USAHA KITA ADALAH CERMINAN DIRI KITA
Sejak itulah manusia berusaha dan berpikir bagaimana cara untuk memenuhi segala kebutuhannya. Di jaman purba tentu masih menggunakan cara-cara yang masih primitif. Masih sesuatu yang tinggal mengambil misalnya. Kemudian ada tahap harus mengolah, menunggu waktu yang tepat. Kemudian berkembang lagi dikenal sistim barter. Kenapa barter, karena ada hal-hal yang tidak bisa dipenuhi oleh salah satu pihak, di sisi lain pihak lain juga membutuhkan barang kepunyaan pihak lain. Sejak saat itu ada fase memodifikasi sesuatu, entah untuk dimakan, dipajang, atau untuk kebutuhan sehari-hari yang lain. Manusia memulai mengolah pikir, rasa, karsa, dan tenaga. Di saat ini timbul adanya kejadian jual beli. Ada cetak uang. Ilmu manusia sudah makin maju. Tehnologi sudah dikenal. Ketrampilan sudah dibutuhkan yang berkorelasi dengan perkembangan jaman itu, sebab di jaman sebelum itupun ketrampilan sudah dibutuhkan, di bidang pertanian misalnya atau nelayan.
Kecerdasan manusia terus berkembang. Ada alat komunikasi, listrik, alat bantu, segala sesuatu yang untuk keperluan sekunder. Sayangnya diantara cara-cara yang damai dan legal ada masa-masa perang. Ada manusia yang karena menuruti hawa nafsu atas kepentingan dan kebutuhan pribadi kemudian mengambil jalan pintas berlindung di selimut "hukum alam" siapa yang kuat dia yang menang. Ada kejadian perang, menyita barang, penjajahan, perbudakan, bahkan menipu. Menyedihkan, karena ada eksploitasi atas kemerdekaan orang lain. Ada pemaksaan kehendak, dan kepentingan-kepentingan sepihak. Harkat manusia melorot. Kebebalan merajalela. Kemurnian nilai-nilai ketuhanan hilang, nisbi, bahkan ada kaum yang merasa tak memerlukannya lagi. Agama hanya dianggap dongeng. Rasa ego yang kuat yang hanya memikirkan keadaan yang ada di depan mata sangat menguasai dan mendominasi sebuah kaum atau seseorang. Ada waktu-waktu yang berharga yang terbuang, pun timbulnya banyak jatuh korban. Kemanfaatan hanya dipandang secara subyektif.
Tapi jaman terus maju, masa damai masih menyelimuti hati banyak manusia. Mereka menghendaki perubahan jaman yang lebih baik. Sehingga banyak keadaan dan kejadian yang terus diupayakan agar bisa memenuhi kebutuhan manusia. Talenta manusia terus diasah. Ilmu semakin diperdalam dan wawasan yang diperlukan semakin melebar. Ilmu bisa terkait di berbagai bidang: Tehnologi, komunikasi, seni, olah raga, dan ketatanegeraan, bahkan juga agama. Namun seiring perkembangan jaman dan ilmu, di sisi lain faktor kepentingan dan keserekahan manusia terus mengintip dan siap menyisipi perjalanan manusia dari jaman ke jaman. Bagai sebuah virus mereka siap mengisi dan mendominasi pikiran dan hati manusia. Mereka merampok akal sehat dan nurani manusia, siap bergumul dengan kesibukan dan wawasan manusia. Masa kekacauan masih terjadi di beberapa tempat.
Di banyak tempat manusia terus berbenah diri. Mengasah talentanya. Kemajuan tehnologi boleh jalan, tapi talenta adalah persoalan yang sangat mendasar. Talenta sumber dasar cara berpikir logika dan mindset. Logika berpikir secara teknis, mindset terkait masalah moral, etika, nurani, kelakuan. Harus ada keseimbangan antara keduanya. Mindset bertugas mengontrol, memelihara, dan mengembangkan kemajuan tehnoligi agar berdaya guna dan berhasil guna dengan baik. Di sisi lain agar segalanya, termasuk penerapan tehnologi, dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Pada kenyataannya untuk mencapai ilmu pengetahuan yang semakin maju tidak hanya dibutuhkan kecerdasan saja. IQ yang tinggi. Tapi harus diimbangi dengan Emotional Intelligence, Adversity (kegigihan, fighting spirit, risk taking) dan Spirituality (ketenangan diri, kemampuan me-manage stress dalam kehidupan). Beberapa orang bahkan berani meninggalkan zone aman. Padahal bagi banyak orang, masih suka berpegang di zone aman. Lebih nyaman. Tapi bagi mereka yang suka tantangan, perubahan yang semakin maju, kehidupan yang semakin berkembang, dan suka kedinamisan (bukan statis), meninggalkan zone aman bukan merupakan pilihan tapi tujuan.
Merubah dan menghadapi jaman yang semakin maju sangat dibutuhkan keberanian, ketelitian dan kecermatan. Butuh sikap konsisten dan komitmen. Ini penjabarannya sangat luas sekali. Bagaimanapun dalam perubahan pada dasarnya meninggalkan zona nyaman untuk memasuki dan menaklukkan zona tidak aman dengan segala situasinya. Mereka mengeksploitai diri. Mepertajam kompetensi diri, mengembangkan kemampuan, rajin mengkreasi diri, membentuk kultur, mentranformasi segala sesuatu yang berkonotasi baik (termasuk bidang tehnologi). Di sisi lain permasalahan manusia terus datang, terus bergulir. Datangnya bisa secara satu-satu, bisa serentak. Padahal untuk mengurai masalah membutuhkan waktu, membutuhkan olah pikir, dana dan ilmu pengetahuan. Dan untuk menjawab permasalahan harus satu-satu tidak bisa main borongan.
Manusia terus mencari inspirasi. Usaha atau industri semakin merebak dan berkembang. Kompetensi terus digali dan diketemukan. Menempa diri, mencari info dan mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi kebutuhan pokok dan mendesak. Ego per pribadi menguat tapi perlunya sebuah kerjasama juga diperlukan. Manusia tidak hanya butuh pintar tapi cerdas. Permasalahan ditangani secara komperhensif dan penuh perhitungan. Mengoptimalkan waktu sangat menjadi prioritas. Kalkulasi segalanya menjadi standar segalanya. Inventasi diri, waktu, upaya, dan uang adalah sebuah keharusan. Menemukan passion, menumbuhkan kepercayaan baik kepada diri sendiri maupun pihak lain adalah upaya-upaya yang diperlukan agar terus survive, bergerak. Meningkatkan performa adalah merupakan tujuan yang harus dicapai.
Manusia terus mengasah diri, mendengarkan, melihat, dan berpikir.Terus berimprovisasi. Bertraformasi, tidak hanya dalam ilmu pengetahuan tapi kebudayaan. Mereka mencari jati diri tapi juga siap menerima perubahan. Mempelajari hal-hal yang baru. Bahkan tak segan mempelajari suatu ilmu dari luar. Siap berkompromi. Tapi kedislipinan tetap mereka jaga. Itu semua demi kemajuan diri dan kesiapan dalam menghadapi masalah. Mereka sadar masalah akan terus berdatangan bahkan dengan tak pernah mengenal waktu, situasi dan kondisi.
Main Voli, bulu tangkis, tenis, tenis meja, tidak ada netnya tidak asyik, tidak menantang.
Tidak ada netnya, ya kita malah cari dulu netnya. Terus dipasang. Padahal net adalah rintangan, kendala, masalah, problem. Tapi dengan begitu malah menjadi tantangan. Kita bisa mengukur kemampuan kita. Mencurahkan segala daya upaya kita. Menyikapi masalah kita.
MASALAH adalah MITRA kita. Bukan MUSUH. Jangan dihindari, tapi dihadapi. Di rekayasa.
Kita bukan pecundang, mudah menyerah. Tapi menyesuaikan. Buktikan bahwa KITA BISA MENGATASI MASALAH. Dan tegar dalam menghadapi itu.
KITA CERDAS dan GAGAH. Dan ingat, ada Tuhan bersama kita.
Have a nice day.
Notes: Dari berbagai sumber. Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu akan muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat. Terima kasih.
Trimakasih Pak.
BalasHapusPak, bagaimana jika masalah yang timbul sebab dari diri sendiri, bagaimana mengatasinya. Seperti perasaan rindu pada seseorang sampai membuat hari yang dilalui terasa buruk, hati kalut, meski zikir dan doa terlantun malah membuat berlinang airmata.
BalasHapusTerasa seolah lupa pernah bahagia.
Ini saya tidak sedang menceramahi ibu lho ya, wong ibu akidah agamanya sudah bagus banget. Seperti yang kita ketahui hidup kita dan semuanya adalah milik Allah SWT. Jadi ya berserah diri saja kepadaNya. Masalah rindu adalah masalah kita sendiri. Sedang kita tidak pernah tahu apa rencana Allah SWT kepada kita. Namun Insya Allah selama kita berkomitmen dan konsisten dengan perintahNya, suatu saat kita akan diberi jalan. Percaya saja. Salam sehat ya bu. Nuwun 🙏
Hapus