MEDIA SOSIAL SEBUAH DUNIA ANTAH BERANTAH, DUNIA TEMPAT TINGGAL KITA SEKARANG
Siapa yang tidak mengenal Facebook (fb)? Sebuah jejaring media sosial yang sudah mendunia dan membuat kaya pembuatnya. Jangankan si pembuatnya, bagi si penggunapun dapat memberikan berbagai kemanfaatan: Mendapat link yang prestise, menjadi kaya, bahkan dapat untuk mencari jodoh.
Facebook (FB) adalah jaringan sosial terkemuka saat ini, menyalip Myspace sekitar tahun 2008, dan dengan demikian, proses elektronik yang dieksploitasi secara luas yang memungkinkan perorangan atau sebuah keluarga dan apa yang disebut teman untuk tetap berhubungan. Setidaknya itulah niatnya. Seseorang mengirim dan menerima "permintaan pertemanan" untuk kenalan dekat dan jauh. Harus diakui fb telah sukses memunculkan sebuah tradisi baru. Sebuah kebudayaan baru.
Dengan Facebook, alih-alih menulis surat individu, seseorang dapat mengirimkan atau melakukan posting, dan mengirimkannya ke semua yang ada di daftar "teman" mereka. Sebaliknya seseorang juga dapat mengirim dan menerima foto serta video. Dengan demikian apa yang ingin disampaikan kepada sesorang di seberang sana akan lebih terperinci, lebih detil, lebih kuat pesan yang akan ditampilkan.
Di sadari atau tidak, disamping memberi beberapa kemanfaatan tadi melalui fb seseorang juga dapat memberikan opini bahkan memberikan pengaruh melalui pendapat-pendapatnya. Yang jelas di fb (dan itu sangat ditunggu oleh banyak anggotanya di fb tersebut) ada suatu penjelasan atau pemaparan yang menarik dan logis atas sebuah masalah atau kejadian. Tidak mustahil bisa saja itu menyerempet ke masalah politik atau keadaan negara. Padahal secara umum ada tiga hal yang tidak begitu disukai dibicarakan secara detil di fb atau di media sosial pada umumnya yaitu masalah politik, agama, dan sex. Sebab dalam fb dan sebagainya itu secara tidak tertulis ada semacam penerapan norma kesopanan.
Sangat disayangkan sekali meskipun sudah mengerti soal itu, tapi secara umum banyak pengguna fb masih betaraf menggunakan fb sebagai arena basa-basi. Indikasi ini dapat dengan mudah ditangkap dengan jelas dimana seorang anggota fb memakai indentitas yang tidak jelas mulai dari foto diri, identitas diri, bahkan nama yang dipakai berbau puitis, lebay, dan membingungkan. Intinya: profilnya tidak jelas. Saya sendiri malas kalau diajak pertemanan dengan seseorang yang beridentitas tidak jelas semacam ini. Terus terang saya paling malas kalau diajak to say hello ke alam sentimentil dan cenderung over acting. Apalagi bagi yang suka menengeluh. Mending waktunya dapat digunakan ke hal yang lain. Yang produktif. Setidaknya untuk menambah pengetahuan diri. Tapi jangan salah saya juga mempunyai sense of humor.
Tapi dapat dimengerti bahwa media fb sering digunakan untuk berpenampilan bermanis-manis semacam itu, walaupun tanpa disadari dirinya akan dinilai oleh orang lain. Tapi jangan lupa seseorang aslinya dapat tidak sama seperti yang terlihat di media sosial, baik itu dari profil maupun berbagai dialog yang ditampilkan. Dengan kata lain, artinya penilaian kita hanya berupa mengira-ira tanpa dapat memvonis sebagai kesimpulan.
Dulu saya pernah menulis: hati-hati dalam mengirim berita atau gambar, karena kalau itu mengundang dan mendatangkan dosa atau pahala, maka setiap dibuka orang maka semua efeknya akan kita terima hasilnya meskipun kita sudah meninggal dunia. Juga kalau misalnya kita memamerkan makanan dari restoran mewah, makanan itu rasanya tetap enak ketika dimakan tapi tidak membawa berkah. Demikian juga kalau kita mengunggah sesuatu yang bermanfaat. Tidak hanya di fb masalah ini juga berlaku di twitter, instagram, likendl, dan sebagainya. Kelompok ini ditengarai saat ini lebih disukai karena dianggap lebih trendy, mederen, dan bergaya. Instagram misalnya, dapat untuk mengirimkan koleksi foto yang dipunyai.
Memberikan respon itu bagus karena prinsipnya itu menyampaikan pendapatnya (daripada tidak memberikan respon). Sayangnya banyak dari mereka yang hanya memberikan tanda gambar atau stiker yang mewakili perasaannya. Padahal yang diharapkan si penulis artikel adalah respon berupa pemaparan kalimat. Bukankah fb sebagai media untuk bersilaturahmi dan berdiskusi? Di media sosial WhatsApp (WA) lebih parah lagi karena copy paste sudah membudaya dan itu dapat membuat malas baik kepada yang bersangkutan dan yang membacanya serta dapat mematikan daya kreatifitas seseorang. Tak pelak lagi dalam kehidupan teknologi canggih masih sering dijadikan arena basa-basi.
Media fb adalah media yang dapat meninabobokan kita dan sekaligus yang dapat mencerdaskan kita. Sekarang terserah kita akan membuat sikap yang seperti apa? Bukankah apa yang kita perbuat itu yang akan kita dapatkan? Jangan sampai terjadi buruk muka cermin dibelah.
Have a nice day.
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
sehat selalu pak
BalasHapusAsyiaaaapp 😅😁🙏
Hapus