MENCERMATI THANK'S JOB

 Masih ingat pembahasan kita tentang THANK'S JOB = PENGHARGAAN KEPADA SEBUAH PEKERJAAN?

Biasanya itu diwujudkan dalam tiga bentuk penghargaan berupa: Uang, Sertifikat atau Piagam, dan (jangan kaget) hanya berupa ucapan terima kasih saja. Dapat diduga, bentuk yang terakhir ini pasti akan mendatangkan rasa mangkel kepada si pelaksana kerja. Walau bibir menorehkan senyum yang sangat manis namun di dalam hati teriak-teriak menumpahkan segala sumpah serapah dan kutukan yang luar biasa.

Namun, jangan salah, bisa jadi memang mungkin hanya itu yang dapat diberikan kepada si pemberi kerja. Atau kalau toh mempunyai uang karena hanya sedikit sehingga menurut perkiraannya nanti malah dapat menyinggung perasaan si pelaksana kerja, lebih baik tidak usah saja sekalian. Tapi bisa juga dia melakukan itu karena sudah ada kebiasaan perlakuan seperti itu di daerah tempat tinggalnya. Jadi sudah menjadi semacam tradisi. Dan kalau sudah menjadi tradisi orang akan menjadi sungkan untuk melanggarnya. Ujung-ujungnya dapat diduga, ke depan orang akan merasa malas untuk melaksanakan sebuah tugas pekerjaan saat mendapati orderan pekerjaan.

Maaf. Saya tidak bermaksud sok moralis, dan berlagak sok suci. Sebaiknya masalah itu tidak sampai mengendorkan semangat kita untuk mendistribusikan kemampuan dan menebarkan manfaat untuk orang lain. Kita masih ingat bukan bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat bagi orang lain? Lagi pula sangat tidak mungkin, misalnya kita diberi tugas menggali sumur tapi tidak dibayar dengan uang. 

Intinya, bila hasil pekerjaan kita tidak dihargai sebagaimana layaknya, itu juga "pasti akan menghantam" si pemberi kerja. Seburuk-buruknya sebuah tradisi, insyaallah, akan tetap membuka mata hati dan pikiran manusia yang ada di sana.

Have e nice day.

Notes: Setiap hari, insyallaah, diusahakan ada tulisan baru. Terima kasih.