SOPO SING SALAH BAKAL SELEH
Ini memang ungkapan bahasa Jawa yang artinya siapa yang berbuat salah akan tergeletak (kalah).
Sanci yang gagal menikah dengan Jagdis (karena tahu kelakuan Sanci), dan malah memilih Gangga sebagai istrinya, merasa dendam dan bertekad membuat perhitungan dengan Jagdis. Dengan akalnya yang cerdik ditambah kemarahan yang memuncak rasa keegiosannya muncul. Sanci adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dan modis. Bahkan dia berani beberapa kali mencoba mengadu domba keluarganya sendiri, meskipun akhirnya gagal juga. Dan saya tidak akan menulis tentang ini.
Sanci berencana akan mengiris pergelangan tangannya dengan demikian Jagdis akan ditangkap polisi dan diadili serta dipenjara sekian tahun karena dianggap sebagai penyebab mengapa Sanci mencoba bunuh diri. Dan Sanci melakukan perbuatan licik itu di kamarnya. Tapi berhasilkah usahanya itu?
Singkat cerita Jagdis pun ditahan dan diadili. Dalam proses persidangan Jagdis tidak ingin melibatkan siapa-siapa, termasuk Anandi yang bisa saja menjadi saksi yang meringankan Jagdis karena saat mereka berada di restoran tanpa sengaja mendengar pembicaraan Sanci dengan para temannya yang berkata buruk dan menjelek-jelekkan keluarga Jagdis. Sanci memang membenci mereka karena dianggap kuno.
Anandi memang akhirnya didatangkan sebagai saksi. Namun yang mengajukan adalah keluarga Sanci dengan harapan Anandi yang merupakan mantan istri Jagdis yang sekarang menjadi menantu keluarga Sanci akan menjadi saksi yang memberatkan Jagdis. Namun karena Anandi sudah bertekad akan berkata tentang kebenaran (dan biasanya memang begitu), Anandi malah mengatakan bahwa Sanci memang mempunyai niat buruk terhadap Jagdis. Keluarga Sancipun menjadi gusar. Sidang pun ditutup untuk pembacaan vonis besok pagi.
Pada malam itu keluarga Sanci sedang hangat memperbincangkan tentang keputusan pengadilan besok pagi. Ketika sedang dalam keadaan hangat dalam perbincangan tiba-tiba muncul Gangga bertamu di keluarga itu. Gangga tidak peduli keluarga itu menjadi sedemikian heboh dan mencemoohnya. Dengan sangat santun dia meminta maaf atas nama Jagdis, dan dia sanggup menjadi korban pengganti Jagdis. Gangga pun menjelaskan dia tidak ada niat sama sekali untuk memisahkan Sanci dengan Jagdis. Apa yang telah terjadi adalah di luar kehendaknya.
Akhirnya Gangga ditarik Sanci ke luar ruangan dan diajak berbicara di taman. Sambil terus menangis Gangga memohon agar Jagdis dibebaskan. Namun Sanci mensyaratkan agar Gangga melepas perkawinannya dengan Jagdis dan pergi menjauhinya. Namun Gangga menyatakan ketidaksanggupannya karena itu semua terjadi bukan atas kehendaknya. Maka semakin marahlah Sanci, dan bahkan dengan sengaja dia berkata bahwa selama ini dia memang sengaja membuat sandiwara untuk menjebloskan Jagdis ke dalam penjara bahkan dia memang tidak suka dengan keluarga Jagdis yang dianggap kuno itu. Setelah berkata begitu Sanci pun pergi. Tinggalah Gangga yang sedang menangis sendirian.
Keesokan harinya saat keluarga Sanci dan keluarga Jagdis menghadiri gedung pengadilan menjelang pembacaan vonis, Gangga dengan didampingi keluarga Jagdis menghampiri keluarga Sanci dan memintanya agar mencabut laporan yang mereka ajukan karena Gangga mempunyai bukti yang kuat dan valid bahwa tuduhan itu palsu dan malah dapat berakibat berat bagi Sanci. Apa bukti yang di bawa oleh Gangga sehingga dia merasa yakin dengan bukti itu dapat membebaskan Jagdis dari jeratan hukum?
Keesokan harinya saat keluarga Sanci dan keluarga Jagdis menghadiri gedung pengadilan menjelang pembacaan vonis, Gangga dengan didampingi keluarga Jagdis menghampiri keluarga Sanci dan memintanya agar mencabut laporan yang mereka ajukan karena Gangga mempunyai bukti yang kuat dan valid bahwa tuduhan itu palsu dan malah dapat berakibat berat bagi Sanci. Apa bukti yang di bawa oleh Gangga sehingga dia merasa yakin dengan bukti itu dapat membebaskan Jagdis dari jeratan hukum?
Bukti itu adalah hp miliknya yang berisi rekaman perkataan Sanci ketika mereka berbicara berdua di taman di rumah Sanci. HP itu disembunyikan di selendang yang dipakai Gangga serta tanpa sepengetahuan Sanci secara diam-diam merekam pembicaraan mereka.
"Kau boleh menindasku sekehendak hatimu, aku akan diam saja. Tapi aku tidak akan diam saja kalau itu mengenai suamiku." Kata Gangga.
Semua orang tertegun mendengar ucapan Gangga. Mereka tidak mengira seorang Gangga yang datang dari desa yang mereka anggap lugu dan bodoh itu mempunyai kecerdikan alias
pemikiran yang cemerlang. Betapa malunya keluarga Sanci. Dan mereka menarik laporan mereka sehingga Jagdis dibebaskan dari jeratan hukum.
*****
Di kesempatan yang berbeda, di ruang yang berbeda, kita tentu pernah bertemu dengan situasi yang semacam itu, bertemu dengan orang yang culas, jahat, dan tukang memfitnah. Yang siap merugikan kita, menghancurkan kita. Di sisi lain kita juga pernah bertemu orang yang lugu, yang jujur, namun ternyata mempunyai pemikiran yang di luar dugaan kita. Integritasnya sangat hebat.
Kita dibuat terkejut dan tertegun ketika bertemu dengan keduanya yang mempunyai sikap yang sangat bertentangan itu. Bahkan terkadang sampai kita tidak dapat berbicara apa-apa.
Namun keduanya mempunyai aroma yang berbeda, mempunyai cita rasa yang berbeda, mempunyai akhir cerita yang berbeda pula. Keduanya mempunyai tuntutan sikap yang sama dari kita yang harus bersikapa sabar, tahan uji, tidak terpancing emosi, serta harus luas membuka wacana kita.
Keduanya memang harus diakui mempunyai tingkat kecerdasan yang luar biasa. Tapi apalah artinya sebuah kecerdasan bila tidak mendapatkan pertolongan dari Tuhan. Tuhan tidak akan membiarkan terjadinya ketidakadilan.
Have a nice day.
Notes: Dari berbagai sumber. Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat.
Posting Komentar untuk "SOPO SING SALAH BAKAL SELEH"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.