SARJANA DAN BUKAN SARJANA BUKAN MASALAH
Topik ini pernah ditulis lebih dua tahun yang lalu dan saya berharap tulisan ini masih sangat relevan dirasakan di masa kini dan memberikan motivasi
*****
Ada anggapan di masyarakat, orang tua tidak sarjana, anak menjadi sarjana, itu hebat.
Orang tua sarjana, anak jadi sarjana, itu mah biasaaa..
Orang tua sarjana, anak tidak jadi sarjana, nah, ini baru pertanyaan..
Asumsi umum di tengah masyarakat memang begitu. Meski harus diakui orang mengejar gelar sarjana tentu bukan karena mengejar sebuah tradisi keluarga. Tapi untuk mendalami sebuah ilmu. Tapi apa daya, anomali di masyarakat berkata begitu.
Saya dulu pernah ditolak cintanya karena dia calon sarjana sedang saya tidak calon sarjana. Saya mau protes, ya tidak bisa. Ini menyangkut hak azasi seseorang. Saya pasrah saja, meski dalam hati saya ya bertanya: Apakah ini adil? Apakah sarjana harus dapat sarjana? Apakah ada perbedaan kasta untuk urusan cinta? Apakah yang tidak sarjana dianggap kurang berjuang? Tidak punya kualitas? dan sebagainya, etc?
Tapi satu hal ingin saya buktikan: saya gagal dalam lakon cinta tapi insyaallah tidak dalam lakon kehidupan.
Nyatanya di PHRD Jawa Tengah yang anggotanya mayoritas para Manajer HR, para sarjana, saya mendapatkan sebutan-sebutan lucu dari teman-teman: Guru Besar, Profesor, Budayawan, suhu, si pelempar bola (permasalahan), visioner man, dan lain-lain. Saya sih monggo-monggo saja. Padahal mereka para Sarjana beneran lho.. Bahkan ada beberapa yang bergelar doktor. Bedanya mereka menguasai suatu bidang keilmuan. Sedang saya main nggabrol saja.. hahaha.. payah ya?
Secara umum, kualitas seseorang bukan ditentukan dari gelarnya, namun dari cara berpikirnya. Bob Sadino dan lain-lain tokoh dunia bisa sebagai contoh. Bisa di googling di internet. Tapi bagaimanapun gelar itu perlu. Sangat perlu. Itu dengan sangat jelas bisa menunjukkan kopentesi dan kualitas seseorang. Daya juang seseorang. Bahkan bisa juga menggambarkan besaran gaji seseorang. Menjadi sarjana adalah menguasai suatu ilmu, sukses dalam menjalani tatanan kehidupan dan diharapkan punya kepiawaian, kaya solusi, serta cerdik untuk menghadapi permasalahan pekerjaan atau masalah dalam hidup di kehidupan.
Sangat salah bila jadi sarjana hanya karena ingin besok kerjanya enak dan nyaman. Cari duit gampang. Tujuannya bukan untuk itu. Tapi eksistensi diri. Sekali lagi, kualitas. Bila hanya agar gampang cari duit tanpa kerja keras malah akan mencetak orang yang malas. Kuliah adalah untuk belajar. Menimba ilmu. Menguasai ilmu. Sebagai bekal untuk mencari kerja, memang iya. Tapi menimba ilmu sebenarnya juga bisa didapat dari luar bangku kuliah. Langsung kerja nyata malah. Kuliah adalah media untuk mempelajari ilmu yang spesifik. Untuk hidup yang lebih terhormat. Meskipun sebenarnya kalau hanya sekedar untuk dihormati orang, ya tidak harus jadi Sarjana. Naif sekali kalau tujuannya hanya itu.
Ilmu kehidupan dapat dipelajari di arena yang lebih terbuka. Dimensinya lebih luas. Ijasahnya tidak berwujud selembar kertas, tapi dari batu, agar tahan lama, tidak mudah robek dan rusak. Ada skill di situ.
Masa depan tidak bisa dibeli, tapi diperjuangkan. Bagi sebagian orang, kerja enak dan nyaman dipahami ketika ada tantangan. Bukan besarnya gaji atau tingginya jabatan. Terserah mau dikatakan sok idealisme atau apa. Tapi nyatanya memang begitu. Main voli tidak pakai jala net ya tidak asyik. Tidak menantang. Tidak ada problem solving. Main voli bila tidak ada net malah harus cari net untuk dipasang. Biar ada kendalanya. Biar bisa untuk mengukur kemampuan kita. Nyatanya akan lebih semangat kalau ada jalaj net. Kendala adalah sebuah mitra, bukan musuh. Kita memerlukannnya untuk ada.
Daya juang bisa dicium dari aroma ini. Orang yang suka cari tantangan. Yang punya motto: Sekali layar terkembang, pantang Biduk surut ke pantai. Dan soal kesuksesan itu sangat relatif. Nyatanya seorang yang biasa saja bisa punya karyawan yang Sarjana. Dan hal seperti itu biasa.
Orang yang ingin sukses harus bisa merubah keadaan dari gerombolan kata NO menjadi sebuah kata YES.
Belajarlah sampai ke negeri cina. Dan belajarlah sampai ke liang kubur, adalah perumpaan yang sangat dahsyat untuk menggambarkan betapa pentingnya mencari ilmu. Tapi bila jadi sarjana tapi disertasinya dibuatkan orang lain lantas dipakai untuk bekerja di level sarjana, saya tidak tahu gajinya berkah atau tidak? Diridhoi Tuhan tidak? Saya sungguh tidak tahu. Padahal gaji kan dimakan sekeluarga. Bila perlu sampai ke anak cucu kelak.
Jangan terlalu berkecil hati bagi yang tidak bergelar sarjana ya? Terutama bagi adik-adik pencari kerja. Semakin anda punya keterbatasan tapi bisa menjebol dan menjawab masalah yang ada, itu adalah prestasi yang sangat luar biasa. Keberkahan Tuhan yang tiada terkira. Sungguh patut disyukuri. Pengetahuan yang utamanya untuk memperdalam bekerja bisa didapat dari pengalaman, dari adaptasi, dari inovasi, seberapa luas link pertemanan yang anda punyai, kemampuan menjelajah internet, keluwesan dalam komunikasi dan lain-lain. Pokoknya ada saja media untuk menambah pengetahuan diri. Itu semua merupakan nilai tambah bagi anda. Dalam SKKNI (Standar Kompentensi Kerja Nasional) ada kesetaraan dalam derajat kemampuan yang berbanding sama (linier) dengan gelar kesarjanaan.
Yang bergelar sarjana, persaingan dalam mencari kerja memang terasa lebih alot, penuh tantangan, ketatnya kompetisi, punya kompetensi, punya tuntutan lebih dari sekedar lulusan SLTA. Mungkin ada bekal materi tambahan selain materi pokok dalam kuliah, misal terkait SKKNI. Tapi bagaimanapun implementasi di lapangan, kemampuan orang per oranglah yang menjadi pertimbangan utama. But let’s go ahead.. Don’t worry be happy.. Percaya diri saja.. Percayalah Tuhan berama kita.
Bagi semuanya (sarjana dan tidak sarjana) ayo tunjukkan eksistensi diri kalian. Tingkatkan kemampuan menempa diri kalian. Itu yang sangat penting daripada pamer ini dan itu. Punyailah goal (tujuan) dan passion (gairah, greget), serta talenta, dan mau membuka wacana, itu semua punya andil untuk “berbicara” alias “unjuk gigi” siapa anda sebenarnya.
Jangan pernah berhenti belajar karena hidup tidak pernah berhenti memberikan pelajaran.
Notes: Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu akan muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "SARJANA DAN BUKAN SARJANA BUKAN MASALAH"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.