untuk berteman, itu sudah melalui pemikiran dan perhitungan yang sangat matang, jadi beruntunglah bagi kita yang dipilih. Atau justru karena asal-asalan? Entahlah..
2. Bentuk wajah tidak harus ganteng atau cantik. Syukur unik. Terus terang ini yang malah menarik. Punya aura. Punya daya tarik. Detilnya tidak bisa dijelaskan pakai kata-kata. Tapi dapat dirasakan di dalam hati. Menggigit. Wajah (juga punya gaya) yang unik selalu menarik walaupun untuk sekedar disapa dan diajak berteman. Siapa tahu juga asyik untuk diajak berdiskusi.
3. Gaya dan pakaian (asesori) tidak harus tampil mewah, kelihatan borjuis. Biasa saja, tapi elegan. Make Up yang berlebihan malah tidak menarik. Tidak natural. Cewek yang memakai kaca mata rayben malah terasa menggelikan. Mungkin maksutnya untuk bergaya. Tapi bagi saya itu malah memberikan kesan tidak PD, tidak percaya diri, tidak tegas. Mungkin itu hanya bertujuan untuk aksi-aksian saja.
4. Harus berpendidikan tinggi tidak harus bagi saya. Yang penting bisa menjaga etika dan pandai berkomunikasi. Bisa saja tidak berpendidikan tinggi tapi mempunyai wawasan yang luas, bicaranya logis. Namun saya juga merasa perlu berkenalan dengan mereka yang jelas berwawasan tinggi atau luas dan tegas. Bahkan yang berprofesi polisi atau TNI misalnya.
5. Jumlah temannya juga mempengaruhi mengapa saya memilihnya sebagai teman. Mempunyai teman di atas 500 atau 1.000 orang itu bagus, berarti dia mau membuka wacana dan wawasan yang lebih luas, meski itu ya bisa juga sifatnya relatif. Jangan-jangan orangnya kuper alias kurang pergaluan. Atau terlalu pilih-pilih dalam mencari teman? Atau memang pemalu? Atau sebaliknya, yang temannya banyak itu bisa saja hanya asal memilih orang dalam mencari teman. Kalau ini yang terjadi, bisa dikatakan sembarangan. Biar kelihatan keren. Sedang bagi mereka yang tidak banyak mempunyai teman (di bawah 500 atau malah kurang dari 100 orang), jangan-jangan dia sangat selektif dalam mencari teman. Atau baru mendaftar, atau dia memang jarang on atau malah tidak aktif lagi di facebook.
6. Yang berinfo tidak jelas pada umumnya membuat saya tidak tertarik. Kesannya tidak serius. Baik yang tidak ada fotonya maupun dalam memberikan keterangan yang asal-asalan, terlalu bercanda, misal bekerja di PT. Mondar Mandir atau Perusahaan Cinta Yang Suci, dan sebagainya. Tapi ada juga yang saya add atau tambahkan sebagai teman karena ada pertimbangan tertentu. Misal di syarat yang lain dia oke.
7. Karena saya punya blog dan suka menulis, terus terang saya lebih suka mereka yang mempunyai kesukaan membaca. Suka mengikuti blog. Mereka siap menerima wacana atau pemikiran orang lain. Syukur bersedia memberi masukan.
8. Dari segi agama, dari mana saja saya tidak ada masalah. No problem.
9. Suka beroganisasi, itu juga menjadi salah satu pertimbangan saya. Orang yang suka berorganisasi dan tidak suka berorganisasi membuat orang mempunyai karakter yang lain, itu menurut saya.
10. Suka mengomentari postingan orang, itu bagi saya juga mempunyai nilai Plus. Itu tandanya orang itu punya rasa sensitif, punya rasa empati untuk menaruh respek kepada orang lain. Bahwa komentarnya lucu, atau asal-asalan tidak apa. Yang penting orang itu punya naluri untuk menjalin komunikasi. Tidak kaku. Terbuka. Tidak egois, dimana maunya hanya postingannya yang dikomentari saja, tapi tidak mau merespon postingan orang lain. Repot. Soal komentarnya pro atau kontra atau abstain (tanpa kata), ya silahkan saja. Bila berbeda pendapat ya tidak apa. Bukankah perbedaan itu rahmat?
11. Cerdas berpendapat. Terus terang mempunyai kepintaran ini menjadi daya tarik tersendiri. Cerdas berpendapat dapat menjadi magic, daya tarik untuk menarik perhatian orang lain. Cerdas berpendapat adalah sebuah kekuatan. Sebuah pesona.
Sekali lagi, itu semuanya bisa relatif. Mungkin yang berdata sangat singkat yang bersangkutan belum sempat membuat keterangan identitas pribadi yang jelas. Yang terang, dalam mencari teman sangat terbuka karena banyak pilihan, dan itu sangat tergantung dari apa keinginan anda dalam ber-fecebook-ria, misalnya. Harus dipertimbangkan orang lainpun mempunyai pertimbangan tertentu untuk mau berkenalan dan berteman dengan orang lain. Kita tidak boleh bersikap egois dengan tanpa memperthitungkan pendapat orang lain. Kalau kita sendiri punya tujuan ketika menjalin teman (jangan jangan kita juga punya tujuan agar biar dianggap intelek ketika mencari teman yang intelek), biarkan orang lain juga berpendapat begitu. Jadi jangan berprasangka jelek dulu bila ajakan berkenalan atau berteman dari kita tidak ditanggapi. Jangan terbawa perasaan.
Atau kita kembalikan atau menuruti ke pertanyaan yang ada di facebook: "Orang yang mungkin anda kenal". Dengan kata lain, lebih disarankan untuk menambahkan teman yang sudah kita kenal. Ini memang lebih aman dan nyaman. Jadi apapun informasi dan data yang orang itu punyai tidak menjadi penting, yang jelas kita kenal baik. Terus langsung saja di add (tambahkan). Beres. Tidak pusing. Yang penting berhubungan dengan teman lama terjalin kembali.
Lepas dari itu semua, mari dalam bermedia sosial kita harus bersiap diri untuk suka, kecewa, berkonsekwensi positif negatif, siap dianggap songong (bego). Semakin tinggi anda berharap semakin tinggi pula rasa puas, atau kecewa, sangat kecewa, bahkan perasaan biasa saja akan melingkupi perasaan anda.
Have a nice day!
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "Mencari medsos seperti apa yang anda cari?"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.