Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana perusahaan kita saat ini? Sebuah catatan tahun 2019

Sebagaimana biasanya, ada saja teman kanan kiri yang sharing dengan saya. Nama yang bersangkutan tidak perlu saya sebut ya?

Teman yang pertama memberitahu bahwa di perusahaannya ada pengurangan 60 karyawan. Teman yang ke dua, ada pengurangan 200 karyawan. Flutuaksinya lumayan besar. Teman yang ke tiga, dia heran, saat dia iseng2 (dia sudah kerja di sebuah perusahaan mapan, dan karena ada alasan tertentu dia melakukan itu) melamar di sebuah perusahaan di Semarang, dan tanpa diduga ketemu beberapa teman PHRD yang juga melamar pekerjaan di situ. Dia bertanya-tanya dalam hati: “Apa yang terjadi di perusahaan Semarang ya?”. Mungkinkah itu sebuah kebetulan?
Saya juga heran. Ini ada yang tidak sejalan dengan logika umum. Dengan naiknya kurs uang Dolar Amerika seharusnya perusahaan-perusahaan eksportir diuntungkan. Padahal ke dua teman di atas tadi yang ada pengurangan karyawan itu adalah dari perusahaan-perusahaan eksportir. Menurut info terakhir, nilai tukar dolar diambang menembus angka psikologis yaitu 15 ribu rupiah. Malah mungkin sudah.

Sejauh ini kita memang hanya berkutat di bagian HR yang berhubungan dengan penanganan SDM. Meski kita partner perusahaan, hal-hal begitu tentu domain bagian marketing. Eksekusi pemasaran (strategi dan lainnya) ada di tangan top manajemen atau owner. Kita sebagai Manajer HR sering merasa tak berkutik dan hanya bisa menerima kosenkwensi perusahaan berupa pengurangan SDM. Dan yang jelas efeknya menghantam nafkah keluarga pekerja.

Masalah ekonomi global sendiri tak lepas dari gesekan hubungan internasional. Kerunyaman ekonomi di negara Turki yang mengalami inflasi sampai 200%, ambruknya perekonomian di Venezuela (yang notabene negara pengekspor minyak), kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS) dan perang dagang di 2 negara adidaya, Amerika dan Cina adalah faktor-faktor penentu di antaranya. 

Di dalam negeri, di sisi lain, gerakan kompetensi digalakkan. Ini bagus, meskipun sebenarnya tidak ada relevansinya dengan kejadian pengurungan-pengurangan karyawan ini. Tapi dampak dekadensi penurunan ekonomi ini sangat signifikan kita rasakan. Akibatnya kita hanya khawatir pihak top manajemen/owner lebih tidak “ngeh” pada geliat ini. Mereka lebih ke orientasi bisnis yaitu kalkulasi untung rugi finansial. Mereka tidak mau ambil pusing pada hal lainnya.

Guno Display
Padahal diharapkan dengan karyawan kompeten di bidangnya dapat lebih menegaskan dan meneguhkan kualitas hasil kerja dan memberikan input yang positif. Dengan demikian pihak buyer dan auditor bisa diyakinkan yang ujung-ujungnya adalah bisa menaikkan nilai branding perusahaan kita. Dengan kata lain perusahaan kita berkualitas baik di sisi SDM maupun produk-produk yang dihasilkan. Sertifikat SKKNI adalah wujud buktinya. Apakah itu jaminan? Wallahu alam..

Paradoks ini mejadi PR besar kita dan pihak owner harus


bisa mengimbanginya dengan eksekusi-eksekusi yang tepat dan akurat. Rencana, target, sasaran, pengamanan, kompetitor, dll, perlu dipikirkan. Untuk itu konsultasi seperti yang dilakukan di tempat perusahaan om BC tempo hari perlu dilakukan. Ini adalah salah satu cara pemecah solusi. Setidaknya ada masukan. Konsultan membantu memetakan  permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Atau lebih hebat lagi sebagai perangsang.  Kita jadi tahu, ibarat main Badminton kita harus tahu kapan kok harus dismas dengan keras, kapan harus hanya dipukul pelan untuk mengelabui lawan. Tapi kalau pihak top manajemen atau owner masih juga berpikir, mengundang Konsultan sebagai sesuatu yang mahal dan sia-sia, ya apa boleh buat. Maka benang kusut itupun masih akan berlanjut. Entah sampai kapan.


 

*****

NB: Jadilah Follower blog ini, silahkan dikomentari dan sebarkan alamat situs ini. Selama ada ide insyaallah ada tulisan baru. Terima kasih mengunjungi perpustakaan kami.

Sebagaimana biasanya, ada saja teman kanan kiri yang sharing dengan saya. Nama yang bersangkutan tidak perlu saya sebut ya?

Teman yang pertama memberitahu bahwa di perusahaannya ada pengurangan 60 karyawan. Teman yang ke dua, ada pengurangan 200 karyawan. Flutuaksinya lumayan besar. Teman yang ke tiga, dia heran, saat dia iseng2 (dia sudah kerja di sebuah perusahaan mapan, dan karena ada alasan tertentu dia melakukan itu) melamar di sebuah perusahaan di Semarang, dan tanpa diduga ketemu beberapa teman PHRD yang juga melamar pekerjaan di situ. Dia bertanya-tanya dalam hati: “Apa yang terjadi di perusahaan Semarang ya?”. Mungkinkah itu sebuah kebetulan?
Saya juga heran. Ini ada yang tidak sejalan dengan logika umum. Dengan naiknya kurs uang Dolar Amerika seharusnya perusahaan-perusahaan eksportir diuntungkan. Padahal ke dua teman di atas tadi yang ada pengurangan karyawan itu adalah dari perusahaan-perusahaan eksportir. Menurut info terakhir, nilai tukar dolar diambang menembus angka psikologis yaitu 15 ribu rupiah. Malah mungkin sudah.

Sejauh ini kita memang hanya berkutat di bagian HR yang berhubungan dengan penanganan SDM. Meski kita partner perusahaan, hal-hal begitu tentu domain bagian marketing. Eksekusi pemasaran (strategi dan lainnya) ada di tangan top manajemen atau owner. Kita sebagai Manajer HR sering merasa tak berkutik dan hanya bisa menerima kosenkwensi perusahaan berupa pengurangan SDM. Dan yang jelas efeknya menghantam nafkah keluarga pekerja.

Masalah ekonomi global sendiri tak lepas dari gesekan hubungan internasional. Kerunyaman ekonomi di negara Turki yang mengalami inflasi sampai 200%, ambruknya perekonomian di Venezuela (yang notabene negara pengekspor minyak), kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS) dan perang dagang di 2 negara adidaya, Amerika dan Cina adalah faktor-faktor penentu di antaranya. 

Di dalam negeri, di sisi lain, gerakan kompetensi digalakkan. Ini bagus, meskipun sebenarnya tidak ada relevansinya dengan kejadian pengurungan-pengurangan karyawan ini. Tapi dampak dekadensi penurunan ekonomi ini sangat signifikan kita rasakan. Akibatnya kita hanya khawatir pihak top manajemen/owner lebih tidak “ngeh” pada geliat ini. Mereka lebih ke orientasi bisnis yaitu kalkulasi untung rugi finansial. Mereka tidak mau ambil pusing pada hal lainnya.
Padahal diharapkan dengan karyawan kompeten di bidangnya dapat lebih menegaskan dan meneguhkan kualitas hasil kerja dan memberikan input yang positif. Dengan demikian pihak buyer dan auditor bisa diyakinkan yang ujung-ujungnya adalah bisa menaikkan nilai branding perusahaan kita. Dengan kata lain perusahaan kita berkualitas baik di sisi SDM maupun produk-produk yang dihasilkan. Sertifikat SKKNI adalah wujud buktinya. Apakah itu jaminan? Wallahu alam..

Paradoks ini mejadi PR besar kita dan pihak owner harus bisa mengimbanginya dengan eksekusi-eksekusi yang tepat dan akurat. Rencana, target, sasaran, pengamanan, kompetitor, dll, perlu dipikirkan. Untuk itu konsultasi seperti yang dilakukan di tempat perusahaan om BC tempo hari perlu dilakukan. Ini adalah salah satu cara pemecah solusi. Setidaknya ada masukan. Konsultan membantu memetakan  permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Atau lebih hebat lagi sebagai perangsang.  Kita jadi tahu, ibarat main Badminton kita harus tahu kapan kok harus dismas dengan keras, kapan harus hanya dipukul pelan untuk mengelabui lawan. Tapi kalau pihak top manajemen atau owner masih juga berpikir, mengundang Konsultan sebagai sesuatu yang mahal dan sia-sia, ya apa boleh buat. Maka benang kusut itupun masih akan berlanjut. Entah sampai kapan.

Guno feed


 


*****

NB: Jadilah Follower blog ini, silahkan dikomentari dan sebarkan alamat situs ini. Selama ada ide insyaallah ada tulisan baru. Terima kasih mengunjungi perpustakaan kami.

 

Guno Artikel

Posting Komentar untuk " Bagaimana perusahaan kita saat ini? Sebuah catatan tahun 2019"