Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

CERDAS ITU PERLU

Dengan tanpa menggunakan kalkulator, berapa lama anda bisa menjawab pertanyaan ini? Setengah menit, dua menit, empat menit, atau mungkin malah lima detik?

500.000.000

437.681.952 –

              ???

Saya yakin semua teman dapat menjawab pertanyaan ini. Masalahnya, hanya di kecepatannya. Dihitungan waktunya, pasti setiap orang berbeda. Mengapa berbeda? Ternyata, jawabannya di CARA menghitungnya. Cara (baca: konsep) menghadapi/menyikapi (menjawab) masalah yang berbeda, hasilnya pasti juga akan berbeda. Dan di situlah letak KECERDASAN kita.

Tanpa Kalkulator, saya yakin anda akan tetap bisa menjawabnya. Tapi maaf, anda pasti ada yang nunak-nunuk  (pelan-pelan, plus sedikit kebingungan) dalam menjawabnya. Karena dengan terbiasa menggunakan kalkulator, anda sudah malas untuk berfikir. Anda sudah meremehkan kekuatan otak anda. Meremehkan potensi yang anda miliki. Dengan menggunakan kalkulator, anda menyerahkan tanggungjawab menjawab pekerjaan soal itu kepada kalkulator. Bila ternyata kalkulatornya ngadat, anda tinggal misuhi, banting lantas dengan gampangnya anda membeli kalkulator lagi.

Jangan-jangan di kantor pun anda masih begitu. Lha, kan ada anak buah? Anak Buah = Kalkulator = Alat bantu. Betul kan?  Kalau tidak bisa mengerjakan tinggal dipisuhi. Kalau perlu, ya diganti.

Menyelesaikan soal hitungan di atas dengan cepat, kuncinya hanya satu: KECERDASAN. Dan jangan-jangan selama ini kita melupakan ini. Kita menjawab persoalan hanya bertumpu pada skill kita, pada jabatan, kalau perlu pada kekuasaan. Soal kecerdasan, blaaaassss.. kita lupakan. Tidak pernah kita sentuh. Menyedihkan.

KECERDASAN bukan bakat, bukan kodrat, dan bukan karena sekolahnya tinggi. Tapi “sesuatu” yang diusahakan. “Sesuatu” yang sederhana. KECERDASAN berorientasi pada “sebuah terobosan”. Menuju pada yang efektif dan efisien. Yang menuju pada tepat guna dan berhasil guna.

Coba kita perhatikan lagi soal hitungan di atas :

500.000.000

Guno Display

437.681.952 –

              ???

Sekali lagi, kalau hanya mengandalkan CARA YANG BIASANYA anda pasti akan bekerja secara pelan. Naaa.. dalam hal ini nunak-nunuknya, bisa sebentar, bisa lama. Tergantung person. Apalagi kalau cuman disawang.. pasti tambah mumet !!!

Soal hitungan di atas akan dengan mudah dijawab dengan cepat dengan sebuah cara (baca: rekayasa). Itulah KECERDASAN. Cara mudah, menjawabnya masing-masing dikurangi satu.

500.000.000 -1= 499.999.999

437.681.952 -1= 437.681.951 -

62.318.048 62.318.048

*****

Ini kejadian di tahun 2016. Selesai urusan penyerahan di Loket, saya sempat mengobrol dengan beberapa orang yang saya kenal di situ. Sekitar jam 15.20 saya menuju ke tempat parkir kendaraan. Di tempat parkir, di sebelah Honda Beat saya, saya melihat seorang lelaki yang wajahnya tampak lusuh seperti sedang bingung menghadapi sebuah permasalahan yang sangat berat. Saya perhatikan, kemudian saya sapa dia.

Sabtu, tanggal 30 April 2016 jam 14.30 saya memasukkan SPT Tahunan (Laporan Pajak) di Kantor Pajak Pratama Semarang Timur di Jalan Ki Mangun Sarkoro depan Kantor Disnaker Kota Semarang.

“Ada apa mas?”

“Wah, saya pasti dimarahin sampai habis-habisan sama Bos saya mas.” Katanya dengan lemas.

Ternyata dia terlambat memasukkan SPT Tahunan Perusahaannya. Dia pikir bahwa penerimaan Laporan SPT bisa sampai malam. Biasanya memang sampai jam 19.00 malam. Apalagi di hari terakhir penyerahan. Tapi ternyata sekarang tidak. Peraturannya sudah berubah (belakangan malah pakai aplikasi). Karena hari ini hari Sabtu, maka Loket Penerimaan hanya melayani sampai jam 15.00 saja. Dan karena banyak yang diurus, dia tadi tiba di Kantor Pajak jam 15.05 sehingga petugas sudah tidak bisa menerimanya. Minta tolongpun percuma, karena komputer tidak bisa berbohong, di mana jamnya tercatat secara akurat. Si petugas penerimaanpun tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi bisanya ya besok hari Senin-nya. Padahal Senin depan sudah tanggal 2 Mei 2016. Sudah beda bulan. Padahal yang kedua, kalau terlambat, setiap SPT dikenakan denda satu juta rupiah. Padahal yang ketiga, ini dia, ada tiga SPT yang harus dia laporkan. Dua milik Bos-nya, yang satu milik adik Bos-nya. Jadi dia harus siap-siap mengeluarkan uang 3 juta rupiah. Dia yakin betul, Bos-nya pasti tidak mau tahu tentang urusan itu. Bayangkan jika dia yang bergaji pas-pasan dan punya tiga anak ini menanggung membayar uang tiga juta sekaligus. Pasti berat sekali.

“Itu solusinya gampang saja kok mas.” Kata saya datar.

Lelaki itu tampak kaget dan memandangi saya dengan pandangan tidak percaya. Ada beberapa detik dia mengamati saya. “Ah, yang benar saja mas..” Pertanyaannya menyiratkan nada tidak percaya.

“Iya, benar.” Saya pandangi matanya secara sungguh-sungguh. Saya berusaha meyakinkannya.

Dia yang malah tampak ragu-ragu..

“Lha, terus caranya bagaimana mas?” Tanyanya penuh dengan rasa keingintahuan.

“Kirim saja lewat Kantor Pos mas. Kalau bisa yang model ekspres (kilat). Jadi seperti mas kalau kirim surat biasanya begitu. Nanti dari Kantor Pos pasti ada surat tanda pengiriman dan stempelnya. Nah dari surat tanda pengiriman dan stempel itulah yang mengesahkan mas tidak terlambat secara tanggal dalam menyerahkan SPT. Tapi mas mulai hari Selasa harus memantau surat itu. Kan mas butuh kertas Tanda Bukti Penerimaan dari Kantor Pajak bukan?”

Lelaki itu terus saja memandangi saya. Tertegun. Kok gampang banget?  Mungkin begitu pikirnya. Secara perlahan terlihat aura kemuraman mulai terusir dari wajahnya. Ada semburat senyum. Dia kemudian tersenyum senang. Senang sekali!. Disalaminya tangan saya dengan erat-erat..

“Aduh, terima kasih ya mas.. Terimakasih.. Terimakasih..”

Saya hanya bisa membalas senyumnya yang memancarkan kegembiraan itu dengan senyuman yang sangaaatt tulus. Ah, bahagianya bisa membantu orang lain..

*****

Dulu seorang teman pernah bercerita kepada saya. Dia seorang lulusan Sarjana Hukum dan diterima di sebuah perusahaan yang cukup besar di Jakarta. Oleh bosnya dia hanya ditunjukkan meja kerja sebagai kepala bidang hukum yang akan dia pakai tanpa ada penjelasan apa-apa.

Guno feed

Sebenarnya dia bingung juga dihadapkan dalam situasi begitu. Apa yang akan dia kerjakan? Tapi dasar orangnya cerdas, dia tidak mau terlihat bodoh di hadapan calon anak buahnya. Demi dia ingin tetap menjaga dan memelihara kewibawaan serta kehormatannya, dia mengajukan pertanyaan kepada anak buahnya begini, “coba pekerjaanmu sampai di mana?” bukan “kamu mengerjakan apa?” dan itu ditanyakan ke setiap anak buahnya. Kemudian dia pelajari tentu saja. Beres.


Have a nice day.




NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar dan cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.


 

Guno Artikel

Posting Komentar untuk "CERDAS ITU PERLU "