Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

WARIYANTI WANITA YANG AYU DAN ELOK. WARIYANTI WANITA YANG.. aduh..

 Ini hanya sebuah cerita fiktif belaka. Penulis mohon maaf bila ada kesamaan cerita atau nama.


*****



Wanita itu memberi pesan pendek saja di WAku. Mengajak bertemu denganku pada hari Minggu tepat jam 10 pagi di gerai makanan cepat saji seperti biasanya. Dan aku berjanji akan menemuinya. Akan kuusahakan untuk menyediakan waktu untuk datang menemuinya. Kalau tidak ada hal yang penting untuk dibicarakan tidak mungkin dia mengajakku untuk bertemu berdua. Dan aku tidak mau mengecewakannya. Apapun yang terjadi, aku tidak mau.


Sebut saja namanya Wariyanti. Dia adalah teman kecilku di kampung kami dulu. Perawakannya sedang. Rambutnya ikal.Wajahnya cantik model aristokrat (bangsawan). Garis alisnya melintang tajam. Kelopak mata dan tatapannya  mirip seperti artis Yessy Gusman, sayu dan penuh daya tarik, diambah dengan hidung yang mancung dan bibir yang "menantang". Kulitnya tidak putih sekali, tapi bersih. Sungguh dia seorang gadis yang ayu alami. Anda dapat membayangkan bagaimana paras wajah yang begitu bukan? Saya dan semua teman beranggapan "Berbahagialah bagi pria yang kelak dapat menyuntingnya."


Aku dulu juga sangat mengaguminya. Wajahnya penuh daya tarik pesona. Anggun dan berahaja. Anda mungkin bertanya: "Apakah saya pernah jatuh cinta padanya?" (Saya seorang pria). Saya tegaskan:  "Tidak. Dan saya akan selalu berusaha untuk menghindari itu". Saya tidak mau mencederai eratnya tali persahabatan kami yang kami bina sedari kecil. Dan kami seperti saudara. Saya sangat menghormatinya. Kami biasa berbagi suka dan duka. Itu sudah lebih dari cukup bagiku.


Pada kenyataanya kami bukanlah anak orang kaya. Orang tua kami kehidupannya biasa saja. Saya sendiri tiga bersaudara, sedang Wariyanti merupakan anak tunggal. Bapaknya meninggal dunia  ketika dia duduk di kelas lima SD, dan ibunya sejak gadis hidup sebagai tukang jahit sederhana di kampung.


Jangan ditanya sudah berapa jumlah orang pria yang mencoba mendekati Wariyanti.Tapi tidak ada satupun yang diterimanya. Bagi Wariyanti hanya memilih siapa yang dipilih dan direstui oleh ibunya. Itu pria yang akan diterimanya. Dia akan total mengabdikan diri kepada ibunya. Dia terobsesi dalam hidupnya untuk membahagiakan ibunya. Dia meyakini kunci pintu Surganya ibunyalah yang membawanya. Apakah itu salah? Dia rela melupakan pria yang sempat mengisi hatinya demi ibunya. Dia siap mengesampingksn rasa jijik kepada suaminya ketika digauli demi menjaga kehormatan dan penilaian kewibawaan ibunya dari segala anggapan dan penilaian orang lain kepada ibunya. 


Guno Display

Tentu saja petanyaannya sangat sederhana adalah,: "Bagaimana bila ternyata ibunya memilihkan pria yang salah?". Bagaimanapun Wariyanti adalah Wariyanti, bukan ibunya. Karakternya pasti lain.


Kami pernah berdiskusi secara alot mengenai hal ini. Saya pernah  memberikan masukan dari berbagai pendapat dan sudut pandang terkait masalah yang sangat penting ini. Namun segalanya tentu kembali kepada keputusan Wariyanti sendiri. Itu adalah merupakan hak prerogatif dirinya. Sampai dalam hati saya mempunyai sebuah pertanyaan konyol: "Bagaimana perasaan Wariyanti ketika digauli oleh seorang pria yang tidak dicintainya? ".


Dan apa yang kami khawatirkan akhirnya terjadi. Ibunya menerima lamaran untuk Wariyanti dari seorang pria yang tidak kami ketahui bagaimana karakternya. Rumah pria itu ada di luar kota. Kalau ditilik dari penampilannya cukup modis dan perlente. Paras wajahnya juga cukup tampan. 

. Dapat diduga pria itu datang dari keluarga yang cukup berada. Dan ibunya pasti mempunyai perhitungan yang baik tentang kelangsungan masa depannya. Dan pada waktu itu saya juga sempat bertanya padanya: "Apakah Wariyanti mencintai pria yang melamarnya ? Tidak," jawabnya tegas. Dan baginya itu tidak penting. Dan sesungguhnya hatinya hanya tertambat kepada pria yang pernah mencuri hatinya. Aku yang malah merasa nelangsa.



Dan pada kenyatanya sifat asli suaminya lama kelamaan terlihat  cenderung bersifat otoriter dan arogan, karena merasa dirinya sebagai kepala keluarga. Wariyanti sering diperlakukan dengan tidak adil, serta disakiti. Ketika anak mereka dua, ibu Wayanti meninggal dunia. Wariyanti yang meneruskan usaha menjahit ibunya. Dan tidak beberapa lama setelah mereka mempunyai anak yang ke tiga, suaminya yang meninggal dunia. 


Ketika kami bertemu kulihat guratan wajah Wariyanti yang letih, Wariyanti yang gigih. Sebenarnya aku pribadi melihat kecantikannya semakin terasah ketika dia berjuang untuk terus tegar menjalani kerasnya kehidupan di dunia dan dalam menegakkan prinsip yang diyakininya. Meskipun, jangankan orang lain, diapun sempat berpikir apakah yang dia lakukan mungkin salah. Fakta membuktikan dia bersedia melakukan apa yang tidak disukainya. Harga dirinya rela dikalahkan demi kebahagiaan ibunya. Demi kelangsungan hidup keluarganya. Rasa jijik itu dia terjang. Padahal dia mempunyai pilihan yang barangkali mempunyai solusi yang lebih bagus. Menurut anda Wariyanti merupakan sosok orang yang kalah atau menang?


Kembali kepada kisah yang tertulis di atas. Dengan berjuta pertanyaan di dalam dada aku menjumpainya. Kami biasa mengobrol di gerai makanan cepat saji ini. Gerai ini milik teman kami yang dulu tinggal sekampung juga. Jadi kami agak leluasa untuk mengobrol di sini. Bahkan teman kami sudah berpesan kepada para pegawainya agar nota kami diberikan diskon khusus.


Setelah berbasa-basi saling menanyakan kabar kami langsung berbicara ke pokok bahasan. Wariyanti masih tampak ayu. Hanya guratan keletihan tergambar jelas di wajahnya. Sorot matanya menjadi layu dan sayu.


Dia meminta pendapatku, karena ada pria yang sudah berkeluarga beranak lima dan istrinya masih hidup, sangat serius ingin meminangnya. Pria ini berusia tujuh tahun lebih tua daripada Wariyanti. 


Seperti biasanya, aku memberikan masukan yang proposional dan masuk akal:


1. Secara administrasi tidak ada masalah karena Wariyanti sudah berstatus janda.


2. Jangan sampai salah pilih lagi. Kalau tempo hari ibunya yang salah pilih, kini jangan sampai Wariyanti sendiri yang kini justru salah pilih. 


3. Aku kuatirWariyanti mendapat cap sebagai seorang wanita perebut suami orang. Ini sangat menyangkut nama baik dan harga dirinya. Kecuali Wariyanti sudah lama mengenal baik istri pertamanya, dan dia rela untuk dimadu. Jangan sampai timbul kesan Wariyanti cari enaknya saja merebut pria yang mapan padahal dulu berjuangnya dengan istri yang pertama.           


4. Di sisi lain, memang harus disyukuri bahwa masih ada pria mapan yang bersedia meminang janda yang mempunyai anak tiga. Tapi apakah Wariyanti mencintainya? Bila tidak, berpontesi bergelut lagi dengan perasaan salah lagi.


5. Kalau ini masalah materi, kuminta Wariyanti agar sedikit bersabar sebentar, karena belum lama ini aku sudah rembukan dengan seorang teman kami yang dulu  juga tinggal sekqampung dengan kami dan yang kini mempunyai karir yang sukses, mempunyai usaha sendiri membuka bengkel, cuci kendaraan, ganti oli, dan menjual spare part sepeda motor yang cukup besar serta mempunyai kafe yang bersedia menerima anak tertua di salah satu usahanya itu. Gajinyaa sebesar upah minimum di kota kami. Saat ini anak itu (wanita) duduk di kelas dua SMA.



Wariyanti menangis sesenggukan. Wajahnya ditelungkupkan di atas meja. Bahunya keras berguncang-guncang. Lama dia menangis. Dan kubiarkan saja dia menumpahkan tangisnya. Bukankah menangis dapat membuat lega hati seseorang? Bukankah menangis bukan merupakan barang baru bagi Wariyanti? Sampai kapan Wariyanti akan dapat melupakan kebiasaan menangis ini?


Guno feed

Akhirnya aku mendapat kabar kalau Wariyanti tidak jadi menikah dengan pria itu. Aku menghela nafas panjang.


Have a nice day.




Notes: Insayaallah diusahakan setiap hari ada tulisan baru. Terima kasih.











Guno Artikel

Posting Komentar untuk "WARIYANTI WANITA YANG AYU DAN ELOK. WARIYANTI WANITA YANG.. aduh.."