Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENCINTAI DAN DICINTAI ITU SAMA TAPI BEDA. LHO?

Dapat dipastikan mereka yang menikah pasti didasari karena rasa saling mencintai. Masing-masing saling mencintai dan dicintai. Melalui masa perjuangan. Setidaknya melalui masa itu. Meskipun mereka sudah merasa satu rasa, melalui sebuah situasi yang baik-baik saja, orang tua mereka sudah menyetuji, mereka tetap merasa sudah melalui masa perjuangan. Ada suatu perasaan yang kuat yaitu mereka harus saling memiliki. Mereka harus bersatu. Menyatu. Saling membahagiakan. Itu adalah suatu alasan yang tidak dapat disangkal.


Lagipula bukankah untuk meyakinkan hati seseorang membutuhkan suatu perjuangan? Bukankah untuk bersedia menerima kehadiran seseorang membutuhkan suatu perjuangan? Bukankah untuk menerima atau tidak menerima pendapat orang lain meskipun itu orangtua sendiri membutuhkan sebuah perjuangan?


Itu belum kalau sebelumnya sebenarnya ada pilihan lain. Ada orang ketiga. Ada orang yang benar-benar juga menjajikan harapan. Orang yang dapat memberikan sesuatu yang baik. Yang dapat dipercaya. Namun bukankah pada akhirnya lebih memilih seseorang yang dapat dipercaya adalah benar-benar sebuah perjuangan yang hebat?


Secara umum dapat diasumsikan bahwa mencintai itu bersifat aktif sedang dicintai itu bersifat pasif karena mencintai itu adalah memberi sedang dicintai itu hanya sekedar menerima.


Guno Display

Menurut para ahli dari sudut pandang biopsikologi bahwa mencintai itu artinya ikhlas memberikan kasih sayang. Dengan demikian hormon oksitosin menjadi aktif. Tapi jika mencintai karena obsesi dan berlebihan malah hanya meningkatkan adrenalin dan kortisol (hormon stres). Untuk bisa mencintai dengan cara yang sehat tentunya butuh kematangan dan pendewasaan jiwa, karakter, agar tidak menjadi posesif. Saat kita dicintai tentunya kita sebagai pihak yang menerima afeksi. Ketika dicintai adalah terciptanya safe and secure feeling yang membuat kita nyaman. 


Disadari atau tidak dalam mencintai ada rasa ingin memiliki. Rasa ini sangat begitu mendominasi. Timbulnya rasa ini begitu menggelegak. Sehingga rasa aktif tadi bisa menjadi tidak terkontrol. Contoh: Belum menjadi pasangan sudah cemburuan. Jadi jangan heran, belum menjadi pasangan sudah berani membunuh orang gara-gara cemburu.


Yang dicintai apakah tidak mempunyai rasa memiliki? Sama saja. Dia juga mempunyai rasa memiliki. Tapi bisa saja, diakui atau tidak, ada terselip rasa memanfaatkan. Mungkin orang yang mencintai mempunyai sesuatu yang dapat membuat rasa nyaman.


Untuk itulah ada yang mengatakan cinta itu egois. Rasa ingin memiliki, mendominasi dan mengatur berkecamuk di situ. Bergulat dalam hati. Siapa yang harus menang, siapa yang harus kalah, rancu di situ. Termasuk siapa yang harus dimenangkan, siapa yang harus dikalahkan. Siapa yang menjadi subyek siapa yang menjadi obyek tergantug sudut pandang.


Tapi, percaya atau tidak, hal yang ruwet seperti di atas, oleh orang ada yang menafikkan. Tidak terlalu dipikirkan. 


Contoh pertama: Saya dulu belum mempunnyai pacar tapi sudah mempunyai rumah komplit perabotan meskipun kecil dan dari hasil kredit. Saya menerjang arus gelombang dimana pada umumnya mempunyai pasangan dulu baru mencari rumah. Dan ternyata walaupun begitu ternyata tidak gampang dalam mencarinya. Saya memang sedang mencari istri bukan pacar.


Contoh kedua: Dijodohkan orangtua. Di kondisi ini pasti si anak tidak mempunyai pilihan kecuali ingin menyenangkan orang tua. Merasa cocok atau tidak dengan pilihan orang tua itu urusan nanti. Rasa cinta nanti akan tumbuh seiring berprosesnya waktu.


Contoh ketiga: Karena kasihan. Ini juga termasuk dalam kondisi tidak normal. Sama dengan yang diatas, rasa cinta akan nanti tumbuh seiring berprosesnya waktu.


Tentu saja dalam hal ini tidak ada rumus baku. Artinya, rumus itu sebetulnya ada tapi apakah bisa terjadi atau tidak, bisa langgeng atau tidak itu sangat tergantung situasi dan kondisi serta karakter seseorang.


Guno feed

Tentu saja dalam hal ini juga berlaku ketentuan ada salah ada benar. Ada yang boleh dan ada yang tidak boleh. Ketika yang menyintai dan yang dicintai dalam keadaan belum mempunyai pasangan resmi tentu saja diperbolehkan dan dibenarkan. Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak sudah mempunyai pasangan resmi tentu itu menjadi tidak benar dan tidak diperbolehkan.


Tunggu dulu. Bagaimana mereka yang berpoligami dan mau dipoligami?  Nah.


Have a nice day.


NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.




Guno Artikel

Posting Komentar untuk "MENCINTAI DAN DICINTAI ITU SAMA TAPI BEDA. LHO?"