MELAKUKAN SEBUAH KEBODOHAN TERGANTUNG KONTEKSNYA
Setiap orang pada umumnya pernah melakukan sebuah kesalahan. Melakukan sebuah kebodohan. Melakukan sebuah pengambilan keputusan yang bodoh. Mungkin malah sangat bodoh. Entah karena diajak teman atau karena inisiatif sendiri.
Dalam melakukan suatu kesalahan atau yang lebih tepatnya sebuah kebodohan ini dapat saja malah mendatangkan sebuah kelucuan pada diri sendiri. Sebuah peristiwa yang selalu indah untuk dikenang karena dapat mendatangkan rasa geli. Tertawa sendiri atau pada saat berkumpul bersendagurau bersama teman-teman. Dapat menjadi topik pembicaraan tersendiri karena mengenang masa lalu.
Atau bisa jadi suatu kebodohan tapi dalam tingkatan yang serius. Yang dapat mendatangkan permasalahan yang serius. Yang dapat merenggangkan atau justru mendekatkan suatu hubungan dengan orang-orang terkasih. Yang dapat mendatangkan sebuah permasalahan yang tidak dapat terlupakan seumur hidup. Namun apabila dapat merenggangkan sebuah hubungan, di tingkat ini maka seharusnya masih dapat diperbaiki. Sehingga tidak menciptakan sebuah penjara seumur hidup.
Tapi jika suatu kebodohan atau kesalahan itu pada tingkatan yang sangat serius dapat mendatangkan sebuah peristiwa yang sangat tragis. Kita pernah membaca di media sosial bahwa ada orang yang bertindak sangat keterlaluan. Ada yang nekat membunuh orang dekat yang tentu disayangi yaitu orang tuanya sendiri. Dengan demikian yang dibunuh adalah orang yang notabene adalah orang yang sangat menyayangi selama ini. Bahkan tindakan tragis ini dilakukan oleh seorang anak kecil. Seorang anak yang belum cukup umur secara hukum. Bahkan di Amerika seorang anak pria keturunan Bangladesh tega membunuh nenek, ayah, ibu, dan seorang kakak perempuan karena si pelaku ingin menutupi kebohongan tentang sekolahnya. Ada juga seorang suami yang tega membunuh istrinya dan dua anaknya yang masih kecil demi dapat hidup bersama selingkuhannya.
Dinamakan sebuah tindakan kebodohan karena apa yang dilakukannya sebenarnya bisa dihindari untuk tidak dilakukan. Dan sebenarnya sebelum melakukan tindakan bodoh itu dia masih mempunyai waktu untuk memikirkannya lagi dengan serius dan fokus. Apalagi bila tindakan yang akan dilakukan akan merenggut korban jiwa sampai meninggal. Seharusnya yang akan dilakukannya dipikir ulang beberapa kali. Kejadian seperti itu tidak saja sadis tapi juga merupakan sesuatu yang sangat ironis.
Terlepas itu sebuah takdir atau bukan, rasanya tidak adil apa yang terjadi begitu saja dilimpahkan kepada Tuhan. Sudah diatur oleh tuhi katanya. Lho, bukankah manusia sudah diberi kesempatan? Bukankah manusia sudah dibekali otak dan hati?
Setiap manusia mempunyai aset yang berwujud (tangible) dan aset yang tidak berwujud (intangible). Aset yang berwujud seperti; rumah, mobil, anak, dan sebagainya). Aset yang tidak berwujud seperi: ide, gagasan, teori, wawasan dan sebagainya. Aset yang tidak berwujud disebut juga Properti Intelektual.
Properti intelektual atau disebut juga properti kecerdasan. Namun dalam properti intelektual ini ada juga kebalikannya yaitu properti kebodohan. Properti kecerdasan dan kebodohan ini seperti dua sisi mata uang. Perbedaannya sangat tipis. Dan ironisnya, itu seperti tidak ada hubungannya dengan tingkat pendidikan yang bersangkutan.
Properti kecerdasan didapatkan melalui proses pencarian kebenaran dan pengkajian yang berulang. Hasilnya sangat diyakini dan apa yang dilakukan dilaksanakan dengan cermat dan hati-hati sekali.
Properti kebodohan didapatkan melalui proses trial dan error. Ada disclaimer, atau ada hal berbeda yang jauh dari batas kewajaran. Hasilnya sebenarnya tidak diyakini dimana si pelaku sempat bimbang dan apa yang dilakukan dilaksanakan tidak dengan cermat alias berdasarkan nekat saja. Dalam bahasa Jawa disebut sebuah tindakan yang grusa-grusu. Tergesa-gesa. Tidak dikaji ulang dengan teliti. Itulah sebabnya si pelaku kemudian sering menyesal di kemudian hari.
Properti kecerdasan dan properti kebodohan sebenarnya hasil dari sebuah kreativitas untuk menyikapi suatu permasalahan yang ada di depan mata. Namun seperti yang kita ketahui karena cara dan sikapnya setiap orang berbeda, maka berbeda hasilnyapun berbeda.
Tapi jangan salah, ide kebodohan ternyata dapat menghasilkan uang. Dapat mendatangkan berbagai inspirasi yang artinya cerita tentang kebodohan tersebut semakin sering digali. Film miniseri Mr. Bean adalah contoh nyata dalam hal ini. Kelucuan yang ditampilkan menimbulkan kelucuan terbukti kebodohan dapat menjadi sakti untuk memunculkan kesukaan kepada para penonton. D
Bahkan kebodohan yang ditampilkan seringkali menimbulkan inspirasi yang di luar dugaan.
Kebodohan dalam kisah nyata tapi malah mendatangkan sesuatu yang berguna pernah dilakukan oleh Benjamin Franklin dimana dia memainkan layangan di saat hujan badai untuk mengetahui alur listrik. Sebuah tindakan bodoh yang pada waktu itupun banyak orang menertawakannnya. Tapi bukti menyatakan bahwa apa yang dilakukannya dapat menghasilkan teori penangkal petir dan itu sangat berguna untuk digunakan sampai sekarang.
Intinya melakukan kebodohan harus dilihat konteknya seperti apa. Apabila sebuah kebodohan itu dilakukan sebagai sebuah kreativitas untuk menghasilkan sebuah keuntungan tentunya tidak apa. Seperti apa yang dilakukan tokoh yang diperankan oleh Robin Wiliams dalam film Mrs. Doubtfire. Dalam film itu pesan yang disampaikan kebodohan tidak selalu berkonotasi buruk apabila itu diperuntukkan untuk menyikapi sebuah permasalahan pelik yang harus diterobos oleh sebuah perbuatan nekat untuk sebuah kebaikan.
Have a nice day.
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "MELAKUKAN SEBUAH KEBODOHAN TERGANTUNG KONTEKSNYA "
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.