Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ALAM SUDAH MEMBERIKAN CONTOH KEPADA KITA

Saya sering bertanya kepada para wanita keponakan saya yang masih belum punya pacar (kalau kepada putri saya jelas sudah): "Kamu mau cari pria seperti apa untuk calon suamimu?"  Kebanyakan dari mereka menjawab: "Tidak tahu." Walau bisa dipahami dan dimengerti, jawaban itu cukup mengagetkan saya.


Mereka tentu bermaksud mengatakan mengalir saja, tidak mau berandai-andai. Tidak mau mendahului kehendak Tuhan. Itu betul  sekali, dan memang harus begitu. Tapi manusia wajib berusaha. Manusia diperbolehkan membuat rencana. Menyusun strategi. Bayangkan kalau mereka berpendapat, "ya nanti terserah bertemunya dengan siapa, tertarik dengan siapa, dan sebagainya." Itu jelas merepotkan. Kan tidak mungkin akan mempunyai pasangan hidup sedapatnya. Seharusnya tentukan dulu seperti apa warnanya sperti apa misalnya. Setelah pilih warna tersebut kemudian dicari lagi yang mempunyai kelebihan lain  diantara mereka.


Lalu saya mengajak berdiskusi dengan mereka. Berdiskusi bukan mendekte. Bertukar pengalaman, bertukar pikiran dan saling melengkapi. Mereka berhak menentukan pilihannya sendiri. Saya hanya berusaha mengajukan pendapat: Menurut saya begini, menurut kamu bagaimana?


Dalam memotivasi saya tidak pernah memakai contoh yang muluk-muluk. Dalam memotivasi para adik-adik pencari kerja saya juga memakai contoh yang sederhana. 


Kepada para keponakan wanita itu saya bilang: "Coba kamu lihat dan cermati jari tanganmu." Dan mereka memperhatikannya.


Pertama: Ibu jari.

Guno Display

Ibu jari adalah lambang hebat. Tapi jangan salah, hebat bukan karena paras wajahnya atau kekayaannya. Hebat karena mengedepankan tanggung jawab. Hebat pola pemikirannya. Hebat karena berani bertindak sesuai dengan yang diyakininya. Hebat karena wawasannya. Hebat karena dia itu lain daripada yang lain.


Ke dua: Jari telunjuk.

Maksudnya bukan tukang perintah. Tunjuk ini, tunjuk itu. Harus begini, harus begitu. Tukang mengatur. Tukang fitnah. Pintar omong saja. Tukang memutarbalikkan fakta. Tukang menyanggah. Tukang protes. Tapi dia harus pandai menunjukkan arah. Misal: Awas jalan akan kita lalui licin, curam atau gelap, atau banyak sekali cabang jalannya, dan sebagainya.


Ke tiga: Jari tengah.

Jari tengah adalah jari yang paling panjang. Jari yang paling tinggi. Artinya siap menjadi pemimpin atau kepala keluarga. Siap maju di depan. Tidak harus sekolahnya tinggi tapi mempunyai wawasan yang luas, mempunyai pola pikir yang baik. Cerdik. Pintar mencari solusi.


Ke empat: Jari manis.

Jari manis maksudnya harus dapat menjadi pemanis keluarga. Dapat berperan sebagai suami (pemimpin keluarga), sebagai kakak (pelindung), sebagai teman (untuk mencurahkan isi hati), sharing partner (dalam diskusi), seperti matahari yang dapat menghangatkan hati, seperti hujan yang dapat mendinginkan hati, seperti mendung yang dapat meneduhkan hati, dan sebagainya.


Ke lima: Jari kelingking.

Benar-benar dapat menjadi pelengkap. Jangan sampai belum apa-apa sudah menimbulkan masalah. Ingat , perkawinan itu adalah bermulainya masalah, bukan berakhirnya masalah.


Sebenarnya kalau kita mau jeli, banyak dari alam raya atau yang ada pada diri kita atau yang ada di sekitar kita termasuk beberapa peristiwa yang dapat dapat kita jadikan contoh tauladan kita di dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Saya berikan contoh sederhana tiga saja :


Pertama: Lihatlah bintang di langit.

Bintang berjumlah sangat banyak sekali. Barangkali ada milyaran jumlahnya. Cobalah kita ambil satu saja sebagai contoh yaitu bintang yang kita lihat paling kecil dengan asumsi bahwa bintang tersebut adalah bintang yang paling jauh letaknya dari bumi. Dari bintang yang paling kecil itu bila misal di sana ada seekor tardigrada, mahluk kecil yang besarnya hanya 0,00005 m dan bisa bertahan di cuaca apa pun, maka binatang itu rejekinya ditanggung oleh Tuhan. Jadi bila kita sebagai mahluk yang sempurna mempunyai daya akal dan hati tapi tidak dapat mencari rejeki berarti karena kemalasan kita saja.


Ke dua: Terjadinya peristiwa serba kontra atau berlawanan.

Terjadinya peristiwa serba kontra atau berlawanan seperti: siang dan malam, musim kemarau dan musim penghujan, adanya hawa panas dan dingin, dan sebagainya, itu adalah cerminan bahwa banyak sekali permasalahan yang siap dan selalu menghadang perjalanan di kehidupan manusia. Mereka datang silih berganti. Ada yang gampang, ada yang susah dalam bentuk dan penanganannya. Membingungkan. Intinya tidak ada kesempurnaan dalam hidup dan dalam diri kita.  Kita hanya wajib berusaha dan berikhtiar, Tuhan yang menentukan.


Ke tiga: Berpuasa.

Suatu waktu ada waktu tertentu kita harus berpuasa. Saat puasa kita tidak diperbolehkan makan dan minum dari mulai tiba waktu subuh sampai tiba waktu maghrib. Piranti pencernaan dalam tubuh kita terpaksa mengikuti pola makan yang ada karena puasa. Dengan kata lain kita harus siap berkompromi dengan masalah atau dengan orang lain. Kompromi tidak berarti kalah. Berkompromi dapat juga sebagai strategi. Sebagai bagian dari program. Kompromi ditujukan sebagai upaya keseteraan. Tidak perlu sungkan, tidak perlu malu. Berkompromi itu harus dimaknai berdamai.


Guno feed

Have a nice day.




NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.









Guno Artikel

Posting Komentar untuk "ALAM SUDAH MEMBERIKAN CONTOH KEPADA KITA "