Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berstrategi itu penting

 Alkisah seorang penjual bakso menerapkan strategi dalam menghadapi situasi semakin meroketnya harga daging. Baginya yang berstrategi sederhana, itu sudah ide jitu. Dia sadar, dengan semakin naiknya harga baku harus diimbangi dengan pemasukan yang tinggi. Seperti teman-temannya seprofesi yang sudah balapan menaikkan harga.

Tapi dia tidak mau itu. Konsepnya: berkompromi dengan masalah, bukan menghindari apalagi menentang masalah. Oleh karena itu diapun memutar otak. Menurutnya, harga adalah trademark, yang dalam bahasanya dia, “ciri khas”. Jadi jangan diutik-utik. 

Dan betul saja.  Setelah strategi dijalankan, yang njajan semakin banyak. Pembeli di warungya semakin membludak. Harga bakso semangkok tidak naik. Harga es teh juga tidak naik, es jeruk juga. Nah, harga cemilannya yang naik sedikit: sate (usus,  telor puyuh), krupuk, tahu, tempe, emping, dll. Itupun jumlah bakso yang semula 6 (yang besar satu) jadi 5. Kalaupun harga daging naik secara gila lagi, strateginya ya begitu lagi. Jumlah baksonya yang dikurangi. Harganya sebisa mungkin dipertahankan.

Guno Display
Anehnya, strareginya itu didukung oleh mayoritas para pembeli, bahkan nama warungnya jadi semakin terkenal. Akibatnya yang titip cemilanpun semakin banyak. Orang semakin banyak yang njajan ke situ. Kan harga bakso dan es tehnya tidak naik? Harga semangkok bakso dan es teh yang diingat pembeli, yang lain tidak. Servisnyapun juga ditambah, tidak spetakuler memang: kalau pas hujan, pas mau pulang sedel kendaraan pembeli dibersihkan, di lap.

UMK yang naik, apa boleh buat, harus diikuti, kan regulasi harus ditaati. Kalau tidak ya gawat. Padahal kenaikan UMK, juga biasanya diimbangi harga2 yang lain juga naik. Harga produksi jadi tambah tinggi, BPJS, hitungan uang pesangon, dan lain-lain. Belum persaingan dari kompetiter yang ngeri kayak gitu. Sehingga  tentu saja itu juga butuh kenaikan pemasukan. Bukan hanya untuk  penyeimbang, profit ya harus tetap ada. Lho, logikanya kan begitu? Bahwa strateginya seperti apa, efesiensinya seperti apa, pendekatannya seperti apa, ya saya sendiri tidak tahu, maklum wong bukan ahlinya. Yang jelas setiap perusahaan policy-nya ya lain-lain kerena produk dan eksistensinya juga lain. Itu wilayahnya Top Manajemen atau Owner untuk memikirkan strateginya. Apesnya kita yang di bagian HR, kalau pas ada pengurangan, ya kita baru yang kerepotan. Apalagi kalau jumlahnya besar-besaran. Melas campur kasihan, tapi apa boleh buat.

Di Jepara kenaikan UMK relatif tidak berpengaruh, sebab pekerja mebel di sana kebanyakan pakai sistem borongan, bukan UMK.
Meskipun strategi perusahaan adalah domain top manajemen atau owner, dalam usahanya membantu mereka sebagai agen perubahan perusahaan kita di bagian HR berusaha sekuat mungkin mengefektifkan dan memaksimalkan peran kita sesuai domain tugas kita. Adalah menjadi tugas kita mengawal dan mengeksekusi semua tugas dan fungsi pekerjaan kita sehingga semuanya dapat berjalan dengan aman, berkembang dan persuasif. 

 


 



Guno feed
*****

NB: Jadilah follower blog ini dan beri komentar sera silahkan alamat situsnya disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap hari Minggu ada tulisan baru. Untuk mempermudah mencari blog ini, simpanlah situsnya dengan cara di bookmark. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.

 

 

Guno Artikel

Posting Komentar untuk "Berstrategi itu penting"