gairah perlu kita kenali
Saat ini saya sedang bergairah untuk menulis. Karena sedang bergairah kadang tidak memperdulikan sesuatu. Misal saya tidak terlalu peduli pada tema atau topik yang akan saya tulis, meskipun tema atau topik tentu bisa saja kita rencanakan dulu tentang apa dan bagaimananya. Dia bisa direncanakan atau tiba-tiba mendadak muncul. Kalau tiba-tiba mendadak muncul (seringnya begitu malah, dimana dua atau tiga tema muncul bersamaan), maka yang perlu dipikirkan adalah artikel itu diantrikan di belakang atau didahulukan atau ditaruh di tengah-tengah karena kebetulan rencana tema atau topik yang akan saya tulis lumayan agak banyak. Isi tulisanpun mengikuti topik atau tema mana yang akan saya selesaikan lebih dulu. Ketika sudah dipastikan dan sudah dipersiapkan akan diterbitkan baru dilakukan finishing sebagai langkah terakhir yang akan kita lakukan. Finishing antara lain mengoreksi lagi kalimat-kalimat dalam tulisan artikel.
Topik atau tema sengaja saya arahkan ke arah campuran, agar tidak selalu spesifik ke hal yang khusus. Ada beberapa alasan mengapa bisa begitu. Pertama, topik atau tema campuran lebih leluasa bagi saya untuk memilih menulis artikelnya. Tidak seperti bekerja pada umumnya harus spesifik karena bekerja adalah juga untuk memenuhi kebutuhan bagi orang lain, sehingga harus tampil tetap dan berkompeten saat mengerjakannya. Meskipun dalam menulis juga diperlukan suatu kompetensi karena harus bisa tampil cantik dan menarik ketika dibaca orang, tapi isi tulisan mengikuti topik atau tema yang saya pilih secara acak tadi. Kedua, topik atau tema bisa saya pilih mana yang akan saya dahulukan untuk ditampilkan. Ketiga, isi tulisan bisa juga secara mendadak saya rubah, baik ditambahi maupun dikurangi.
Tidak bisa dipungkiri, tidak hanya dalam bekerja “gairah” selalu dibutuhkan kehadirannya. Dibutuhkan ketika mengerjakan diperbagai bidang. Gairah bagai baterai, bagai vitamin yang tiba-tiba dapat menimbulkan semangat, menyalakan hasrat, bahkan terkadang meledak-ledak bila perlu. Bagai bensin yang siap membakar. Mestinya kita malu terkadang kita seperti pecundang, agar giat bekerja kita harus menunggu gairah menghampiri dulu. Harus menunggu “munculnya mood”. Meskipun tidak bisa dipungkiri kadang kita sedang terlalu capai secara fisik atau pikiran. Tanpa penjelasan yang njlimet, yang jelas dengan keadaan begitu (capai secara fisik dan fikiran) akan mempengaruhi keadaan tubuh menjadi malas, atau tidak enak badan.
Munculnya gairah seakan bagai “angin surga” bagai kekuatan dewa yang bisa membangkitkan semangat bahkan keberanian. Sebagai alat pendorong. Banyak kegiatan manusia baik secara sendiri maupun berkelompok (berupa organisasi) menjadi giat melakukan kegiatan berlandaskan gairah ini. Saking bergairahnya terkadang sepak terjangnya membuat tercenggang orang lain. Ibarat mobil, atas nama gairah kopling bisa langsung ke gigi tertinggi tanpa harus melalui tahapan yang seharusnya. Di sisi lain, demi menjaga gairah dan untuk menjaga kekuatan mesin agar bisa merayap dijalan tanjakan harus memakai gigi rendah agar tetap kuat terus berjalan. Perpindahan gigi kopling akan mengakibatkan reaksi dan konsekwensi tersendiri. Manusia juga demikian, atas nama gairah tidak sungkan atau mempunyai perasaan malu-malu melakukan akrobat atau manuver demi tercapainya apa yang diharapkan. Padahal apa yang dilakukan dengan berbuat seperti itu dapat mengagetkan atau membahayakan orang lain. Dengan kata lain dapat menyusahkan orang lain. Apalagi bila sampai jatuh korban. Bahkan apabila orang gagal dalam mencapai sesuatu, gairah bisa menjadi kambing hitam.
Bila tidak hati-hati terlalu bergairah, tindakannya bisa menyalip melebihi logika, meskipun itu bisa diperdebatkan karena logika orang lain bisa dinyatakan tidak sama dengan mereka yang sedang berlaku saking sedang bergairah itu. Bisa-bisa antara yang saking sedang bergairah dibanding dengan yang tidak sedang bergairah akan saling mengklaim mana yang paling “normal”. Ini sejatinya sulit karena tidak ada tolok ukur yang bisa dipakai untuk pegangan bagi keduanya. Namun keduanya setuju bahwa faktor kepentingan dan kebutuhanlah yang menjadi gara-gara kelakuan keduanya berbeda. Tujuan memang menjadi target, namun bukan tidak mungkin kondisi bergairah bisa mengubah target tujuan semula. Bila ini yang terjadi, manusia tidak malu-malu menggunakan alibi yang dapat mendukungnya.
Manusia memang mahluk yang aneh. Dia bisa konsisten dan terus berbuat konsisten atau merubah konsisten yang semula dipegang menjadi konsisten yang lain yang dulu dikonsisteni. Akibatnya dulu ada yang setuju dan yang tidak setuju. Padahal ada yang pro, ada yang kontra selalu ada. Kalau apa yang sedang diperjuangkan dalam konteks yang kuat, akan terjadi gesekan, akan bisa terjadi tabrakan. Padahal kalau lajunya teramat cepat bisa menimbulkan kefatalan. Apabila tidak terlalu cepat bisa saja tetap meninggalkan luka. Gairah ikut andil dalam hal ini. Ibarat mobil, kalau sering untuk ngebut bisa mempengaruhi kondisi mesin. Padahal untuk menjaga agar mesin tetap terjaga dalam keadaan prima, banyak faktor yang harus bisa mendukungnya. Dibutuhkan banyak onderdil yang dalam keadaan prima juga.
Memang gairah sangat terkait dengan semangat untuk memperjuangkan sesuatu. Entah itu tentang kehidupan, pekerjaan, bahkan tentang pacaran, atau tentang hal lain perti tentang hubungan badan misalnya. Intinya sama: gairah harus dikontrol, diarahkan. Gairah yang tidak terkendali akan membahayakan, baik kepada orang lain atau kepada diri sendiri.
Tujuan gairah adalah menyalakan semangat untuk mencapai tujuan. Secara simpel tujuan hidup adalah mencari kebahagiaan. Dan yang jelas kebahagiaan setiap orang itu relatif, berbeda antara yang satu dengan yang lain. Intensitasnya tidak sama. Sejumlah sekian sudah cukup untuk seseorang, tapi tidak cukup untuk orang lain. Dan kucuran gairah sebaiknya diatur, dikendalikan. Seperti fungsi kran: kapan air diatur deras, kapan diatur pelan. Bahkan bisa diatur seperti berirama. Bisa dinikmati. Harus dilihat juga air itu diarahkan untuk ditampung di ember, bak mandi, atau untuk membersihkan sesuatu? Harus jelas peruntuknya agar pemakaiannya bisa disesuaikan. Apabila tidak sesuai bisa saja malah menghancurkan badan kita, jiwa kita, hidup kita.
Gairah dalam suatu kejadian bisa menjadi inspirasi untuk diterapkan di kejadian lain. Suatu kejadian atau peristiwa dapat memberikan hikmah untuk menangani sebuah peristiwa di masa mendatang. Betapapun kita tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Hari ini sama dengan hari kemarin berarti kita rugi, hari ini lebih buruk dari hari kemarin berarti kita celaka, hari ini lebih baik dari hari kemarin berarti kita beruntung. Bila gairah datang, jangan terlena. Waspadailah.
NB: Jadilah pengikut blog ini dan agar tidak ketinggalan setiap ada artikel baru. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap sepekan ada tulisan baru. Seringlah menjenguk situs ini, karena ada tulisan yang kami jadwal secara otomatis untuk terbit minimal dua kali dalam sepekan. Ingat google Guno HRD. Jangan lupa klik tulisan Subscribe Us. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.
Posting Komentar untuk "gairah perlu kita kenali"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.