Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

APAKAH KULIAH SUDAH KETINGGALAN JAMAN?

 Suatu ketika sahabat baik saya Pambudi Sunarsihanto, pria kelahiran Magetan, lulusan dari Universite de Nantes, Perancis, seorang Pakar Human Resources, yang sekarang kegiatan beliau baik sebagai motivator, konsultan, instruktur, penulis buku, maupun praktisi, yang sudah pernah bekerja di 7 negara dan menyinggahi 48 negara, sebagaimana biasa menulis sebuah tulisan di grup WA profesi kami,  yang berjudul sama di atas. Beliau memang sering mengirim tulisan yang sangat bagus dan elegan. Sekarang beliau bekerja sebagai Human Resources Director di Blue Bird Group.


Tulisan beliau pada umumnya didasarkan pada pengalaman dari sebuah dialog dengan temannya. Saya tidak bermaksud akan merubah apa yang beliau sampaikan tapi akan menggarisbawahi atau memberikan catatan saja.

*****


Malam itu, seorang sahabat diskusi dan bertanya ke saya. Farah kami (bukan nama sebenarnya), mempunyai anak (Adam), yang baru saja lulus SMA. Dia diterima di sebuah perguruan tinggi bagus di Jakarta. Dan sesaat sebelum Farah membayar uang kuliah, tiba-tiba Adam bilang ke mamanya,”Mama, aku gak mau kuliah. Aku buka bisnis online saja. I need to follow my passion” 

Farah sudah berusaha berulangkali bilang ke anaknya, bahwa dia harus kuliah. Tetapi tetap saja Adam menolak. Farah kehabisan akal. Farah kebingungan. “Apa yang harus kulakukan Mas?” 

** 

First thing first, namanya anak, apalagi sudah umur 17-18 tahun atau lebih, ya gak akan bisa dipaksa. Kalau dipaksa, maka alternative-nya ada dua: 

a) Menolak terus dan berantem 

b) Akhirnya anaknya nurut, ngalah, dan akhirnya stress  (kejadian beberapa kali pada anaknya teman-teman saya, sampai harus DO dan dirawat) 

** 

Khalil Gibran pernah menulis: 

“Berikanlah mereka kasih sayangmu, 

namun jangan sodorkan pemikiranmu, 

sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri.” 

“Engkaulah busur asal anakmu, 

anak panah hidup, melesat pergi (mencari tujuannya sendiri)” 

** 

Berarti, Farah gak akan bisa memaksakan kehendaknya. 

Kemudian, saya selalu percaya kepada Passion and Purpose. 

Seorang anak akan perform (berpestasi) dengan maximal, kalau sesuai dengan passion (apa yang dia sukai) dan purpose (cita-citanya). 

** 

“Mas Pam, dia lihat video di TicToc sama YouTube. Dia bilang kuliah itu ketinggalan jaman? Memang bener begitu?” 

Guno Display

Saya menjawab dengan tegas,”Ya enggak lah. Kalau kuliah hanya baca buku dan belajar akademis saja, memang  itu ketinggalan jaman. 

Mahasiswa harus kuliah sambil melakukan 3 hal sekaligus, belajar akademis, aktif networking, dan aktif berorganisasi. Ini yang gak akan pernah ketinggalan jaman!” 

“Jadi tetap ya harus kuliah ya Mas?” 

“Ya iyalah. Mau jadi apapun, pekerja atau pengusaha, kan harus belajar ilmunya. Gak ada orang bodoh yang sukses, tetap harus belajar! Pengusaha kan juga harus mengerti marketing, inovasi, leadership …dll. Kalau gak ngerti, apa lagi jaman sekarang, ya ke laut aja! Mungkin sukses sesaat, habis itu ya bisa hancur kan?” 

** 

“Katanya pelajaran yang terbaik adalah pengalaman dari kehidupan. Learning by doing?” 

“Iya kalau memang anaknya mau belajar. Mau mencoba, kemudian dia mengevaluasi dan memperbaiki diri setiap kali, dan mencoba lagi. Kalau dia suka melakukan itu, great. Kalau hanya menjalani kehidupan seperti air mengalir, nanti dia gagal dan gak mau mencoba lagi, frustasi seumur hidup gimana?” 

“Tapi ada satu orang terkenal yang bilang kuliah itu ketinggalan jaman?” 

“Ya iyalah, dia kan gak pernah kuliah!” 

“Tapi dia kaya! Dan sukses!” 

“Ok, ini serius. Dan sekaligus berbahaya. “ 

Saat ini ada beberapa YouTuber yang kaya raya, penghasilannya milyaran. I am happy for them. 

Masalahnya seandainya hal ini diikuti ribuan orang, dan ada ribuan anak-anak kita yang gak mau sekolah, dan gak mau kuliah. 

Berapa YouTuber yang benar-benar kaya? Dan menghasilkan milyaran?  

Mungkin 1% kaya raya, 9% biasa-biasa saja, dan 90% akan gagal total dan hidup menderita. Apakah ini yang kita mau?” 

** 

“Phenomena ini bukan sesuatu yang baru. Di Brazil, pernah ada jutaan anak muda gak mau sekolah, gak mau kuliah, pengin jadi pemain sepakbola, karena beberapa pemain bola kaya raya. Belasan tahun kemudian, 1% memang kaya raya, 9% biasa-biasa saja, 90% gagal total. Mari kita selamatkan anak-anak kita!”  

** 

“Terus bagaimana dengan anak saya mas, kalau memang dia benar-benar gak mau kuliah?” 

“Uang kuliahnya tahun ini berapa?” 

“Sekitar 20 juta. Tapi dia gak mau kuliah. Katanya pengin buka bisnis online…” 

“Kasih 20 juta ke dia. Suruh bisnis online selama 1 tahun. Kalau 20 juta bisa berkembang menjadi 100 juta, he is a great entrepreneur, he can learn from real life. Dia boleh meneruskan usahanya. 

Kalau uang 20 jutanya tidak bisa menjadi 100 juta, he is not a good entrepreneur. Dia sebaiknya kembali ke bangku kuliah. 

Kalau dia setuju dengan ini, then he can do it. Anak itu akan berusaha semaximal mungkin, dan semoga dia perform. Kalau gagal, anak itu akan menyadari potensinya, dan akan kembali ke kuliah.” 

**

“Tapi, bukankah dengan itu berarti anak saya akan kehilangan 1 tahun mas?” 

“Off course NOT. Anak itu mendapatkan 1 tahun, tetapi mendapatkan pelajaran yang sangat berharga seumur hidupnya, buat dia dan buat orang tuanya. He does not lost 1 year, but he gain one lesson that will save his life!

Apa artinya 1 tahun dibandingkan 50 tahun kehidupannya di depan nanti."

“Terima kasih, mas Pam. I know I can count on you…”, tutup Farah dengan senyuman manisnya. 

** 

Saya masih befikir, bahwa semua orang seringkali mengikuti teori “Follow Your Passion, Follow Your Heart” lupa untuk memikirkan masa depan. 

Padahal yang kita kerjakan adalah seharusnya irisan (titik tengah) antara: 

- Apa yang kita suka 

- Apa yang kita memang bagus dalam hal itu 

- Apa yang akan mendatangkan uang untuk menjamin masa depan kita (dan keluarga) 

** 

Jadi bagaimana dong? 

Kuncinya adalah “Follow Your Heart, Follow Your Passion, but Take care of your future” 

Lakukan tiga hal ini: 

a) FOLLOW YOUR HEART, FOLLOW YOUR PASSION 

Tanyakan dalam diri anda, apa yang anda suka dan semangat lakukan. Ikuti kata hati anda, Lakukan dengan semangat. Kerja keraslah. Jadilah yang terbaik dalam hal itu 

**

b) TAKE CARE OF YOUR FUTURE 

Tapi ingat, tetap siapkan masa depan anda. Pastikan yang anda lakukan akan men mendatangkan uang untuk menjamin masa depan kita (dan keluarga) 

**

c) HAVE A PLAN B 

Bersiap-siaplan untuk gagal (dalam apapun yang kita lakukan). Tidak ada keberhasilan yang datang dari usaha pertama. Siapkan plan. Kalau gagal mau ngapain? Pikirkan masak-masak. 

Kalau anda kuliah, setelah itu anda boleh jadi pengusaha atau jadi YouTuber atau pemaib basket atau apapun yang anda mau. Ternyata gagal? Anda sudah punya ilmu cukup untuk bekerja kantoran atau mengerjakan apapun.

Tanpa kuliah dan anda gagal? Anda mau ke laut?

** 

Jadi ingat…. 

“Follow Your Heart, Follow Your Passion, but Take care of your future, and don’t forget to have a plan B” 

** 

Salam Hangat 

Pambudi Sunarsihanto

*****


Memang benar apa yang disampaikan dan diuraikan oleh mas Pambudi Sunarsihanto tersebut. Begitu logis dan struktural. Mudah ditangkap dan dipahami. Pertanyaannya: Apakah si anak mau begitu saja menerima solusi tersebut?


Adu argumentasi meskipun dari orang tuanya sendiri itu logis, meskipun "kelogisan itu" ada kemungkinan ditangkap berbeda oleh si anak. Bukan tidak mungkin mereka malah mendengarkan dan malah menuruti pendapat teman-temannya. Lho, ada juga anak yang mempunyai pemikiran konyol: "Yang penting sekarang ini kita senang-senang dulu, urusan kalau sudah tua itu urusan nanti".

Guno feed


Secara umum memang banyak penggambaran bahwa anak muda sekarang, kaum milenial itu, menginginkan pekerjaan yang bersifat instan: Mudah, cepat jadi, cepat dinikmati (syukur hasilnya besar), tidak terlalu bertele-tele, modis, dan kreatif. 


Padahal syarat pekerjaan yang seharusnya adalah yang bersifat konstan. Yang dapat berjalan secara kotinyu. Sehingga dengan demikian akan dapat dinikmati dalam jangka waktu yang lama. Dapat dinikmati untuk kehidupan di masa tua.


Meskipun bersifat konstan dan kontinyu, pekerjaan itu harus pula menawarkan sifat yang dinamis. Bila tidak, faktor dinamis akan terasa monoton, cepat mendatangkan rasa bosan. Dan pekerjaan yang semula ditekuni akan cepat ditinggalkan begitu saja. Bersifat dinamis itu merupakan sebuah tantangan sekaligus keasyikan tersendiri. Semodis apapun itu, kalau tidak ada faktor dinamis akan dirasakan tidak menarik. Padahal kalau akan memulai pekerjaan baru harus dimulai dari awal lagi. Membutuhkan proses lagi.


Tahan banting adalah faktor lain lagi namun sangat fundamental sifatnya. Sangat mendasar.  Tidak tahan banting, berganti-ganti pekerjaan dapatt dipastikan sama tidak dapar menikmati nikmatnya sebuah pekerjaan. 


Banyaknya stimulan yang diterima sesorang akan mewarnai jalannya pekerjaan. Akan mempengaruhi segala faktor atau unsur pendangan atau pemahaman seseorang dalam menekuni sebuah pekerjaan. Namun pada intinya semua itu sangat tergantung dari ketahan atau etos kerja dalam jiwa masing-masing anak milenial tersebut. Salah satunya faktor dari kebijakan orang tua. Mempunyai orang tua yang gigih atau tidak gigih akan sangat mempengaruhi penilaian dari anak.


Kelompok yang bagaimana yang dikumpuli juga sangat berpengaruh. Meskipun media online sangat disukai oleh mereka, namun bila mereka tidak begitu menguasai media online itu sama juga bohong. Mempunyai kelompok yang memadai atau tidak memadai sangat membantu pemahaman mereka.


Menurut beberapa catatan yang ada, berikut adalah jenis pekerjaan yang diminati oleh kaum milenial: Desainer Grafis, Search Engine, Optimization (SEO), Social Media Strategist, Penulis Konten, Pebisnis Online, YouTuber.


Ada juga yang berpendapat: Citizen Journalism, programer, dan Stand Up Comedian.


Have nice day.



Tanggapan dari mas Pambudi Sunarsihanto di grup WA setelah membaca tulisanku :
Wah tambahannya keren nih..
Matur sembah nuwun pak.
Sungkem dulu sama senior saya..


Notes: blog GUNO HRD diusahakan setiap hari ada tulisan baru. Terima kasih.


Guno Artikel

Posting Komentar untuk "APAKAH KULIAH SUDAH KETINGGALAN JAMAN?"