Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MANUSIA ADALAH PRODUK PIKIRANNYA

Seperti yang sering saya tulis di blog ini, manusia adalah produk pikirannya. Ini adalah keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri lagi. Berpikirlah kecil anda akan me.punyai jiwa yang kecil, berpikirlah besar anda akan mempunyai jiwa yang besar. 


Bahwa dia mempunyai keterbatasan harta maupun pergaulan, sosok dan performa manusia tersebut tetap tercetak dari apa yang ada dipikirannya. Dengan kata lain eksistensinya adalah cerminan dari pemikirannya.


Produk pikirannya sangat mempengaruhi cara bagaimana dia mongkonsep serta mencanangkan model target yang dia inginkan. Menyiapkan beberapa program yang dibutuhkan yang sesuai dengan pemikirannya. Bahwa model target datangnya dari luar dirinya, dari perusahaan misalnya, maka tetap saja pola pemikirannya tidak lepas dari corak pemikirannya.


Lebih unik karena ternyata masalah ini juga disinggung ke wilayah agama yang didalamnya malah juga menerangkan konsekuensinya. 


Guno Display

Nabi Muhammad SAW menerangkan bahwa Allah SWT berfirman, "Aku sesuai persangkaan baik hamba-Ku. Maka hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sebagaimana yang ia mau" (HR. Ahmad). 


Intinya, hendaknya manusia selalu mempunyai produk pikiran yang baik, yang positif, yang selalu mempunyai prasangka yang serba baik karena konsekuensinya juga akan berakibat baik. Siapa yang tidak ingin mempunyai nasib yang baik?


Jadi jangan gampang silau oleh berbagai perhitungan yang bersifat  dhohir atau yang nampak di mata saja yang bila dihitung secara cermat dan cerdas akan menghasilkan "nilai" yang kecil saja. Baik dari segi kemanfaatan, dan mendapatkan Ridho serta Rahmat dari Allah SWT.



Contoh yang teramat nyata dari sebuah masjid yang seperti pada umumnya semua masjid yaitu rumah ibadah, rumah Allah SWT, sebuah lingkungan yang relegius, dan amanah. Ternyata mempunyai pengelolaan yang berbeda, dari pemikiran yang berbeda, yang hasilnya juga akan berbeda.


Bila masjid lain yang kerap bangga mengumumkan saldo infaknya sudah puluhan bahkan ratusan juta rupiah, maka masjid Jogokariyan di Yogyakarta malah sebaliknya. Masjid ini malah selalu berupaya keras agar saldo infaknya harus di angka nol rupiah setiap kali di akhir bulan.


Menurut pengurus Dewan Ketakmiran Masjid, infak itu sebenarnya ditunggu pahalanya untuk menjadi amal shalih, bukan untuk disimpan di rekening bank. Pengumuman infak jutaan rupiah juga dikhawatirkan akan menyakitkan jika tetangga masjid ada yang tak bisa ke rumah sakit karena tak punya biaya atau tak bisa membayar biaya sekolah anak-anaknya. "Dengan pengumuman saldo infak yang nol rupiah, maka jamaah lebih bersemangat mengamanahkan hartanya," ujar seorang pengurus yang enggan di sebutkan namanya.


Oleh karena itu, menurut mereka, pilihlah pengurus masjid yang tidak bermental pedagang kepada manusia tapi lebih kepada mencari Ridho Allah SWT.


Dan nyatanya karena mereka yakin setiap bulan berikutnya akan datang lagi banyak orang yang akan datang yang akan memberi infak (sodakoh), maka benar, datanglah banyak orang yang menitipkan infaknya kepada masjid tersebut.


Guno feed

Sebaliknya bila ada yang merasa ragu nanti di bulan depan orang yang akan menitipkan infaknya sedikit, ya jangan kaget bila di bulan depan ternyata orang yang akan menitipkan infaknya hanya sedikit. Apalagi hanya berdasarkan untung rugi serta terlalu berkutat kepada hak dan kewajiban yang dhohir (kelihatan mata) saja. Bukan kepada segi kemanfaatan bagi umat. Walahualam bisowab. 


Have a nice day.



NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.




Guno Artikel

Posting Komentar untuk "MANUSIA ADALAH PRODUK PIKIRANNYA"